Menghibur diri

Dikarenakan nomor Elia yang tak kunjung bisa dihubungi, Rigel segera pergi  mencari dimana keberadaan Elia tanpa menghiraukan panggilan dari Hana.

Di sisi lain, terlihat seorang wanita mulai mengerjapkan matanya. Saat terbangun, Elia mulai mengedarkan pandangannya melihat ke sekeliling. 

"Sus," panggil Elia kepada suster yang tengah mengecek infus Elia. 

"Anda sudah bangun?" tanya Suster itu. 

Elia mengedipkan matanya. "Saya kenapa bisa ada di sini, ya?" tanya Elia saat tak mengingat apa yang sudah terjadi dengannya sampai di rawat di rumah sakit. 

"Anda tadi demam tinggi dan dehidrasi, untung saja suami Anda cepat waktu kalau tidak—" 

"Suami?" sela Elia saat Suster itu belum selesai berbicara.

"Iya, Suami Anda itu idaman sekali. Masih muda, tampan, baik, perhatian sekali sampai menjaga anda seharian di sini. Eh, Itu Suami Anda sudah datang," lontar suster itu saat melihat Simon telah kembali.

Mendengar ucapan suster itu mengatakan bahwa suaminya datang, Elia segera menengok dan menautkan alisnya saat melihat sosok pria tak dikenal yang dianggap sebagai suaminya oleh sister tadi. 

Melihat Simon yang sudah datang, Suster itu berpamitan untuk pergi karena tugasnya juga sudah selesai. 

"Kamu siapa? " tanya Elia.

Simon duduk di kursi samping ranjang pasien Elia. "Gue yang udah menolong dan membawa Lo kesini!" 

"Lalu kenapa suster tadi mengatakan bahwa kamu suami Saya?" 

" Em …  itu sih Mereka aja yang  salah paham. Saat mengurus registrasi mereka melihat status kamu sudah menikah. Jadi, mereka mengiranya kalau Gue adalah suami Lo," jelas Simon. 

"Oh … Makasih ya karena sudah menolong dan menjaga Saya," pungkas Elia sambil tersenyum. 

Senyum Elia saat ini terlihat menyedihkan, Simon tahu bahwa wanita di depannya saat ini mencoba menutupi kesedihannya dengan tersenyum. 

Tak lama kemudian, Pintu kamar terbuka. Jingga dan Seruni segera berlari menghampiri Elia dengan wajah cemas. 

"Lo gapapa Kan, El? Apa yang sakit? Ini kenapa siku Lo luka?" tanya Jingga bertubi-tubi sambil mengecek tubuh Elia. 

"Aku gapapa, Kalian kok bisa tahu kalau Aku disini?" tanya Elia yang merasa heran saat melihat Senja dan Seruni datang.

Jingga menghela nafas, dan baru menyadari bahwa ada seorang lelaki duduk di samping ranjang Elia. 

"Kamu … Cowok yang menolong Elia?" tanya Jingga dan di jawab sebuah anggukan oleh Simon. 

"Makasih ya, udah nolongin Elia. Oh ya, sebenarnya apa yang terjadi?" 

Setelah itu, Simon menjelaskan apa yang telah terjadi sebelumnya sampai membuat Elia seperti ini.

"Apa? Lo bodoh atau gila, El? Apa yang Lo pikirkan sampai hampir membuat Lo hampir mati! Dimana sih Jeroan? Kenapa dia gak ada disini lagi?" cerca Jingga yang sedikit emosi setelah mendengar cerita dari Simon. 

"Jing, tahan … jangan Emosi dan teriak-teriak. Ini rumah sakit, nanti bisa ganggu pasien yang lain," pungkas Seruni. 

Elia hanya diam, Dia bingung mau menjawab apa pertanyaan Jingga. 

"Lo lagi berantem, ya … sama tu Jeroan?" tebak Jingga saat melihat Elia terdiam tanpa kata.

Simon menjadi bingung melihat sahabat Elia yang terus menanyakan berbagai pertanyaan kepada Elia. 

"Jeroan … Kenapa orang bisa bertengkar sama Jeroan?" celetuk Simon agar bisa mengalihkan pembicaraan. 

Jingga melirik sinis ke arah Simon yang mencoba mengalihkan pembicaraan. Membuat Simon sedikit bergidik ngeri melihatnya, sepertinya Ia salah ucap.

"Udah ya Jing, Aku gak mau bahas tentang dia lagi. Aku capek!" ujar Elia lalu kembali membaringkan tubuhnya. 

"Apa Kamu habis melihat dia dengan selingkuhannya lagi?" 

Mendengar ucapan Jingga, Seruni membolakan matanya sempurna karena Dia belum tahu tentang masalah ini. 

"Maksud Elo apa Jing? Gak mungkin kan, Rigel selingkuh! Dia kan cinta mati sama Elia!" sanggah Seruni. 

Seruni menyentil jidat Seruni."Cinta saja gak bisa menjamin orang itu gak bakalan selingkuh!" cetus Jingga. 

Ucapan Jingga seperti sebuah jarum yang menancap di hatinya. Perkataannya memang benar, ternyata Cinta saja tidak bisa membuktikan bahwa seseorang tidak akan selingkuh.

"Melihat Lo yang diam aja, Sepertinya ucapan Gue bener …" Jinhga segera berjalan pergi.

"Jing Lo mau kemana?" tanya Seruni yang membuat Jingga memberhentikan langkahnya. 

"Mau buat pelajaran sama si Jeroan!" 

"Tunggu!" teriak Elia mencoba menghentikan langkah Jingga. "Kamu gak perlu mencarinya Jing,  itu percuma karena mereka sudah menikah sekarang!" pungkas Elia yang seketika mampu membuat Seruni dan Jingga terkejut. 

Jingga segera menghampiri Elia dan menatapnya untuk memastikan bahwa apa yang dikatakan oleh Elia itu benar. Elia hanya bisa mengedipkan matanya menahan rasa sakit dan tangis bersamaan. Jingga dan Seruni segera memeluk Elia untuk memberikan dia kekuatan. 

"Lo yang sabar, ya El..."

"Gue gapapa kok, tapi Kalian bisa bawa Gue pergi dari sini ?" pinta Elia.

Seruni dan Jingga melepaskan pelukannya.

"Maksud Lo apa El? Lo kan masih sakit, nanti kalau-"

" Aku sudah baikan kok, jadi gak usah khawatir. Lagian Aku tahu jelas bagaimana kondisiku saat ini, Aku hanya ingin pergi dari sini sekarang," Sela Elia saat Seruni belum menyelesaikan ucapannya.

Seruni, Jingga dan Simon saling bertatapan untuk mencari solusi.

"Yaudah, Kalau Lo mau pergi dari sini. Gue akan urus kepulangan Lo!" pungkas Jingga.

"Loh Jing, Elia kan—"

"Udah gapapa, Lagian kita bertiga juga seorang tenaga medis, kan. Nanti kalau misalnya ada apa-apa kita bisa merawat Elia sendiri!" tandas Jingga yang berlalu pergi dari ruangan untuk mengurus kepulangan Jingga.

Awalnya rumah sakit menolak karena saat dibawa kesini Elia demam tinggi, tetapi Jingga yang akan menjadi jaminanya jika terjadi sesuatu. Jingga juga mengatakan bahwa mereka adalah tenaga medis sehingga gak perlu ada yang di khawatirkan.

Setelah memberikan beberapa alasan, akhirnya rumah sakit membolehkan Elia pulang dengan catatan harus lebih banyak istirahat dan apapun yang terjadi bukan tanggung jawab rumah sakit lagi.

Sebelum kembali ke kamar, Jingga pergi ke toko baju terdekat untuk membelikan Elia pakaian terlebih dahulu. Setelah mendapatkan pakaian lengkap, Jingga segera kembali ke kamar Elia untuk membawanya pergi dari rumah sakit.

Karena tidak terlalu mengerti daerah sentul, Jingga sekali lagi meminta bantuan Simon untuk membawa mereka ke tempat yang nyaman dan jauh dari keramaian.

Jingga tau, kalau saat ini Elia sedang membutuhkan tempat untuk menenangkan diri agar bisa melupakan rasa sakit akibat di khianati oleh orang yang sangat di cintainya, dan untungnya Simon setuju membantu mereka lagi.

Meskipun Ia tak mengenal tiga wanita ini, tapi entah kenapa Simon tidak bisa menolak permintaan mereka. Ditambah Ia tahu bagaimana kondisi Elia saat ini yang sedang sedih, membuat Ia semakin tak bisa menolaknya.

***

Sudah cukup lama Rigel mencari Elia, tetapi tak kunjung menemukan nya . Rigel terus berusaha menghubungi nomor sahabat - sahabat Elia, tetapi tidak ada yang mengangkat panggilannya. Bahkan Rigel juga sudah mendatangi rumah Elia yang berada di bandung, tetapi kosong tak ada orang disana.

"Kamu dimana sih, El ... Ayah, bunda sama Aa juga gak ada di rumah. Nomor ponselnya juga gak aktif! Kenapa semua orang menghilang?" gumam Rigel sambil terus mengemudikan mobilnya.

Saat ini Rigel benar-benar cemas, khawatir dan merasa sangat bersalah karena telah menyakiti hati Elia sampai membuatnya menghilang.

" Bodoh ... Bodoh ... "Rigel memukul setir saat tak kunjung menemukan Elia.

" Lo, memang bodoh Rigel ... Seharusnya Elo gak melakukan hal ini ... Sekarang lihat akibatnya, Elia pergi entah kemana dengan membawa luka di dalam hatinya," gerutu Rigel kepada dirinya sendiri.

***

Jika Rigel tengah merasa cemas, khawatir serta merasa bersalah. Berbeda dengan Elia yang sedang menghibur diri dengan cara pergi berlibur ke salah satu resort yang sangat indah di sentul bersama kedua sahabatnya dan juga Simon. 

Simon merekomendasikan Resort dengan pemandangan alam agar pikiran Elia lebih rileks lagi saat menghirup udara segar disana. Apalagi cuaca sehabis hujan membuat udaranya semakin segar untuk di hirup.

"Wah... Ini benar-benar menakjubkan," puni Senja.

"Iya benar ... Eh, ganteng ternyata selera Kamu bagus juga!" puji Seruni yang mampu membuat Simon menggaruk tengkuknya karena malu.

" Sekali lagi, makasih ya ... Kamu udah mau membantu kita. Oh, ya dari tadi kita ngobrol banyak, tapi belum saling kenalan. Kenalin namaku Jingga, " ucap Jingga dengan menyodorkan tanganya.

"Aku Simon," jawab Simon dengan meraih jabatan tangan Jingga.

"Apa? Sinom? Masak ganteng-ganteng namanya Sinom!" cetus Seruni.

"Si-mon Runi ... bukan Sinom..." Seru Jingga, Elia dan Simon bersamaan.

"Lu kira jamu, apa?" lanjut Jingga.

"Ya ... Maaf ..." ucap Runi dengan mengerucutkan bibirnya sambil menggaruk kepalanya. Ia benar-benar merasa malu karena sudah berbicara keras dan salah.

Melihat raut wajah seruni yang memerah serta salah tingkah, membuat semuanya tertawa lepas.

Elia memang cukup beruntung disaat berada dalam titik terendah, Ia masih memiliki sahabat yang terus menemani dan ada disampingnya seperti ini.

...****************...

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komen, vote dan hadiahnya ya...

Kalian juga bisa klik tombo favoritnya biar tahu kalau novel ini up. Terima kasih 🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

semangat Elia

2024-05-10

0

I'm wins

I'm wins

sabar ya Elia...💪💪

2022-12-26

0

Dida Kholidah

Dida Kholidah

heran...istri ada musibah besar kehilangan kedua orang tua dan kakanya masih aj ga tau?? kok bisa?? ampun nih suami....

2022-06-28

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!