Tinggal bersama satu atap

Elia terpaksa mengatakan mencoba bertahan agar Rigel tidak mengurung dan mengekangnya di dalam rumah. Ia tidak ingin seperti burung dalam sangkar yang tidak bisa kemana-mana.

Mencoba bertahan bukan berarti sudah memaafkan dan bisa kembali seperti semula. Sakit hati Elia masih berbekas, hatinya sudah tidak bisa kembali seperti dulu yang mencintai rigel tanpa syarat serta rasa kepercayaannya kepada Rigel pun sudah tidak ada.

Melihat Elia diam saja tanpa merespon untuk memeluknya kembali, Rigel mencoba melepaskan pelukannya. Saat Rigel ingin mencium Elia, Ia segera menghindar dengan wajah dingin. 

"Bukankah Kamu sudah memberikan Abang satu kesempatan lagi, lalu kenapa Kamu masih menghindar?" 

"Aku memang memberikan satu kesempatan dan mencoba akan bertahan, tetapi bukan berarti sudah memaafkan kesalahan Abang. Aku masih butuh waktu untuk bisa menerima semua ini, tapi ingat tidak akan ada kesempatan kedua jika abang melakukan kesalahan sekali lagi,"pungkas Elia.

" Abang janji akan mempergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama," tutur Rigel dengan wajah serius.

" Aku tidak butuh janji palsu Abang, Aku hanya butuh bukti kebenaran dari ucapan Abang."

Mendengar ucapan Elia barusan, bagaikan pisau yang menusuk sampai ke relung hati. Singkat tapi mengena di hatinya. Rigel sadar bahwa kesalahanya kali sangat besar, tapi Ia akan berusaha membuat Elia mau memaafkan dan percaya lagi padanya. .

Setelah itu, Elia meminta Rigel keuar dari kamar. Untuk saat ini, Elia meminta mereka untuk pisah ranjang dulu.

......................

Hari ini begitu cerah, seperti biasa Elia akan berangkat ke rumah sakit karena Ia punya jadwal jaga shift pagi setelah cuti 2 hari.

Meskipun telah berdamai, Elia masih saja bersikap dingin tanpa kata saat sarapan bersama dengan Rigel. Entah kenapa rasanya Ia tak ingin melihat wajah Rigel seperti ingin muntah ketika melihatnya.

Bi Ina yang melihat kondisi rumah tangga Tuan dan Nyonya yang seperti ini ikut merasa kasihan, padahal sebelumnya rumah tangga mereka terlihat sangat harmonis, tetapi tiba-tiba langsung berubah menjadi berantakan seperti ini.

"Aku anterin ya El?" ujar Rigel.

"Gak perlu, Aku bisa berangkat sendiri," tandas Elia yang segera bangun dari tempat duduknya lalu pergi keluar rumah tanpa pamit atau pun mencium tangan Rigel seperti biasanya.

Elia berangkat ke rumah sakit dengan menggunakan ojek online. Tak butuh waktu lama Ia telah sampai di rumah sakit.

Runi yang melihat Elia datang, segera menghampirinya.

"Pagi El, kenapa wajah kamu pucat sekali? Apa Kamu masih sakit?" tanya Runi sambil mengecek kening Elia.

"Aku gapapa kok Run ..." jawab Elia dengan senyuman. "Eh tumben Kamu gak pakai Lu Gue, kena angin apa?" tanya Elia untuk mencairkan suasana.

"Oh ... Ya, gapapa sih. Hanya ingin mencoba memakai panggilan yang lebih sopan aja. Apalagi kita kan dah tua, seperti kurang pantas aja dan mengimbangi Kamu yang selalu memakai Aku kamu bukan Lo gue," papar Runi.

Mereka berdua berjalan menuju ruang istirahat untuk meletakkan tas, dan memulai aktivitas seperti biasanya.

Pekerjaan Elia di rumah sakit berjalan lancar seperti biasanya, tak ada yang berubah. Meskipun kondisinya sedang tidak baik, Ia tetap mencoba tersenyum kepada para pasiennya.

Waktu terus berjalan sampai tidak terasa waktu jam jaganya telah habis. Biasanya jika jam pulang sudah habis, Ia akan semangat untuk segera pulang ke rumah dan bertemu dengan suaminya, tetapi sekarang tidak. Justru kebalikannya, Elia merasa sangat tidak ingin cepat-cepat pulang ke rumah.

"Eh Run, Ayo pergi jalan-jalan dulu," ajak Elia kepada Runi.

Runi menautkan kedua alisnya. " Tumben Kamu gak mau cepet pulang El, biasanya juga buru-buru pulang biar bisa ketemu dengan suami tercinta! Eh, sorry, Aku lupa El." Runi menepuk dahinya karena lupa kalau Elia sekarang sedang ada masalah dengan Rigel.

Penyakit pikunnya ini memang sudah tidak ada obatnya lagi, sampai membuat Ia lupa kalau pernikahan Elia sedang berada di ujung tanduk.

Elia tersenyum." Iya, gapapa. Gimana? Mau gak?" Ajak Elia lagi sambil menaikkan satu alisnya.

"Tentu saja mau lah ..." pungkas Runi sambil merangkul Elia untuk berjalan pergi keluar dari ruangan istirahat.

Saat tiba di lobi rumah sakit, tiba-tiba Rigel sudah datang menjemput seperti biasanya. Melihat Rigel sudah berdiri menatap ke arahnya. Membuat Elia dan Runi menghentikan langkahnya sambil menghembuskan nafas panjang.

"Kok Rigel ada di sini, El? Kalian gak jadi cerai?" tanya Runi dan di jawab dengan gelengan kepala oleh Elia.

"Kamu serius El? Gak jadi cerai? " pekik Runi yang seketika di bungkam oleh Elia.

"Kalau ngomong jangan keras-keras, nanti banyak yang denger," ucap Elia yang diangguki oleh Runi.

"Terus gimana ceritanya?" tanya Runi penasaran.

"Nanti Aku akan telepon dan cerita, tapi sekarang sepertinya Aku gak jadi pulang karena gak enak kalau sampai ada yang tahu hubungan rumah tanggaku sedang ada masalah,"pungkas Elia yang segera pamit sambil cipika cipiki lalu pergi meninggalkan Runi.

Saat menghampiri Rigel, Elia hanya mengkode mengajak Rigel untuk segera pergi dari sana tanpa ada adegan romantis seperti biasanya yang mereka lakukan.

Saat di dalam mobil, hanya ada keheningan dari keduanya. Tak ada yang mencoba untuk mengajak berbicara, tatapan Elia nanar lurus ke depan. Sedangkan Rigel mencuri pandang untuk menatap Elia. Meskipun sudah berdamai, hubungan mereka masih terlihat sangat canggung sekali.

Saat sampai di rumah, Elia mengerutkan kening saat melihat ada mobil Hana sudah terparkir di garasi mobil. Ia segera keluar dari mobil, tanpa menunggu Rigel.

Saat masuk ke dalam Rumah, langkah Elia terhenti saat melihat Hana datang tidak sendiri, melainkan bersama Claire istri kedua Rigel. Rigel yang baru saja datang juga ikut terkejut saat melihat Hana datang bersama Claire.

"Kalian baru pulang?" tanya Hana yang sudah berdiri dari tempat duduknya.

"Mama, Claire! Kenapa Kalian bisa ada di sini?" lontar Rigel dengan sebuah pertanyaan alih-alih menjawab pertanyaan Hana.

"Kenapa ucapanmu begitu pedas Ri! Apakah Mama tidak boleh datang kerumahmu?" cerca Hana.

" Bu-kanya tidak boleh, hanya saja Mama tidak bilang terlebih dulu sebelum datang kesini. Jadi, Rigel dan Elia sedikit terkejut dan tidak bisa menyambut kedatangan Mama, " Elak Rigel.

" Bukankah Mama setiap kesini juga tanpa memberitahu dulu. Lagian Mama datang kesini hanya ingin mengantarkan Claire untuk tinggal di sini aja kok! "pungkas Hana.

Elia dan Rigel terbelalak saat mendengar ucapan Hana yang mengatakan bahwa Claire akan tinggal di rumah ini.

" Maksud Mama apa? Claire akan tinggal di sini? Itu gak mungkin Ma, disini kan—"

" Kenapa tidak mungkin Ri, Claire juga kan istri Kamu. Ups," Hana menutup mulutnya. "Maaf El, Mama lupa memperkenalkan sama kamu. Ini Claire dia juga adalah Istri Rigel dan sekarang sedang mengandung anak Rigel !" Hana memeperkenalkan Claire dengan penuh penegasan.

Sedangkan Claire hanya menganggukkan kepala sebagai bentuk sopan santun perkenalan. Ingin rasanya Hana tertawa lepas saat melihat Elia terdiam membeku tanpa kata.

" Ma, bukankah Claire sudah tinggal di apartemen lalu kenapa harus tinggal di sini juga," sanggah Rigel yang belum setuju jika Claire tinggal bersama mereka. Apalagi melihat wajah Elia yang seperti ini, membuat Rigel semakin merasa bersalah. Padahal mereka baru saja berdamai, tetapi masalah baru sudah datang menghampiri.

" Memangnya kamu gak kasihan, melihat Claire yang sedang membutuhkan banyak perhatian harus tinggal sendirian di apartemen." Rigel ingin menyanggah perkataan Hana bahwa Ia sudah menyewa suster untuk menjaga Claire, tetapi Hana langsung memberi kode bahwa Ia tidak boleh menyanggah ucapan Hana terlebih dahulu.

" Kamu itu gak adil Rigel kalau hanya memperhatikan Elia saja! Apalagi sekarang kondisi Claire sedang lemah seperti ini, Ia butuh perhatian khusus dan disini juga ada Elia yang notabennya seorang perawat. Jadi, bukankah lebih baik kalau Claire tinggal di sini daripada di apartemen? " tandas Hana.

Ketika mendengar Hana yang terus berbicara panjang dan lebar, Elia sudah tahu bahwa perkataan itu tidak bisa diganggu gugat. Jadi, Elia terpaksa mengiyakan permintaan Hana agar Ia tidak semakin dibenci dan disudutkan. 

" Terserah Mama saja jika menginginkan wanita kedua itu tinggal di sini! Aku tidak masalah kok, asalkan jangan menganggu privasiku saja! Toh, meskipun kita menolak juga Mama akan tetap memaksa, kan?" pungkas Elia yang berlalu pergi meninggalkan mereka semua.

Hana merasa kesal saat mendengar ucapan Elia yang terlihat biasah saja, padahal Dia ingin kalau Elia merasa sedih atau marah karena Rigel. Menikah diam-diam.

Sedangkan Claire merasa sakit hati saat mendengar Elia mengatakan bahwa Ia adalah wanita kedua.

...****************...

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, vote, komen dan hadiahnya ya...

Ingat tombol favoritnya biar tahu kelanjutan cerita Elia yang akan melawan pelakor!

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

semangat Elia dan jangan lemah ... seandainya Rigel berubah pergi saja

2024-05-10

0

I'm wins

I'm wins

Lah emang wanita kedua..belum sadar ternyata😤😤

2022-12-26

1

Andhaiakhu Malaikatmu

Andhaiakhu Malaikatmu

sadar dirie claier. km kan emang wanita ke 2.

2022-07-14

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!