Salma merasa lega saat ia tahu Amran membawanya ke sebuah restoran. Setidaknya ia yakin jika Amran tidak akan macam-macam padanya. Amran pun membawa Salma untuk duduk di bagian sudut yang agak sepi agar ia bisa lebih leluasa berbicara dengan Salma. Setelah memesan minuman keduanya kini duduk berhadapan saling diam karena canggung. Amran pun akhirnya mencoba membuka pembicaraan.
"Maaf Ma... sekali lagi aku minta maaf atas sikapku selama ini sama kamu... sungguh aku sudah sangat bodoh telah menyalahkan dan menyakitimu tanpa menyelidiki kebenarannya terlebih dahulu" ucap Amran panjang lebar.
Salma masih terdiam, ia ingin mendengar penjelasan Amran selanjutnya. Amran menghela nafasnya pelan, sungguh sebenarnya sulit baginya menerima kenyataan jika dia yang seorang pemilik perusahaan walaupun kecil dapat dibohongi dengan mudah oleh Nadia.
"Maksud mas apa?" tanya Salma.
"Aku baru tahu jika kau sebenarnya mau menikah denganku karena ancaman Nadia yang ingin bunuh diri jika kau tak mau menuruti permintaannya" jelas Amran.
"Mas tahu hal ini dari siapa?"
"Dari ayah Nadia sebulan yang lalu saat kami bertemu tak sengaja di lokasi proyek"
"Lalu sekarang mas maunya apa?" tanya Salma yang membuat Amran sedikit terkejut.
"Maksudnya?"
"Iya... sekarang mas sudah tahu semua jadi apa yang akan mas lakukan? tak bisakah mas melepaskan aku?" ungkap Salma langsung.
Amran terkesiap dengan perkataan Salma, mungkinkah karena perlakuannya selama ini membuat Salma benar-benar tak ingin memulai semuanya dari awal? tapi ia juga tak bisa menyalahkan keputusan gadis itu untuk segera berpisah dengannya. Tapi ada rasa tak rela yang kini ia rasakan jika nantinya ia harus berpisah dengan gadis yang ada dihadapannya itu. Mulutnya pun langsung terasa kelu.
"Tak bisakah kita mulai lagi dari awal?" tanya Amran hati-hati.
Kini Salma yang tertegun.
"Memulai dari awal lagi? apa maksudnya?" batin Salma.
"Maksud mas apa dengan memulai dari awal lagi?" tanya Salma.
"Maksudku bisakah kita lupakan yang lalu dan mulai lagi dari awal tentang hubungan kita?" ucap Amran.
"Tapi mas..." kata Salma meragu sebab ia sendiri tak tahu apa yang ia rasakan sekarang terhadap Amran.
Jika saja mereka menikah bukan karena pihak ketiga mungkin Salma akan memikirkan perkataan Amran untuk memulai lagi dari awal. Tapi kenyataannya mereka menikah karena Nadia. Sedang Nadia bukan bermaksud untuk menyatukan keduanya namun hanya ingin menyiksa Salma. Rasanya tak mungkin Salma tetap bertahan karena itu hanya akan menyakiti mereka bertiga. Mungkin Nadia tak merasakannya sekarang namun jika dia tahu bahwa Amran mulai membuka diri padanya maka rasa sakit itu pun akan ia rasakan.
Dan itu akan membuat Nadia semakin menggila. Salma mungkin pernah berfikir untuk membalas Nadia dengan merebut Amran namun itu hanyalah emosi sesaat. Sebab sejatinya Salma adalah tipe wanita berhati lembut dan mudah merasa iba. Karena itu ia tak mungkin mau menyakiti perasaan orang lain walau pun orang itu sudah terlebih dahulu menyakitinya.
"Aku mohon Salma ijinkan aku untuk memperbaiki semuanya..." kata Amran dengan suara bergetar.
"Jika mas ingin memperbaiki semuanya maka aku mohon agar mas mau melepaskan aku... hanya itu jalan satu-satunya agar tak ada lagi yang akan terluka diantara kita bertiga" ucap Salma kekeuh.
Keduanya pun lalu terdiam berkutat dengan fikiran masing-masing. Kemudian Salma mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah amplop berwarna putih dan mengangsurkannya kepada Amran.
Amran mengernyitkan dahinya saat melihat amplop yang diberikan oleh Salma.
"Ini uang yang kemarin mas... aku tidak bisa menerimanya" ujar Salma.
"Tapi Ma... aku memang sengaja memberikannya padamu" kata Amran sambil mengangsurkan kembali amplop itu kepada Salma.
"Bukankah mas yang bilang tak akan memberiku nafkah?" ujar Salma yang membuat Amran kembali merasa bersalah.
"Anggap saja itu tip dariku sebagai seorang pelanggan dan bukan nafkah dari seorang suami kepada istrinya" kata Amran.
"Tapi ini terlalu banyak mas" kata Salma tak mau kalah.
"Tidak ada kata terlalu banyak bagi pelanggan dalam memberikan tip jadi kau terima saja" ucap Amran masih dengan pendiriannya.
Salma mendesah pelan, rasanya sulit sekali berdebat dengan Amran.
Keduanya kembali terdiam. Saat itulah tiba-tiba saja terdengar seseorang berbicara dari arah belakang Salma.
"Jadi ini suami Nadia yang telah kau rebut? sungguh aku tak menyangka gadis polos yang dulu aku kenal sudah berubah menjadi seorang pelakor" ucap seorang pria yang baru saja datang.
Keduanya pun langsung menoleh kearah pria tersebut.
"Kau..." ucap Salma yang terkejut melihat Dirga yang sudah berdiri dihadapannya.
"Anda jangan bicara sembarangan tentang istri saya ya!!" kata Amran sambil berdiri dihadapan Dirga.
"Kau memang laki-laki tidak punya perasaan ... membawa istri muda untuk tinggal seatap dengan istri pertamamu!" sergah Dirga sambil melayangkan pukulan kearah Amran.
Amran yang tak menyangka pun langsung terhuyung dan terjatuh menerima pukulan dari Dirga. Melihat itu Salma langsung menghampiri Amran dan berusaha untuk membantunya berdiri.
"Mas tidak apa-apa?" tanya Salma dengan wajah cemas.
Amran menggeleng dan mengusap bibirnya yang terasa perih.
"Mas bibirmu berdarah" ucap Salma.
"Aku tidak apa-apa..." kata Amran meyakinkan Salma.
Melihat pemandangan didepannya membuat Dirga semakin kalap.
"Kamu sungguh sudah sangat berubah Ma...".
"Cukup mas!! kalau kau tak tahu apa yang terjadi sebenarnya diantara kami bertiga jangan coba-coba untuk menghakimi suamiku!!" kata Salma sambil menatap nyalang Dirga.
Laki-laki itu terkesiap dengan sikap Salma yang berubah dari yang dulu dikenalnya lembut. Sedang Amran walau pun masih menahan rasa sakit dibibirnya namun kini ia tersenyum tipis karena baru saja Salma mau mengakuinya sebagai suami dan bahkan membelanya.
"Ayo mas..." ucap Salma sambil meraih dan menggandeng tangan Amran lalu mengajaknya untuk meninggalkan tempat itu.
Dirga pun hanya bisa terdiam melihat sikap Salma barusan. Sedang Amran masih menikmati momen dimana Salma menggenggam tangannya dengan erat. Keduanya pun berjalan menuju parkiran dan saat itulah Salma baru tersadar jika sedari tadi ia sudah menggenggam tangan Amran. Seketika ia lepaskan genggaman tangannya pada Amran. Namun Amran langsung kembali menggenggam tangan Salma dan membawanya ke samping mobil. Di bukanya pintu mobil dan disuruhnya Salma untuk masuk. Salma pun menuruti perintah Amran dan duduk di kursi penumpang samping kursi kemudi.
"Kau tunggu sebentar... aku akan membayar pesanan kita dulu" kata Amran.
Salma pun mengangguk. Setelah itu Amran langsung menutup pintu mobil dan kembali ke dalam restoran. Tak lama ia pun kembali ke dalam mobil dan menjalankan mobilnya meninggalkan restoran tersebut.
Sepanjang perjalanan keduanya terdiam. Masing-masing sibuk dengan pikiran mereka sendiri. Salma yang masih terkejut dengan kehadiran Dirga tak habis fikir jika pria itu tiba-tiba saja datang dan menghinanya. Sedang Amran masih penasaran dengan hubungan Salma dan laki-laki yang baru saja mereka temui.
"Kita sudah sampai... ayo turun" kata Amran.
"Kenapa kita kemari mas?" tanya Salma saat sadar jika Amran tidak membawanya pulang ke rumah melainkan ke apartemen.
"Sudah ikut saja..." ucap Amran langsung turun dari mobil.
Mau tidak mau akhirnya Salma pun mengikuti Amran. Mereka pun langsung menuju lift dan langsung menaikinya. Selama di dalam lift keduanya kembali saling diam. Saat pintu lift terbuka keduanya pun langsung keluar dan berjalan beriringan menuju apartemen Amran.
Setelah di dalam apartemen Amran langsung menjatuhkan dirinya diatas sofa dan memejamkan matanya. Salma tak berani ikut duduk, namun saat melihat luka dibibir Amran ia pun tak tega.
"Mas ... dimana kotak obat?" tanyanya pada Amran.
"Ada di dapur" jawab Amran masih menutup matanya.
Salma pun langsung menuju dapur dan mencari kotak obat disana. Tak lama ia pun kembali sambil membawa kotak obat. Lalu ia pun mulai membersihkan luka dibibir Amran dengan hati-hati. Amran mendesis lirih saat kapas yang diberi alkohol menyentuh luka dibibirnya.
"Tahan sebentar mas..." ucap Salma lembut.
Amran perlahan membuka matanya dan ia pun dapat melihat wajah Salma yang begitu dekat dengan wajahnya. Bahkan deru nafasnya pun dapat ia rasakan. Seketika detak jantungnya berpacu dengan cepat.
Baru kali ini ia memandang wajah Salma begitu dekat dan gadis itu dalam keadaan sadar bukannya sedang tertidur seperti yang lalu. Diperhatikannya wajah gadis itu yang terlihat cantik alami dengan bibir memerah dan kadang sedikit terbuka saat tangannya membersihkan luka dibibir Amran.
"Sudah selesai" ucapnya membuat Amran tersadar.
"Terima kasih sudah mau merawatku..." kata Amran pelan menahan perih dibibirnya.
"Tidak apa-apa mas ini sudah menjadi kewajibanku... apalagi kau terluka karena aku" ucap Salma sambil membereskan kotak obat lalu membawanya ke dapur.
Ketika ia kembali gadis itu juga membawa teh bersamanya.
"Diminum dulu mas...".
Amran pun mengangguk dan langsung meminum teh tersebut.
"Terima kasih Ma..." Salma pun mengangguk.
"Kenapa kita kesini mas?"
"Kalau langsung ke rumah kau takkan bisa merawatku seperti tadi" kata Amran yang membuat Salma terkejut.
"Tapi mas... kalau Nadia mencari kita bagaimana?".
"Kau tenang saja aku akan mengurusnya" kata Amran.
"Kau bersihkan saja dulu dirimu... ini sudah terlalu sore..." ucap Amran.
"Tapi aku tak punya baju ganti" kata Salma.
"Kau pakai dulu pakaianku... nanti aku akan minta tolong temanku untuk membelikanmu baju" Salma pun menurut karena sesungguhnya dari tadi memang badannya sudah terasa lengket.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Marwah
lanjut thor
2022-10-11
1
Siti Mujimah
kan ud ku bilang kalau punya istri dua pisahkan rumahnya..lah ini mlh di jadiin satu y runyem
2022-09-03
1
Ellyana Rosita
i
2022-03-27
1