Keesokan harinya saat terdengar suara azan subuh Salma pun terbangun dari tidurnya. Ah... rasanya nyaman sekali ia tidur malam ini. Tak ada rasa dingin dan kaku pada tubuhnya seperti biasanya karena tidur di atas lantai kamar. Salma masih belum membuka matanya karena masih menikmati rasa nyamannya terkejut saat menyadari jika tempatnya tidur terasa empuk dan tidak keras seperti lantai biasanya. Dengan mengerjap ia membuka matanya dan memandang sekeliling. Ia masih di kamar yang sama. Tapi kemudian ia sadar jika saat ini ia berada diatas tempat tidur dan bukannya dilantai seperti saat ia akan tidur tadi malam.
"Bagaimana bisa aku berada diatas sini?" gumamnya.
"Mana mungkin aku berjalan sendiri dan naik keatas sini... tapi kalau begitu siapa yang memindahkanku?" sambungnya.
Masih dalam kebingungan Salma segera turun dari atas tempat tidur dan langsung merapikannya karena takut jika Amran mengetahui jika ia sudah berani tidur disana.Setelah selesai ia pun segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap sholat subuh. Selesai dengan kegiatannya Salma juga bersiap untuk berangkat kerja. Walau ia tahu jika Amran sudah melarangnya keluar rumah. Mungkin ini akan ia gunakan sebagai alasan untuk bercerai dari Amran dengan tidak mematuhi perintah suaminya itu. Ya Salma sudah bertekad akan membuat suaminya itu mau menceraikannya salah satunya dengan sedikit membangkang pada suaminya itu.
Mungkin ini terlalu naif berharap demikian namun ia tak mungkin berbuat lain pura-pura selingkuh misalnya. Tidak... Salma tak mungkin berbuat seperti itu karena hanya akan merusak nama baiknya dan juga keluarganya saja. Sudah cukup baginya membuat keluarganya kecewa jika nantinya ia jadi bercerai dengan Amran. Selesai memoles wajahnya dengan make up tipis, ia pun lalu keluar dari kamar dan bersiap untuk sarapan. Sesampainya di meja makan tak tampak Amran atau pun Nadia.
"Apakah mereka sudah berangkat ya?" gumamnya dalam hati.
Tapi ternyata ia salah karena baru saja ia mendudukkan tubuhnya diatas kursi tampak Amran dan Nadia berjalan ke arahnya. Seperti biasa Amran hanya membisu dan memakan makanannya dengan tenang. Demikian juga dengan Nadia tak biasanya kali ini ia ikut diam seperti suaminya. Salma sebenarnya merasa tidak enak dengan sikap keduanya. Sepertinya mereka sengaja mendiamkan Salma. Merasa tak melakukan kesalahan pada Nadia, ia pun mencoba untuk menyapa.
"Hemmm kamu kenapa Nad? Kelihatannya kau sedikit lesu?" ucapnya karena memang terlihat wajah Nadia yang sedikit pucat.
"Ga pa-pa kok Ma... hanya saja mungkin karena ini hari pertamaku mens jadi agak kurang enak badan" jawab Nadia.
"Oh..." sahut Salma.
Selesai makan Amran dan Nadia pun berangkat kerja meninggalkan Salma di rumah. Saat mobil yang ditumpangi keduanya sudah tak terlihat lagi segera Salma mengambil tas selempangnya dikamar lalu mengunci pintu kamar dan langsung bergegas pergi dari rumah sebelum mbak Sum memergokinya.
Hari ini terpaksa Salma kembali berjalan kaki ke tempat kerjanya sebab hari ini Rini tak bisa menjemputnya seperti biasa. Sesampainya di restiran segera ia mengganti pakaiannya dengan seragam restoran. Hari ini tiba-tiba saja mama Aya datang ke tempat Salma bekerja dan mengajaknya untuk berbincang di sudut restoran. Sebenarnya ia merasa tak enak dengan pemilik restoran namun karena mama Aya yang langsung minta ijin maka ia pun menurut.
"Ma... sebenarnya apa yang ingin mama bicarakan?" tanya Salma.
"Mama cuma ingin tahu bagaimana hubunganmu dengan Amran, apa sudah ada kemajuan?" tanyanya langsung.
Salma tersentak kaget dengan pertanyaan mama Aya, apa beliau tahu jika sampai detik ini hubungannya dengan Amran tetap tidak baik-baik saja? Dengan menghela nafas pelan akhirnya Salma pun menjawab jika semua masih tetap sama namun ia tak pernah mengadukan perlakuan kasar suaminya pada mama mertuanya itu.
"Jika kamu sudah lelah... lebih baik kau lepaskan saja Ma, mama ga mau anak mama berbuat dosa dengan berbuat dholim terhadap istrinya" ucap mama Aya pelan.
"Maksud mama apa?".
"Mama tahu nak jika selama ini kamu diperlakukan tidak adil oleh anak mama" terang mama Aya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Mama tahu dari mana?" tanya Salma penasaran.
"Kamu tak perlu tahu mama tahu dari mana, yang pasti mama sangat tidak rela jika kamu disia-siakan oleh Amran" terang mama Aya sambil menggenggam tangan Salma erat.
Salma pun hanya bisa menundukkan wajahnya menyembunyikan air mata yang sudah mulai menetes dari matanya.
"Sayang ... kamu masih muda, masa depanmu masih panjang. Mama tidak mau jika kamu menghabiskan hidupmu berkorban untuk orang-orang yang tidak tahu diri" ucap mama Aya terus menggenggam tangan Salma berusaha menguatkan gadis itu.
Keduanya pun terdiam hanyut dengan pemikiran mereka masing-masing. Saat keduanya masih larut dalam fikiran mereka tiba-tiba terdengar suara seseorang yang sangat mereka kenal masuk ke dalam restoran.
"Ma bukankah itu Nadia?" kata Salma saat menoleh dan melihat Nadia masuk bersama dua temannya.
Mama Aya hanya mengangguk dan memberi tanda agar Salma diam danbersembunyi agar tidak diketahui oleh Nadia. Ternyata Nadia memilih tempat duduk tak jauh dari keduanya. Hanya terhalang sekat kecil karena Salma dan mama Aya memilih sudut yang berada di area privat.
"Nad gimana kabar madu kamu sekarang?" tanya salah satu teman Nadia itu.
"Biasa aja... cuma rasanya dia belum begitu menderita deh" jawab Nadia enteng yang membuat Salma membelalakkan matanya.
"Maksudnya?" tanya temannya yang lain.
"Iya... dia kan cuma ga disentuh dan diberi nafkah sama mas Amran"
"Lalu kamu maunya gimana?" tanya temannya yang pertama.
"Aku pengennya dia merasa sangat menderita hingga gila dan mungkin bunuh diri" ucap Nadia dingin.
"Ih kamu tuh kejam banget ya ternyata...".
"Ha...ha...ha... kamu baru tahu sifat asli Nadia ya Mir" ucap teman Nadia yang kedua.
"Emang kenapa kamu sampai segitu dendamnya sama si Salma?" tanya Mira.
"Emang kamu ga tahu Mir jika si Salma itu sudah mencuri cinta pertama Nadia" terang teman Nadia yang bernama Susi.
Mira menatap Nadia tak percaya.
"Ck... iya gara-gara dia kak Dirga sama sekali ga melirikku" dengus Nadia yang dibalas tertawaan kedua temannya itu.
"Tapi itu kan udah lama Nad..." kata Mira setelah berhenti tertawa.
"Iya... tapi kalian ingat saat reuni kemarin?" tanya Nadia yang dijawab gelengan oleh kedua temannya itu.
"Jadi saat aku terima undangan aku baru tahu jika kak Dirga juga menjadi panitia dan bermaksud mencari si Salma" terangnya.
"Jadi kamu paksa dia nikah sama suamimu itu agar kak Dirga ga bisa bersatu sama Salma?" tebak Susi yang di jawab dengan kekehan oleh Nadia.
"Gila kamu Nad... kalau suami kamu beneran jatuh cinta sama dia gimana? Kamu sendiri kan yang rugi" ucap Mira.
"Gak mungkin mas Amran mau sama dia secara aku udah cuci otaknya agar dia berfikir jika si Salma itu perempuan ga bener apa lagi aku buat mas Amran berfikir jika Salma yang memaksaku hingga aku yang jadi korban" kata Nadia sambil tersenyum licik.
"Tapi apa hanya karena masalah kak Dirga kamu dendam banget sama Salma?" tanya Mira yang masih penasaran.
"Kamu benar, sebenarnya aku udah muak sama dia sejak dulu. Sejak kami kecil dia selalu lebih unggul dariku. Dari mulai soal pelajaran dia yang selalu ranking satu dan bilang jika Salma itu lebih cantik dan sopan ditambah lagi orangtuaku juga ikut-ikutan memuji dia" ujar Nadia yang terlihat geram.
Sementara Salma yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka sudah mengepalkan tangannya menahan emosi begitu juga mama Aya yang ada disampingnya. Ia sungguh tak menyangka jika sejak dulu Nadia sudah sangat membencinya. Sedang mama Aya juga emosi saat tahu jika anaknya hanya diperalat untuk balas dendam oleh Nadia. Keduanya hanya saling pandang tanpa mengeluarkan suara masih ingin mendengar kelanjutan pembicaraan Nadia dan kedua temannya itu.
"Lalu apa rencanamu sekarang untuk membuat Salma lebih menderita?" tanya Susi sambil memasukkan makanan kedalam mulutnya.
"Itu akan aku fikirkan nanti..." kata Nadia.
Setelah makan mereka pun keluar dari restoran.
"Kamu yang sabar ya Ma...kali ini Allah sudah menunjukkan siapa Nadia sebenarnya pada kita" ucap mama Aya setelah yakin jika Nadia dan temannya pergi.
"Iya ma..." jawab Salma yang masih terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar.
Setelah itu keduanya keluar dari tempat mereka duduk tadi dan mama Aya pun langsung pulang ke rumahnya.
"Kurang ajar kau Nadia... karena dendammu yang tidak masuk akal itu kamu sudah membuat semua orang menderita. Kita lihat saja aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Salma lagi" gumam mama Aya geram.
Sementara Salma masih tidak percaya jika Nadia selama ini iri dan dendam padanya. Padahal yang ia lihat kehidupan Nadia itu sangat sempurna. Kedua orangtuanya selalu memanjakannya apalagi mereka orang yang mampu sehingga dengan mudah memenuhi segala keinginan Nadia. Namun mengapa ia masih iri padanya yang hidup dikeluarga sederhana? Salma sungguh tak mengerti dengan pemikiran Nadia yang penuh dengan kedengkian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Enung Samsiah
di rekam nggk ya,,,,
2023-06-13
1
Enies Amtan
ohh begonohh
2022-12-05
1
Cinta Suci
waduh krna dendam
2022-09-03
1