Devan mencari keberadaan Sena di ruangannya namun Sena tidak ada di sana. Devan segera menuju ruangan Bram untuk menanyakan Sena karena sudah 2 hari ini Sena tidak datang ke kantor dan pulang ke rumahnya.
"Pak Devan?"
"Pak Bram, di mana Senarita?"
Bram terdiam sejenak lalu memberanikan diri untuk bertanya. "Untuk apa menanyakan Sena?"
"Cepat katakan di mana Sena!"
Bram mengambil surat pengunduran diri atas nama Sena, Devan sangat terkejut ketika membaca surat tersebut.
"Kenapa mendadak sekali?" tanya Devan.
"Suaminya mengajak pindah ke kota sebelah."
Devan langsung berlari meninggalkan ruangan Bram, dia sangat kesal kenapa Sena tidak berpamitan dengannya. Devan menuju ke mobilnya dan akan menemui Regan. Pantas saja nomor Sena sudah tidak aktif, ini semua pasti ulah Regan. Sesampainya di kampus kebetulan Regan baru saja akan masuk gedung, Devan menghampirinya.
"Di mana Sena?" tanya Devan.
Regan terhenti dari langkahnya. "Kau sangat tidak tahu malu menanyakan istri orang lain."
"Kau yang sudah membuangnya."
Regan menatap tajam pada Devan. "Tolong jauhi istriku!"
Regan langsung masuk ke gedung meninggalkan Devan yang menatapnya jengah, Regan setelah ini akan ke kota sebelah untuk menemui Sena namun sebelumnya dia akan mampir ke Maya dulu. Begitulah mempunyai dua istri, mereka sama-sama egois dan ingin sama-sama mendapatkan cinta dari Regan.
Sesampainya di tempat kost Sena, Regan memandang Sena yang termenung sendirian. Sena tidak mau makan dan tidak mau minum membuat Regan merasa kesal sendiri.
"Sena, maumu apa? Aku sudah menerimamu apa adanya?"
"Talak si Maya!"
Regan sangat terkejut dengan penuturan tak masuk akal dari Sena. "Maya sedang hamil anakku, aku tidak bisa mentalaknya begitu saja."
"Yasudah, kita bercerai saja. Aku tidak ingin berbagi cinta dengan wanita lain bahkan kau mengatakan cinta padaku berulang kali pun kau tetap suami yang tidak bisa aku gapai. Cintamu sudah terbagi apalagi akan ada bayi diantara kalian."
Regan mengusap wajahnya kasar, dia berusaha untuk menetralkan amarahnya. Dia berpikir sejenak lalu mengeluarkan surat perjanjian mereka berdua. Di sana sudah tertulis jelas pasal-pasal yang mereka sepakati namun mereka semua mengkhianatinya.
"Harusnya aku yang merasa sangat kecewa, kau membuat surat perjanjian ini namun malah tidur dengan pria lain. Aku sudah tidak akan marah karena marah pun tidak akan mengembalikan keadaan."
Sena merasakan kesal dengan ucapan Regan. Tidur dengan orang lain? Rasanya harga diri Sena jatuh begitu dalam.
"Aku tidak mempunyai darah perawan karena aku sempat jatuh dari sepeda saat remaja."
"Halah, alasan! Kau ditiduri Devan 'kan?"
Plaaaak...
Sena menampar Regan begitu kuat, Regan pun hanya tersenyum kecil mendapat tamparan itu.
"Aku akan mentalak Maya supaya kau puas! Namun apa kau bisa mengembalikan perawanmu?"
Sena tercengang dengan ucapan Regan. Regan pun segera menggendong Sena yang belum bisa berjalan, Sena memberontak untuk di turunkan namun Regan tak menggubrisnya. Regan akan membawa Sena ke tempat Maya namun saat pria itu menggendong Sena merasakan basah dan lengket saat menyentuh rok sang istri.
Regan terhenti sejenak, ia mendudukkan Sena di kursi depan kost.
"Darah?" ucap Regan sambil melihat telapak tangannya.
Sena sangat terkejut. "Aku menstruasi?"
Regan memandang Sena yang juga kebingungan. "Kau hamil?"
Sena menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin. Memangnya aku bergaul dengan siapa?"
Regan dengan cepat membawa Sena ke klinik terdekat. Sena masih bingung, kenapa dia menstruasi namun tidak sadar. Sesampainya di klinik, Sena segera di periksa dan memang benar menstruasi biasa. Regan sangat senang sekali, Sena tidak hamil apalagi hamil anak pria lain.
"Bahkan Tuhan masih berpihak padaku. Dia tidak biarkan kau hamil anak pria lain. Dengar, Sena! Kau tetap milikku dan perceraian tidak akan terjadi," ucap Regan.
Regan lalu berkonsultasi dengan dokter mengenai rahim Sena. Sena sedari tadi hanya diam tak tertarik dengan percakapan mereka.
"Sena, kau siap melakukan operasi pengangkatan kistamu?" tanya Regan membuyarkan lamunan Sena.
"Operasi?"
Regan mengangguk.
"Kak Re, aku ingin pulang." Sena berusaha untuk berdiri walau kakinya sangat pincang.
Regan mengikutinya dan menatap heran Sena. Regan membantu Sena berjalan dan membawanya masuk ke mobil. Sena di dalam mobil hanya diam saja, pikirannya sangat kacau. Dia harus memikirkan rencana untuk menggugat cerai Regan secepatnya.
"Aku tidak ingin memaksamu untuk operasi secepat mungkin, jika kau sudah siap, bilang ya!"
"Hem."
Regan mengusap rambut Sena, Sena hanya diam saja. Tujuan Regan tetap di kontrakan Maya, ia akan mengantalak Maya demi Sena. Namun bukanlah Sena jika tidak tega dengan orang lain, Sena juga perempuan yang akan merasakan rasa sakit jika ditinggalkan saat sedang hamil apalagi itu adalah anak Regan.
"Kenapa mudah sekali untuk mentalak Maya yang sedang hamil?"
"Yang terpenting kau bisa senang dan tidak meminta bercerai."
"Sudahlah, jangan talak Maya! Tadi ucapanku mengawur karena kesal saja. Aku akan menerima Maya namun kau jangan mentalaknya. Aku tidak mau dicap sebagai perempuan jahat."
Regan melirik sekilas Sena. "Nanti kau marah lagi?"
Sena menggelengkan kepalanya, sebenarnya Regan sangat ragu dengan ucapan Sena namun yang jelas ia senang saat Sena berusaha menerima kenyataan ini.
Aku akan bermain cantik untuk menggugat cerai. Jangan terburu-buru! Semua akan berjalan dengan semestinya jika aku sedikit bersabar. Batin Sena.
Regan kembali ke tempat kost, sebelumnya dia membelanjakan Sena jamu dan pembalut. Cukup senang sekali saat mengetahui Sena menstruasi namun tak dapat dipungkiri lagi Regan begitu sakit hati karena tak mendapat perawan Sena.
***
"Sena, aku harus kembali ke kampus. Jam 1 aku harus mengajar."
"Baiklah. Hati-hati." Sena mencium pipi Regan membuat Regan begitu senang.
Setelah Regan keluar dari kamar kostnya, Sena mengelap bibirnya yang sempat mencium Regan. Dia menghela nafas panjang sambil menatap langit-langit kamarnya. Andai saja kakinya tidak terluka, ia pasti bisa pergi dari tempat itu.
1 jam...
2 jam...
3 jam...
Terdengar suara pintu diketuk, Sena dengan cepat membukanya, betapa terkejutnya saat dia melihat Devan ada di sana. Devan memeluk Sena dengan erat, Sena pun berusaha melepaskan pelukannya.
"Maaf, Pak Devan kenapa datang kemari? Pak Devan tahu darimana?"
"Itu semua tidak penting." Devan melihat kaki Sena yang bengkak. "Ada apa dengan kakimu?"
Sena menggelengkan kepalanya, ia mengajak Devan duduk di depan kost. Kini Sena lebih agak canggung dengan Devan, posisinya sekarang ia masih bersuami. Sena merasa tidak pantas jika dikhawatirkan oleh pria lain.
"Kau benar mengundurkan diri dari perusahaan?" tanya Devan.
"Eh, kata siapa?"
Devan menunjukan surat pengunduran diri Sena, Sena pun sangat geram, ini pasti ulah Regan yang seenak jidat.
"Pak Devan, kenapa kau tiba-tiba menjadi dekat denganku? Kau adalah atasanku dan aku hanya pegawai biasa. Rasanya lucu sekali."
"Aku hanya ingin kau lepas dari Regan. Aku sudah tahu semuanya tentangmu bahkan tentang rumah tanggamu yang sudah tidak sehat."
"Semua ini tidak ada hubungannya dengan Pak Devan. Aku bisa menyelesaikannya sendiri."
Devan menatap lekat mata Sena yang penuh dengan beban. "Aku akan membantumu untuk menggugat cerainya dan setelah itu menikahlah denganku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Juan Sastra
bukannya keprawanan tidak harus berdarah..
regan bego ggak bisa membedakan perawan atau tidak.
walau tidak berdarah jika sulit di masuki atau terasa sempit ggak ada jalannya artinya tetap perawan karena tetap memiliki selaput..
jika tak perawan walau terasa sempit namun tetaplah ada celah selaputnya udah terlepas.
dan selaput keperawanan pun ada dua macam ada yg tipis dan tebal..jika selaputnya tipis makanya tidak menampakkan darah ,, apa lagi pernah jatuh dengan posisi itu.
selaput akan pecah bilah di tusuk ke dalam oleh suatu benda bisa juga jari tangan.namun sakitnya tetap terasa.
2022-05-05
1
Kod Driyah
sena ikuti sj saran p devan drpd sm regan
2022-05-03
0
guntur 1609
terima saja devan nya sena
2022-04-16
0