1 minggu berlalu.
Sena sudah betah berada di rumah Devan untuk bekerja menjadi pengasuh Kia sepulang dari kantor. Kia tidak terlalu manja membuat Sena tidak terlalu lelah dalam mengurusnya. Kia menganggap jika Sena adalah teman yang menemaninya dan bukan pengasuhnya.
Sambil menemani Kia makan malam, Sena membuka pesan antara Maya dan Regan, Sena sengaja menyadap pesan whatsapp sang suami. Sena berdecih saat Regan begitu perhatian dengan Maya.
"Tante, Papa kapan akan pulang?"
"Besok pagi, Papa mu masih di luar kota. Habiskan makanannya!"
Kia menghabiskan makanannya, dia sangat senang ketika sang papa ke luar kota sudah ada Sena yang menemani bahkan tidur bersamanya. Sena pun juga heran dengan mama kandung Kia, beliau tidak pernah datang ke sini untuk mengunjungi putrinya yang baru berumur 8 tahun.
Seusai makan, Sena mengajak Kia untuk belajar dan mengerjakan PR. Mereka sangat dekat bak ibu dan anak namun tiba-tiba ponselnya berdering rupanya dari Mama mertuanya. Sena lekas mengangkatnya.
"Hallo, Ma?"
"Kenapa tidak pulang dan kenapa baru angkat telpon dari Mama? Apa salah Mama hingga membuatmu begini? Ternyata selama ini kau baik hanya pencitraan saja di depan Mama. Sifat aslimu seperti ini, Sena?"
"Maaf, Ma. Maksud Mama apa? Pencitraan bagaimana? Mama sudah punya menantu baru dan aku sudah terlupakan."
Mama sepertinya kesal dengan ucapan Sena. "Kau marah gara-gara tidak kami ajak makan malam waktu itu? Sena, Maya itu mengidam ingin makan seafood makanya kami mengajaknya ke sana. Sebenarnya Regan ingin pulang ke rumahmu karena kau ingin makan daging panggang namun Maya lebih penting saat ini karena dia sedang hamil dan mengidam. Kau belum hamil-hamil mana paham, Sena?"
DEG!!!
Ucapan mertuanya sangat menusuk hatinya. Sena langsung mematikan telponnya, ia tersenyum getir mendapat cercaan seperti itu. Dadanya sangat sesak, rupanya mereka dulu hanya berpura-pura baik.
"Tante kenapa?" tanya Kia.
Sena lekas menggeleng. "Tidak apa-apa. Cepat kerjakan nomor 4! Nanti Tante ajari pakai versi Tante."
"Oke, Tante."
Keesokan harinya, Sena.
Pagi menjelang, seperti biasanya Sena akan membuatkan sarapan untuk Kia. Devan siang ini akan pulang dari luar kota dan hubungan mereka hanya bos dan pegawai saja tidak lebih. Sebentar lagi Devan akan mendapat gelar seorang duda, tentu saja para pegawai yang ada di kantor sangat senang. Mereka bisa puas memandangi seorang duda tampan nan kaya setiap harinya. Sedangkan Sena menganggap biasa saja bahkan sejak malam itu seolah membuat Sena sedikit sungkan dengan Devan.
Sena menyiapkan bekal juga untuk Regan, walau mereka sudah pisah ranjang selama 1 minggu ini namun Sena masih mengantar bekal sarapan untuk Regan. Regan curhat tentang Maya pada Sena lewat telepon jika Maya saat hamil malas-malasan bahkan setiap hari hanya tiduran di kamar.
Ayam bakar beserta lalapan sudah siap, ia mengantar Kia ke sekolah dulu lalu mampir ke kontrakan Maya. Sena memang sangat baik, dia melakukan itu karena masih menjadi istri sah dari Regan. Dalam perjalanan menggunakan motor, Sena harus menguatkan hati jika bertemu dengan Maya. Sesampainya di sana, Sena kecewa karena Regan sudah berangkat ke kampus, dia hanya bertemu dengan Maya yang hanya menggunakan daster dan seolah baru bangun tidur.
"Yasudah, aku antar ke kampus saja dan ini untukmu," ucap Sena sambil menyerahkan plastik yang berisi makanan.
"Sena, yang malam itu...."
"Iya... ya, aku tahu, kau sedang hamil dan pantas diberi perhatian lebih. Sudahlah! Nanti aku terlambat bekerja." Sena melangkah ke motornya dan naik diatasnya namun ia menatap Maya lagi. "Walau sedang hamil, dandan gih! Belajar dari pengalamanku dulu, dulu aku dekil, rambut keriting dan jelek lalu Regan malah terpikat denganmu yang primadona kampus. Aku takutnya dengan penampilanmu sekarang malah Regan mencari ayam kampus lagi untuk dijadikan istri ketiga," sambung Sena sambil mengenakan helmnya. Sena mengeluarkan senyuman mautnya seolah mengejek.
Maya hanya diam dan menatap kepergian Sena, ia melihat bungkusan makanan yang diberikan Sena lalu membuangnya ke tempat sampah. "Takut jika ada racunnya," gumam Maya.
Sena menuju ke kampus, ia melihat jam yang masih ada waktu banyak untuk menemui Regan. Kontrakan Maya dengan kampus hanya berjarak 8 menit saja menggunakan sepeda motor. Sesampainya di sana dia segera menuju ruangan Regan, Regan memang akhir-akhir ini sibuk dengan nilai mahasiswanya.
"Kak Re?" Sena masuk tanpa mengetuk pintu.
Regan menutup buku dan melepas kaca matanya, wajah Regan nampak kembali seperti semula saat awal pernikahan mereka yang begitu dingin.
"Aku bawa makanan untukmu," ucap Sena.
Regan beranjak dari kursinya lalu menampar pipi Sena.
Plaaak...
Sena sangat terkejut, tangannya refleks memegang pipinya yang nyeri akibat tamparan sang suami, air matanya menetes tanpa permisi, ini pertama kalinya Regan menamparnya.
"Untuk apa kita buat surat perjanjian jika kau sendiri yang mengkhianatinya?" Regan meninggikan suaranya.
"Maksud Kak Re apa?"
Regan mengambil beberapa foto dilacinya lalu melemparnya pada Sena, foto itu menunjukan jika Sena berada di rumah Devan. Dari siapa Regan tahu semua itu?
"Katanya tinggal di mess? Benar di mess, messum dengan bos di rumahnya."
Plaaaak....
Kini gantian Sena yang menampar pipi Regan, dia kesal dengan ucapan Regan yang seperti itu.
"Aku di sana hanya bekerja menjadi pengasuh putrinya saja, tidak lebih. Aku butuh uang banyak untuk simpanan jika suatu saat aku berpisah denganmu," jawab Regan.
"Apa di otakmu hanya ada uang dan uang? Hah?! Tak cukup pemberian uang dariku?"
Sena langsung pergi meninggalkan ruangan itu, dia menaiki motornya dan menuju ke bengkel sang Bapak. Sekarang ini Sena hanya ingin meminta pertanggung jawaban sang Bapak karena telah membuat dirinya berada di situasi seperti ini. Sena melajukan motornya dengan kencang, ia sudah tidak memikirkan akan terlambat ke kantor namun tak di sangka dia malah terjatuh dari motor dan membuatnya membentur aspal.
"Aaah..." Kakinya terjepit motornya, orang-orang menolongnya.
"Mbak tidak apa-apa? Ayo ke rumah sakit!"
"Aku suaminya dan akan membawanya ke rumah sakit." Regan ternyata mengikuti Sena dari belakang, ia memasukkan Sena ke dalam mobil.
Regan melajukan mobilnya menjauh dari kerumunan itu sebelum Sena memberontak dan menitipkan motor Sena, Regan melihat kaki Sena yang berdarah namun tak membuat pria itu bersalah kepadanya.
"Aku akan membawa Bapak ke kantor polisi dan membuka kasus itu kembali."
DEG!!!
"Lakukanlah! Aku juga ingin Bapak bertanggung jawab atas perbuatannya," jawab Sena.
Regan hanya diam sambil fokus menyetir, dia tak menggubris ucapan Sena. Kaki Sena sangat nyeri, ia hanya bisa menahannya. Menit demi menit berlalu sampai hampir 1 jam lebih Regan membawanya pergi. Sena menyadari jika mobil itu semakin jauh meninggalkan pusat kota.
"Kak Re akan membawaku ke mana?" tanya Sena.
"Mulai sekarang kau tinggal di kota Y saja! Aku akan mencarikanmu tempat kost dan pekerjaan."
"Apa maksudmu? Kenapa kau benar-benar ingin menyiksaku?"
Regan melempar surat pada Sena, surat kerugian yang ditimbulkan sang bapak saat menewaskan Rio bahkan Bapak juga sempat meminjam uang untuk membuka bengkel saat ini.
"Jika ingin menyalahkan maka salahkan Bapak dulu! Kau sudah di jual olehnya hanya untuk kepuasannya sendiri. Oh ya satu lagi, aku tidak ingin menceraikanmu dan tidak ingin sampai kau jatuh pada pria lain. Aku sangat mencintaimu namun memang caraku sangat salah," jelas Regan.
Setelah sampai di kota Y, Regan sudah memesan tempat kost putri untuk istrinya. Sena hanya lemas mendapat perlakuan seperti ini dari sang suami. Mobilnya terhenti di bangunan putih bertingkat, Regan menggendong Sena dan ibu kost sudah menyambutnya. Sena adalah penghuni kost VIP, Regan membayar banyak untuk membuat Sena nyaman berada di sini. Kamar kost itu sangat besar dan mewah, Sena didudukan pada ranjang lalu Regan mengobati lukanya.
Sakit di kaki Sena tak berarti ketimbang sakit dihatinya, Regan memperlakukannya seenak jidat dengan alasan cinta. Cinta yang saling menyakiti. Setelah selesai mengobati dan memperban kaki Sena, Regan menatap wajah cantik Sena yang juga datar menatapnya.
"Aku ingin hakku saat ini juga," ucap Regan.
"Silahkan!" Sena seolah menantang Regan tanpa mengelak lagi.
Regan mendorong tubuh Sena ke ranjang dan memberinya kecupan demi kecupan, Sena hanya diam seolah yakin menyerahkan tubunya begitu saja. Sentuhan demi sentuhan terlewati, deru nafas kian tersengal seolah permainan ini segera dilakukan. Kini mereka melakukan penyatuan setelah 2 tahun menikah.
30 menit kemudian.
Regan merasakan hal aneh, dia tak menemukan darah sedikitpun dari Sena. Sena mengenakan pakaiannya lagi dan menatap wajah Regan.
"Kau sudah tidak perawan?"
"Iya? Emang kenapa?"
Rahang Regan mengeras dan menatap tajam Sena.
"Sakit 'kan Kak Re? Di khianati? Hah?! Sama, aku juga sakit hati. Sudah 2 tahun aku menjaga kehormatanku demi Kak Re, namun Kak Re sekalipun tak menyentuhnya dan malah menyentuh ayam kampus itu sampai hamil." Dada Sena sangat sesak mengatakan semua itu namun dia senang karena bisa membalas perbuatan Regan walau menggunakan cara yang salah.
"Kau memang wanita gila! Wajah polosmu ternyata iblis. Kau membalas dendam dengan cara kotor seperti ini?" tanya Regan dengan mata yang memerah.
"Kau yang iblis! Kau yang memulainya," teriak Sena sampai suaranya serak.
"Aku cinta denganmu, Senarita! Apa cinta harus ditunjukan dengan cara manis? Hah?! Semua ini membuatku gila. Kenapa jatuh cinta sampai sesakit ini?" Regan menangis untuk pertama kalinya dan menangis di bahu Sena. "Kau jahat, Sena! Kau menghancurkan ekspetasiku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Dwi apri
cinta...tp kok disiksa trs?
2023-10-13
0
Lyana Gunawan
loohhh yg merawanin sapa niiii
2023-02-11
0
Kenny sihyanti
Loh bukannya Sena belom di sentuh sama Devan ?
2022-09-13
0