Hallo, karena novel ini mengikuti lomba Berbagi Cinta, saya mohon untuk tetap memberikan like ataupun komentar supaya bisa mendongkrak popularitas novel ini dan tentunya semakin pesat popularitasnya semakin banyak GIVE AWAY yang saya bagikan. Saya akan usahakan update minimal 2 bab perhari bisa lebih jika semakin banyak yang membaca. Terima kasih.
***
Devan tersenyum kecil saat Sena ketakutan, pipinya memang terasa sakit akibat tamparan kuat dari Sena. Sena menamparnya begitu kencang sampai membuat pipinya memerah.
"Tidak apa-apa. Maaf jika aku kurang ajar," ucap Devan.
Devan menekan tombol lift ke lantai yang akan dia tuju. Sena sedari tadi hanya menunduk sambil memainkan jemarinya. Dia takut jika Devan tiba-tiba menyerangnya lagi namun siapa sangka jika Devan hanya diam sambil meliriknya sekilas.
"Bagus sekali antingmu." Devan berbicara sambil melirik Sena.
Sena mengerutkan dahi saat sang bos mengatakan seperti itu, ia memegang kedua antingnya dan baru tersadar jika satu antingnya hilang.
"Mencari ini?" tanya Devan sambil menunjukan anting pada Sena.
"Kenapa ada di Pak Devan?"
Devan tersenyum sambil mengantongi anting itu membuat Sena heran. Devan hanya diam sambil menunjukan senyuman manis sampai dua lesung pipinya muncul membuat Sena terpesona.
"Jika kau ingin antingmu kembali maka kau harus mengambilnya di ruanganku jam 11 nanti."
Ting...
Pintu lift terbuka, Devan mempersilahkan Sena untuk keluar dari lift. Entah kenapa Sena menjadi kesal dengan bosnya itu. Sena segera keluar, ia membalikan badan dan menatap pintu lift tertutup, Devan pun tersenyum manis kepadanya.
Benar-benar bos gila! Kenapa aku bisa terjebak dengannya? Ah... Kenapa hidupku rumit sekali? Belum juga terbebas dari Regan kini malah dengan Pak Devan juga.
Tak berselang lama, ponsel Sena bergetar mendapat pemberitahuan sebuah pesan yang ternyata dari Bapak.
Bapak.
Bapak rindu, sepulang kerja bisa bertemu?
Sena.
Iya, Pak. Aku juga ingin membicarakan hal serius dengan Bapak.
Bapak.
Tentang apa?
Sena tak membalasnya, ia segera menuju ke ruangannya dan mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda.
Di sisi lain.
Devan masuk ke ruangannya, asisten pribadinya yang bernama Anjas menyerahkan sesuatu yang penting mengenai Senarita. Devan mengibaskan tangannya setelah mendapat berkas itu.
Tangan Devan membaca fakta mengenai pernikahan Sena.
Jadi dia menikah karena ancaman dan Regan kini juga mempunyai istri baru yang sedang hamil? Ku pikir pernikahanku yang sangat rumit ternyata pernikahan Sena jauh lebih rumit.
"Anjas..."
"Ya, Pak?"
"Panggilkan Pak Bram ke sini!"
"Baik, Pak Devan."
**
Pukul 11 siang.
Sena masuk ke ruangan Devan, ia menatap wajah tampan Devan yang sedang fokus bekerja. Pria itu mendongakkan kepalanya lalu tersenyum dengan kedatangan Sena.
"Seberapa mahalnya anting ini sampai kau rela datang ke sini?" tanya Devan.
"Maaf, itu pemberian mendiang ibuku."
Devan meminta maaf lalu bukannya memberikan anting namun malah memberikan sebuah kunci yang diperkirakan adalah kunci rumah. Sena masih diam tak paham apa maksud dari sang bos.
"Ini kunci rumahku, jika kau sedih bisa datang ke sini. Askia juga sangat menyukaimu. Kau bisa membukanya langsung tanpa mengetuk pintu dan pasti Askia akan senang dengan kedatanganmu."
"Maaf, Pak. Apa aku semurah itu bagimu? Sekarang ini malah memberikan kunci rumahmu. Aku sudah punya suami dan Pak Devan juga sudah beristri. Maaf, aku kurang nyaman dengan sikap Pak Devan."
Devan menghela nafas panjang, dia berdiri lalu menyandarkan pantatnya di mejanya sambil tangannya bersedekap di dada.
"Pernikahanku dalam proses perceraian dan kau juga sama 'kan? Aku tidak ingin basa-basi, aku ingin kau menjadi istriku dan ibu baru untuk Kia." Devan nampak serius dengan ucapannya membuat Sena tertegun tak percaya.
"Berikan anting pemberian ibuku!" ucap Sena dengan nada yang meninggi, kali ini dia tidak takut dengan Devan.
"Jika aku tidak mau lalu bagaimana? Kau harus menikah denganku dulu, baru antingmu kembali."
Sena sangat kesal langsung lari meninggalkan Devan. Dia terus mengusap air matanya dan tidak memperdulikan pegawai lain yang melihatnya menangis.
Sena menuju ke kamar mandi untuk menetralkan tangisannya.
Yang kuat, Sena! Sekarang ada dua pria yang mengikatmu. Pikirkan bagaimana cara terbebas dari mereka! Jangan lemah!
**
Sepulang bekerja, sang bapak tidak jadi bertemu dengannya karena ada bengkel dan tambal bannya sedang ramai. Sena melajukan motornya dengan kecepatan sedang sambil tetap fokus pada jalanan.
Sesampainya di rumah, ia melihat mobil Regan sudah terparkir dan ia juga melihat sepatu wanita milik Maya. Sena masuk sambil melepas helmnya, ia melihat Regan tengah memejamkan mata di sofa.
"Sena?" ucap Maya membuat Regan terbangun.
Regan langsung memeluk Sena dengan erat. Regan sudah tahu semuanya tentang rahim Sena yang bermasalah.
"Jangan terlalu dipikirkan! Kita bisa mencari cara lain agar kau bisa hamil," ucap Regan.
"Kak Re, kau tidak perlu anak dariku karena Kak Maya sudah memberikannya untukmu," jawab Sena.
Regan melepaskan pelukannya lalu menatap mata Sena yang memerah. "Apa maksudmu? Aku juga menginginkan anak darimu."
Sena menggelengkan kepalanya, ia langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu. Maya menenangkan Regan dan menyabarkannya.
"Aku tidak tahu kenapa dia bisa berubah seperti ini? Dia tidak mau ku sentuh bahkan belum siap melakukannya denganku. Jangan-jangan ada pria lain?"
"Sudahlah, Sayang! Sena sedang syok. Dia pasti luluh dengan kebaikanmu suatu saat nanti."
Maya mengecup bibir Regan sekilas, Regan malah membalasnya dengan beringas dan menggendong tubuh Maya ke dalam kamar. Sena yang mengintip dari balik kamarnya hanya bisa merasakan sesak di dada.
Di dalam kamar, ia hanya bisa melamun sambil mengusap perutnya. Dia sangat terluka jika memang sulit untuk hamil.
Ting ... tong ... ting ... tong ...
Suara bel pintu rumah terus berbunyi namun tidak ada yang membukanya. Sena bergegas keluar dan tak sengaja mendengar suara panas dari dalam kamar Maya. Sena yang kesal mengambil panci di dapur lalu melemparnya kuat di depan pintu kamar Maya sehingga menimbulkan bunyi yang berisik. Sena yang merasa lega segera membuka pintu yang ternyata tukang antar paket.
"Maaf, ini Mbak Sena? Saya disuruh memberikan paketan ini untuk Mbak Sena."
Sena menerima dan membolak-balik paket kecil itu, ia juga tidak menemukan nama si pengirim.
"Dari siapa?" tanya Sena.
"Nama pengirimnya ada di dalam, Mbak."
Tukang paket itu lalu pergi, Sena masih menatap kotak kecil itu. Dia bahkan tidak merasa memesan sesuatu.
"Sena, tadi suara apa? Kok ada panci di depan kamar?" tanya Regan.
"Bisakah kalian melakukan itu tanpa bersuara? Panas kupingku mendengarnya!" ucap Sena.
Sena langsung masuk ke kamar namun Regan menariknya. "Kau cemburu?" tanya Regan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Rynda Imel
Sampai dah berapa episode ini nyesek semua
2024-04-09
0
Lyana Gunawan
regan g pnya otak
2023-02-11
0
Kenny sihyanti
Regan tak punya otak
2022-09-13
0