Ternyata Salma baru keluar dari kamarnya saat Nadia dan Amran sudah meninggalkan ruang makan. Sepertinya gadis itu juga enggan bertemu dengan Amran dan Nadia. Setelah makan malam dengan porsi yang sedikit gadis itu pun kembali masuk ke dalam kamarnya. Ia hanya makan agar tubuhnya tetap kuat begitu juga dengan otaknya agar tetap waras memghadapi dua orang yang sulit ditebak apa kemauannya itu. Sementara Amran langsung memejamkan matanya pura-pura tertidur saat Nadia baru keluar dari kamar mandi. Tanpa curiga Nadia pun langsung berbaring disebelah suaminya itu.
"Maaf mas ... aku sudah mencurigaimu" ucapnya sambil membelai wajah suaminya itu.
"Tapi aku harus waspada agar kau tidak luluh pada Salma seperti orang lain" sambung Nadia dengan wajah menahan amarah.
Tak lama Nadia pun tertidur dengan posisi memeluk tubuh Amran posesif. Amran yang sedari tadi tidak tertidur perlahan membuka matanya. Dilihatnya wajah istrinya yang terlihat tenang dalam tidurnya.
"Kenapa kau berubah begini Nad?" gumamnya dalam hati tanpa melepaskan pandangannya pada istrinya itu.
Ia teringat saat pertama kali mereka bertemu saat keduanya kuliah dulu. Nadia tampak seperti gadis yang ceria dan baik sehingga membuatnya cepat jatuh cinta pada Nadia. Begitu pun setelah keduanya menikah selama lebih dari lima tahun ini Nadia tampak sebagai istri yang sempurna bagi Amran sekaligus menantu kesayangan ibunya. Amran merasa dunianya sangat indah walau pun sampai detik ini keduanya belum dikaruniai anak. Tapi itu bukan masalah bagi Amran bahkan ibunya pun tak pernah mempermasalahkannya tidak seperti mertua lain yang akan sibuk menanyakan kapan mereka bisa menimang cucu.
Namun semua berubah beberapa bulan yang lalu saat tiba-tiba saja istrinya itu memintanya untuk menikah lagi agar mereka segera mendapatkan keturunan. Sebenarnya mereka sudah memeriksakan diri ke dokter dan hasilnya keduanya dinyatakan subur. Oleh karena itu Amran masih yakin jika suatu saat mereka akan dapat memiliki keturunan. Hanya menunggu kapan waktunya Tuhan mau memberi mereka amanah berupa anak. Dengan berbagai macam alasan Nadia memaksanya menikah dengan Salma sepupunya itu.
Terakhir kali ia berkata jika Salma sebenarnya depresi dan ingin bunuh diri karena sering diejek sebagai perawan tua. Karena itu ia memohon agar Amran mau menikahi sepupunya itu demi balas budi karena dulu saat kedua orangtuanya sibuk keluarga Salma yang menjaganya. Semula ia percaya dengan alasan Nadia sehingga ia sangat membenci Salma yang telah memaksa Nadia untuk menyerahkan suaminya sebagai balas budi. Namun setelah Salma menjadi istrinya dan melihat bagaimana gadis itu selalu bersikap membuat Amran ragu jika gadis itu yang memaksa Nadia dan bukan sebaliknya. Di tambah lagi saat tidak sengaja ia bertemu dengan ayah mertuanya saat kunjungan kerjanya di luar kota sebulan yang lalu.
Saat itu ayah mertuanya justru menanyakan keadaan Salma terlebih dahulu ketimbang Nadia yang anak kandungnya sendiri. Dan alangkah terkejutnya ia saat mertuanya bilang agar ia bisa menerima Salma karena sesungguhnya gadis itu pun terpaksa menerima menikah dengannya karena Nadia yang berusaha untuk bunuh diri jika Salma menolaknya. Sungguh ia tidak dapat mengerti alasan mengapa istrinya itu berbohong pada semua orang termasuk dirinya yang notabene adalah suaminya.
Namun hingga saat ini Amran belum bisa menemukan alasan mengapa hingga Nadia sampai berbuat seperti itu hingga berani mempermainkan sebuah pernikahan. Karena itulah Amran jadi merasa bersalah pada Salma namun untuk berterus terang rasanya tak mungkin karena sudah sejak awal ia telah terlanjur melukai hati gadis itu. Dan lagi ia sudah bertekad akan mencari tahu alasan mengapa sampai Nadia berbohong. Dan menyebabkan ia dan Salma terjebak dalam pernikahan yang tidak mereka inginkan.
Sementara Salma yang ada di kamarnya sedang berfikir apakah besok ia akan tetap berangkat kerja atau tidak. Sebab tadi Amran yang sudah jelas-jelas melarangnya untuk keluar dari rumah. Walau bagaimana pun Amran adalah suaminya terlepas dengan segala sikap buruknya selama ini Amran tetaplah suami dan imam baginya. Sebagai istri sudah seharusnya ia patuh pada perintah suaminya itu.
Istri... kata yang yang sungguh sakral dan memiliki arti yang dalam. Namun selama ini bukankah ia tak juga dianggap sebagai istri oleh Amran? Masih haruskah ia patuh pada laki-laki yang sudah jelas-jelas tidak menganggapnya sama sekali? Lama Salma termenung hingga ia melewatkan makan malam dan kini perutnya sudah berontak karena lapar. Di tengoknya jam dinding, pukul sebelas malam itu artinya ia sudah telat makan. Jika saja ia tak punya riwayat maag yang parah mungkin ia akan melanjutkan tidur tanpa makan apapun. Untuk itu ia harus segera mengisi perutnya agar tak membuatnya jatuh sakit dan hal itu adalah yang tidak ingin dialaminya saat ini.
Dengan malas Salma keluar dari kamarnya bermaksud mengisi perutnya yang keroncongan. Saat memeriksa meja makan tak ada apa-apa disana, kemudian Salma memeriksa kulkas mungkin saja ada sesuatu yang bisa ia masak untuk mengganjal perutnya.
Setelah beberapa saat memeriksa akhirnya ia hanya menemukan telur dan mi instan yang ada di lemari penyimpanan. Dengan tergesa ia pun memasak dua bahan itu karena kini tangannya sudah mulai bergetar. Tak berapa lama mi instan buatannya pun jadi dengan telur yang sengaja ia campur didalamnya. Kemudian dibawanya hasil olahannya itu ke meja makan dan segera menyantapnya. Selesai makan ia pun segera membersihkan sisa makannya dan peralatan yang ia gunakan. Setelah semuanya rapi ia pun kembali ke kamarnya. Namun ia tak mungkin langsung tidur karena itu ia pun berniat sholat malam untuk menenangkan fikirannya dan semoga ia bisa mendapatka petunjuk apa yang harus ia lakukakan setelah ini.
Selesai dengan sholatnya ia pun beranjak untuk tidur. Digelarnya sprei yang biasa ia gunakan untuk tidur setelah itu ia pun merebahkan tubuhnya yang sudah merasa lelah. Dan benar saja tak butuh waktu lama ia pun akhirnya tertidur. Baru saja Salma terlelap dalam tidurnya seseorang membuka pintu kamarnya dengan perlahan. Salma memang lupa mengunci pintu kamarnya seperti yang biasanya ia lakukan. Untuk beberapa saat orang itu tercenung dengan pemandangan yang ada dihadapannya. Terlihat olehnya Salma yang meringkuk seperti bayi diatas lantai dengan alas kain sprei dan bantal dari kain yang sengaja dijejalkan dibawah kepalanya. Miris... kini yang dirasakan oleh orang itu.
"Kau sungguh tak mau tidur diatas tempat tidur Ma..." gumamnya dalam hati.
Ternyata gadis itu menuruti kemauannya yang melarang gadis itu untuk tidur di tempat tidur sejak malam pertama pernikahan mereka. Ya orang itu adalah Amran. Tadi ia terbangun saat mendengar suara seseorang yang sedang memasak di dapur.
Saat ia memeriksa, terlihat olehnya Salma yang sedang memasak mi instan. Ia pun membiarkan gadis itu sendiri dengan kegiatannya tanpa mau mengganggunya. Karena ia tahu mungkin saja gadis itu masih tak ingin bertemu dengannya karena kejadian sore tadi sehingga baru jam segini gadis itu mau makan. Dengan perlahan di dekatinya gadis yang sudah tertidur pulas itu. Diperhatikannya wajah Salma.
Wajahnya nampak sedikit pucat dengan bibir yang sedikit bergetar mungkin ia sedang menahan rasa dingin yang menyerangnya. Baru kali ini Amran memperhatikan wajah istri keduanya itu dengan jelas. Sebab memang sejak awal pertemuannya dengan gadis itu ia sudah tak mau memandangnya. Wajah Salma terlihat cantik natural walau kini dalam keadaan sedikit pucat. Ada rasa sakit yang menyusup dalam hatinya saat melihat keadaan gadis itu yang terlihat sungguh mengenaskan. Perlahan dibelainya wajah putih pucat itu, sesaat terlihat gadis itu sedikit terusik dengan kelakuan Amran.
Namun ia kembali pulas dengan mata yang tetap terpejam. Dengan perlahan ia mengangkat tubuh Salma dan menggendongnya ala bridal style. Kemudian ia membawa tubuh gadis itu dan memindahkannya keatas tempat tidur. Seakan tahu jika dirinya itu kini berada ditempat yang lebih baik gadis itu pun langsung bergelung dengan nyaman.
"Sekarang kau kuijinkan untuk tidur disini Ma..." bisik Amran lembut lalu ia pun mengecup dahi gadis itu pelan.
Ini kali kedua ia melakukannya sejak saat ia baru selesai mengucapkan ijab kabulnya dulu. Untuk beberapa saat ia masih memandang wajah istri keduanya itu yang tampak menggemaskan saat sedang tertidur. Menggemaskan.... akh... baru kali ini kata itu ia sematkan pada gadis itu.
Ingin rasanya ia ikut berbaring disisi gadis itu. Namun kesadarannya akan keberadaan Nadia membuat ia urung melakukan keiinginannya itu. Dengan lembut ia kembali menyentuh wajah sendu Salma.
"Maafkan mas, Salma..." ucapnya lirih dan kembali ia mencium dahi gadis itu dengan dalam.
Kemudian ia pun bangkit dan berjalan kearah pintu. Sebelum ia keluar dan menutup pintu sekali lagi ia menoleh kearah Salma yang kini tampak lebih nyaman tidurnya karena tak lagi berada dilantai yang dingin. Lalu ia pun menutup pintu kamar itu dengan pelan. Namun ia tak langsung kembali ke kamarnya dengan Nadia, ia malah memilih untuk duduk di sofa ruang keluarga dan menyalakan tv. Rasanya malas jika ia harus tidur disamping Nadia malam ini. Tak berapa lama ia pun akhirnya tertidur disana dengan tv yang masih dalam keadaan menyala.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments