Bab 10 : Lift

"Maaf, bisakah kau pindahkan mobilmu? Pengendara lain sampai tidak bisa lewat," ucap Devan.

Mampuslah! Aku bisa dipecat Pak Devan. Batin Sena.

Regan menatap datar Devan, ia segera masuk ke mobil serta memindahkannya. Sena bersyukur jika Regan tak membuat masalah dengan Devan. Ini kesempatan Sena untuk masuk ke dalam gedung dan segera menuju lift. Siapa sangka jika dirinya harus satu lift dengan Devan dan hanya berduaan.

Sena begitu canggung, ia hanya menunduk. Devan sifatnya sama dengan Regan, sama-sama dingin dan tak banyak bicara. Dia di kenal menyeramkan oleh pegawainya termasuk Sena.

"Kenapa harus ungu?"

Sena menyadari jika ada pertanyaan untuknya, ia terkejut dan memegang rambutnya sambil tertawa kecil.

"Hehe... Hanya ungu yang bisa mendeskripsikan perasaan saat ini."

Devan hanya diam, pria itu fokus ke depan. Di pikiran Sena haruskah dia mengganti warna rambutnya lagi.

"Jadilah dirimu sendiri! Warna ungu juga bagus, perusahaan juga tidak melarang," ucap Devan.

"Ah, iya, Pak."

Hening, setelahnya hening tidak ada pembicaraan. Sena hanya menatap dirinya dibalik pantulan dinding lift. Sena yang dulu lugu kini sudah berubah, ia berharap selama 1 tahun Regan bisa berubah walau pada akhirnya dirinya harus rela di madu untuk selamanya asalkan Regan mau adil kepadanya.

Tak lama berselang, lift mendadak mati. Sena sangat panik begitu pula dengan Devan. Namun mereka masih di tempat masing-masing tanpa ada pergerakan.

Devan mengambil ponselnya dan segera menghubungi seseorang.

"Segera perbaiki! Saya dan satu pegawai ada di dalam lift."

Devan menutup telponnya, dia masih berusaha untuk tenang. Namun tidak bagi Sena, dia mempunyai riwayat asma yang gampang kambuh apalagi di tempat yang tertutup dan gelap seperti ini. Ini saja jantungnya sudah sangat berdebar.

5 menit kemudian.

Lift tak kunjung menyala dan bergerak, Sena sudah merasakan sesak nafas. Dia mengontrol nafasnya sekuat mungkin namun pada akhirnya dia tumbang.

Bruuk....

Sena terjatuh di lantai, Devan sangat terkejut lalu mencoba membangunkannya.

"Hei, bangun!"

Devan menepuk-nepuk pipinya namun nafas Sena mulai tak beraturan.

"Kau punya asma?"

Sena tak menjawab, ia kambuh juga karena kepikiran masalahnya.

Devan menelpon bantuan dan meminta segera mempercepat memperbaiki liftnya. Sambil menunggu, Devan mencoba melalukan pertolongan pertama yang dia tahu. Dia asal memberikan nafas buatan untuk Sena melalui bibirnya. Ya, bibir mereka menempel dan Devan memberinya nafas buatan.

Devan begitu panik, ia terus memberikan nafas buatan beberapa kali.

"Aku tidak tahu cara ini berhasil atau tidak karena aku tidak pernah membantu orang yang memiliki riwayat asma. Bertahanlah!" ucap Devan lalu menggendong Sena.

Untung saja lift menyala dan kembali naik ke atas, tak berselang lama kemudian pintu lift terbuka, Devan segera keluar meminta pertolongan.

"Tolong! Panggilkan dokter!" ucap Devan.

Semua karyawan tertuju padanya dan memanggil dokter yang biasanya memang untuk memeriksa pegawai yang mendadak sakit.

Di gedung itu juga menyediakan seperti klinik, Sena segera di bawa ke sana.

15 menit kemudian.

Dokter keluar dari klinik, Sena sudah mendapatkan oksigen.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Devan.

"Sudah aman. Dia juga kelelahan."

Devan bernafas lega.

"Kau panik sekali?" tanya Dokter Rama.

"Bagaimana tidak panik? Tiba-tiba sesak nafas seperti itu di dalam lift yang sedang macet."

Dokter Rama mendekati Devan, ia sangat curiga dengan temannya itu. "Kau melakukan apa tadi di dalam lift?"

"Maksudmu?"

"Untuk pertolongan pertama."

Devan baru sadar jika secara tidak langsung dia berciuman dengan pegawainya apalagi beberapa kali. Devan yang malu segera kembali ke ruangannya namun saat baru melangkah tiba-tiba Regan datang berlari ke arah mereka.

"Istriku mana?" tanya Regan.

"Oh, kau suaminya? Dia ada di dalam. Silahkan masuk!" jawab Dokter Rama.

Regan bergegas masuk, sementara Devan meliriknya sekilas lalu tiba-tiba Dokter Rama membisikan sesuatu di telinga Devan.

"Aku menemukan sebuah inhaler atau biasa digunakan pengguna asma jika kambuh dadakan, harusnya kamu menggunakannya bukan malah memberinya nafas buatan, hehehe..."

"Sialan, kau!" Devan segera pergi dari sana sebelum Dokter Rama mengejeknya habis-habisan.

***

Sena bangun dan melihat Regan. ada di sebelahnya. Dia menatap seluruh ruangan itu yang nampak asing.

"Sudah bangun? Kenapa bisa sampai kambuh?" tanya Regan.

"Aku di mana?"

"Kau ada di klinik."

Sena melepas oksigen yang ada di mulutnya lalu bersiap untuk bekerja kembali namun Regan melarangnya dan meminta Sena untuk pulang saja.

"Manajermu Papa 'kan? Aku akan meminta izin Papa untuk membiarkanmu pulang dan beristirahat di rumah," ucap Regan.

"Tak perlu, kerjaanku banyak lagi pula Kak Re harus ngajar juga di kampus."

"Aku bisa tunda yang terpenting kau harus pulang dulu."

Sena menggelengkan kepalanya, ia bangun dan memakai sepatu hak tingginya. Melihat kaki sang istri lecet, Regan segera memplesternya.

"Untuk apa sih pakai hak tinggi sekali?" tanya Regan.

"Siapa tahu ada cowok yang naksir," pungkas Sena.

"Seperti bosmu?"

Sena terkejut, ia mengingat jika mendapat nafas buatan oleh bosnya. Perasaannya yang mendadak tidak karuan segera memakai sepatunya dan lari meninggalkan Regan.

Regan hanya menatap kepergian sang istri yang di rasa sudah mulai berubah tak mempedulikannya lagi.

***

Regan mengajar di siang ini, semuanya nampak normal. Sesekali dia melihat Maya yang terus saja melintas di depan kelasnya. 2 hari ini mereka tak berjumpa membuat Maya begitu rindu dengan suaminya.

Setelah selesai mengajar, Regan merapikan semua buku yang di bawanya dan tak berselang lama kemudian Maya menghampirinya.

"Regan, kapan kau akan membawaku untuk pulang? Aku tidak enak tinggal bersama orang tuamu."

"Tolong beri waktu untuk membuat Sena memaafkan kesalahan kita! Dia sekarang ini sedang syok bahkan asmanya mendadak kambuh."

Maya begitu terkejut. "Benarkah? Dia tidak apa-apan 'kan?"

"Dia wanita yang kuat," jawab Regan lalu menenteng buku-bukunya. "Aku harus kembali ke ruanganku, ada beberapa tugas muridku yang harus aku cek. Kau bersabarlah sedikit! Ini semua juga demi kebaikan kita bersama."

Maya menatap punggung sang suami, ia menghela nafas panjang dan berharap Sena mau menerimanya.

Di sisi lain.

Sena mengerjakan pekerjaannya secepat kilat. Dia memfokuskan diri untuk tidak mengingat kejadian di lift.

"Sena, ada paket nih," ucap Gladis.

"Paket apaan?"

Gladis mengangkat bahunya dan kembali mengerjakan pekerjaannya lagi.

Sena segera membuka bingkisan tersebut ternyata paket makan siang yang di kirimkan oleh Regan dan ada surat di dalamnya.

Dear Sena istriku tercinta.

Jangan lupa makan siang!

Jangan sampai kelelahan!

Semangat!

Dari suami tercintamu, Regan.

Bibir Sena tersenyum, sepaket ayam goreng besar, nasi serta minuman.

"Cie... dari Abang Regan," ejek Gladis.

"Apaan sih?" jawab Sena malu-malu.

"Tante, Kia mau ayam goreng," ucap anak kecil yang tiba-tiba ada di sampingnya.

Terpopuler

Comments

Dwi Hartati08

Dwi Hartati08

ssssstttt rahasia itu kan panik

2022-05-09

0

Juan Sastra

Juan Sastra

jangan mau tipu sena,, sejak kapan kata cinta bisa terucap tanpa perasaan yg sebenarnya..kau bahkan sangat tau mereka saling mencintai,, kenapa ggak memilih hidup di buih dr pada tersiksa dan terluka namun tak menampak kan darah .

2022-05-05

0

𝕎⃠𝕝𝕚𝕜𝕒🐊💯🌲 вoͨѕͤѕͦ✰͜͡v᭄

𝕎⃠𝕝𝕚𝕜𝕒🐊💯🌲 вoͨѕͤѕͦ✰͜͡v᭄

anak devan

2022-03-20

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Menyaksikan perselingkuhannya.
2 Bab 2: Hati yang kau lukai
3 Bab 3 : Regan, pria jahat
4 Bab 4 : Pergi
5 Bab 5 : Untuk apa?
6 Bab 6 : Gosip
7 Bab 7 : Warna janda
8 Bab 8 : Tak terduga
9 Bab 9 : Surat perjanjian
10 Bab 10 : Lift
11 Bab 11 : Anniversary
12 Bab 12 : Villa
13 Bab 13 : Rahasia
14 Bab 14 : Tinggal bersama
15 Bab 15 : Itu masih sakit?
16 Bab 16 : Kunci
17 Bab 17 : Pergi
18 Bab 18 : Mencari Sena
19 Bab 19 : Kost
20 Bab 20 : Talak si Maya!
21 Bab 21 : Main cantik
22 Bab 22 : Janji
23 Bab 23 : Manis
24 Bab 24 : Bertemu
25 Bab 25 : Bapak
26 Bab 26 : Janda muda
27 Bab 27 : Janda muda 2
28 Bab 28 : Menyesal
29 Bab 29 : Tamparan
30 Bab 30 : Menjenguk
31 Bab 31 : Menguntit
32 Bab 32 : Oma, Opa
33 Bab 33 : Tidak bisa
34 Bab 34 : Pingsan
35 Bab 35 : Dari siapa?
36 Bab 36 : Merasa sendiri
37 Bab 37 : Menjauh
38 Bab 38 : Jatuh
39 Bab 39 : Pilu
40 Bab 40 : Menguatkan diri
41 Bab 41 : Maya
42 Bab 42 : Bram & Intan
43 Bab 43 : Memohon
44 Bab 44 : Atap
45 Bab 45 : Kesal
46 Bab 46 : Membujuk
47 Bab 47 : Kejelasan?
48 Bab 48 : Duda of bucin
49 Bab 49 : Ditangkap
50 Bab 50 : Taman hiburan
51 Bab 51 : Taman hiburan
52 Bab 52 : Keterpurukan
53 Bab 53 : Menyesal
54 Bab 54 : Restu
55 Bab 55 : Salah paham
56 Bab 56 : Mental
57 Bab 57 : Restu
58 Bab 58 : Devan & Regan
59 Bab 59 : Devan & Regan 2
60 Bab 60 : Devan & Regan 3
61 Bab 61 : Uang
62 Bab 62 : Adopsi
63 Bab 63 : Mencoba ikhlas
64 Bab 64 : Kiss
65 Bab 65 : Aku mandul!
66 Bab 66 : Regan
67 Bab 67 : Undangan
68 Bab 68 : Pentas
69 Bab 69 : Lecet
70 Bab 70 : Mengembalikan
71 Bab 71 : Bunga tidur
72 Bab 72 : Married again
73 Bab 73 : Pengantin baru
74 Bab 74 : Berpamitan
75 Pengumuman
76 Bab 75 : Jangan pergi, Pak!
77 Bab 76 : Romantis
78 Bab 77 : Flek
79 Bab 78 : Flek 2
80 Bab 79 : Naughty Kiss
81 Bab 80 : Season 1 selesai
82 Bab 81 : SEASON 2
83 Bab 82 : Adopsi
84 Bab 83 : Bingung
85 Bab 84 : Tak mengapa
86 Bab 85 : Devan tak terkalahkan
87 Bab 86 : Regan datang
88 Bab 87 : Kejutan
89 Bab 88 : Keberanian
90 Bab 89 : Serafina
91 Bab 90 : Duda tua
92 Bab 91 : Bramasta
93 Bab 92 : Hamil?
94 Bab 93 : Bersyukur
95 Bab 94 : Tak mungkin
96 Bab 95 : Tragedi
97 Bab 96 : Maafkan Kia, Papa!
98 Bab 97 : Pesta dan menunggu Kia
99 Bab 98 : Membuka kado
100 Bab 99 : Regan
101 Bab 100 : Tak terima
102 Bab 101 : Kenapa selalu salahku?
103 Bab 102 : Sebenarnya
104 Bab 103 : Sena
105 Bab 104 : Posesifnya Devan
106 Bab 105 : Benarkah?
107 Bab 106 : Bahagia
108 Bab 107 : Tamat
109 Boncap : Nikahan mantan suami
110 Promo novel baru
111 Promosi novel
112 Novel baru
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Bab 1 : Menyaksikan perselingkuhannya.
2
Bab 2: Hati yang kau lukai
3
Bab 3 : Regan, pria jahat
4
Bab 4 : Pergi
5
Bab 5 : Untuk apa?
6
Bab 6 : Gosip
7
Bab 7 : Warna janda
8
Bab 8 : Tak terduga
9
Bab 9 : Surat perjanjian
10
Bab 10 : Lift
11
Bab 11 : Anniversary
12
Bab 12 : Villa
13
Bab 13 : Rahasia
14
Bab 14 : Tinggal bersama
15
Bab 15 : Itu masih sakit?
16
Bab 16 : Kunci
17
Bab 17 : Pergi
18
Bab 18 : Mencari Sena
19
Bab 19 : Kost
20
Bab 20 : Talak si Maya!
21
Bab 21 : Main cantik
22
Bab 22 : Janji
23
Bab 23 : Manis
24
Bab 24 : Bertemu
25
Bab 25 : Bapak
26
Bab 26 : Janda muda
27
Bab 27 : Janda muda 2
28
Bab 28 : Menyesal
29
Bab 29 : Tamparan
30
Bab 30 : Menjenguk
31
Bab 31 : Menguntit
32
Bab 32 : Oma, Opa
33
Bab 33 : Tidak bisa
34
Bab 34 : Pingsan
35
Bab 35 : Dari siapa?
36
Bab 36 : Merasa sendiri
37
Bab 37 : Menjauh
38
Bab 38 : Jatuh
39
Bab 39 : Pilu
40
Bab 40 : Menguatkan diri
41
Bab 41 : Maya
42
Bab 42 : Bram & Intan
43
Bab 43 : Memohon
44
Bab 44 : Atap
45
Bab 45 : Kesal
46
Bab 46 : Membujuk
47
Bab 47 : Kejelasan?
48
Bab 48 : Duda of bucin
49
Bab 49 : Ditangkap
50
Bab 50 : Taman hiburan
51
Bab 51 : Taman hiburan
52
Bab 52 : Keterpurukan
53
Bab 53 : Menyesal
54
Bab 54 : Restu
55
Bab 55 : Salah paham
56
Bab 56 : Mental
57
Bab 57 : Restu
58
Bab 58 : Devan & Regan
59
Bab 59 : Devan & Regan 2
60
Bab 60 : Devan & Regan 3
61
Bab 61 : Uang
62
Bab 62 : Adopsi
63
Bab 63 : Mencoba ikhlas
64
Bab 64 : Kiss
65
Bab 65 : Aku mandul!
66
Bab 66 : Regan
67
Bab 67 : Undangan
68
Bab 68 : Pentas
69
Bab 69 : Lecet
70
Bab 70 : Mengembalikan
71
Bab 71 : Bunga tidur
72
Bab 72 : Married again
73
Bab 73 : Pengantin baru
74
Bab 74 : Berpamitan
75
Pengumuman
76
Bab 75 : Jangan pergi, Pak!
77
Bab 76 : Romantis
78
Bab 77 : Flek
79
Bab 78 : Flek 2
80
Bab 79 : Naughty Kiss
81
Bab 80 : Season 1 selesai
82
Bab 81 : SEASON 2
83
Bab 82 : Adopsi
84
Bab 83 : Bingung
85
Bab 84 : Tak mengapa
86
Bab 85 : Devan tak terkalahkan
87
Bab 86 : Regan datang
88
Bab 87 : Kejutan
89
Bab 88 : Keberanian
90
Bab 89 : Serafina
91
Bab 90 : Duda tua
92
Bab 91 : Bramasta
93
Bab 92 : Hamil?
94
Bab 93 : Bersyukur
95
Bab 94 : Tak mungkin
96
Bab 95 : Tragedi
97
Bab 96 : Maafkan Kia, Papa!
98
Bab 97 : Pesta dan menunggu Kia
99
Bab 98 : Membuka kado
100
Bab 99 : Regan
101
Bab 100 : Tak terima
102
Bab 101 : Kenapa selalu salahku?
103
Bab 102 : Sebenarnya
104
Bab 103 : Sena
105
Bab 104 : Posesifnya Devan
106
Bab 105 : Benarkah?
107
Bab 106 : Bahagia
108
Bab 107 : Tamat
109
Boncap : Nikahan mantan suami
110
Promo novel baru
111
Promosi novel
112
Novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!