Sudah tiga hari sejak kejadian Nadia mengurung dirinya dan mengancam untuk bunuh diri. Sejak itu pula setiap malam Salma selalu mendapatkan mimpi buruk. Dalam mimpinya itu ia merasa berada di tepi sungai dan tiba-tiba ada seseorang yang mendorongnya jatuh. Salma yang tidak bisa berenang berusaha menggapai keatas namun tenaganya cepat terkuras dan akhirnya ia pun tenggelam. Pada saat ia merasa bahwa ini adalah saat terakhir hidupnya tiba-tiba ada tangan yang menarik tubuhnya naik kepermukaan. Saat itulah ia dapat melihat cahaya terang yang menyilaukan mata. Tiba-tiba terdengar suara yang berkata
"Jangan takut... semua akan baik-baik saja aku akan menemukanmu segera..." seketika ia menoleh kearah suara itu namun karena cahaya yang terlalu terang ia tak dapat melihat siapa yang berbicara padanya.
Salma tak tahu arti dari mimpinya itu... namun ia juga tidak dapat menceritakannya pada orang lain termasuk kepada ibunya. Sore itu saat Salma baru selesai membersihkan diri sepulang dari toko tempatnya bekerja, Nadia datang kembali bersama kedua orangtuanya. Ya Nadia datang untuk meminta jawaban dari Salma. Bu Rahma yang mengetahui maksud kedatangan mereka sebenarnya merasa tidak senang namun ia berusaha untuk tidak memperlihatkan emosinya karena ia tak ingin membuat Nadia berulah kembali. Begitu juga dengan Salma sebenarnya hatinya belum juga bisa memberi kuputusan karena masih ada kebimbangan akan masa depannya jika ia memutuskan menuruti permintaan sepupunya itu.
Namun Nadia dan keluarganya sepertinya tidak mau menerima penolakan mereka terus mendesak Salma. Akhirnya bu Rahma meminta tambahan waktu untuk berfikir agar Salma tidak tertekan. Dua hari hanya dua hari waktu yang mereka berikan untuk Salma berfikir lagi. Walau begitu bu Rahma merasa lega setidaknya ada tambahan waktu bagi putrinya untuk berfikir dan memberi jawaban. Setelah Nadia dan keluarganya pulang, bu Rahma mendekati putrinya yang sedang termenung didalam kamar.
"Salma... kau kenapa nak? jika kau berat lebih baik kau tolak saja permintaan mereka..." ucapnya lembut sambil mengelus rambut hitam putrinya itu.
"Tapi bagaimana jika Nadia nekat dan mengakhiri hidupnya bu? aku tidak bisa hidup dengan beban sebagai penyebab kematian saudaraku sendiri..." tangis Salma sambil memeluk ibunya.
"Jadi sekarang apa yang ingin kau lakukan? ibu akan mendukungmu nak... " kata bu Rahma pasrah.
Ia sudah dapat menduga apa keputusan yang akan diambil putrinya.
"Salma akan menerimanya bu... mungkin ini takdir yang harus Salma jalani..." jawab gadis itu lemah. Bu Rahma pun mempererat pelukannya.
"Ya Allah berat betul cobaan yang kau berikan pada putriku.... hamba mohon berilah kebahagiaan padanya agar ia dapat merasakan kebahagiaan juga seperti kedua adiknya" do'anya dalam hati.
Kemudian setelah memberitahu keputusannya pada ibu dan kedua adiknya akhirnya Salma pun memberikan jawabannya pada Nadia. Wanita itu terlihat sangat senang saat mendengar jawaban Salma. Dengan cepat ia berkata akan segera kembali kerumahnya untuk memberitahukan pada suami dan juga ibu mertuanya tentang rencananya. Salma hanya bisa tersenyum kecut melihat kebahagiaan sepupunya itu. Memang walau dimulutnya ia berkata iya... namun dihatinya masih ada rasa tidak rela. Memang benar kata adik-adiknya Salma memang tipe orang yang tak bisa menyakiti hati orang lain dan rela berkorban walau itu akan menyakiti dirinya sendiri.
Setelah Nadia pulang kerumah suaminya beberapa hari kemudian Salma mendapat kabar bahwa suami Nadia pun sudah setuju. Dan mereka akan segera datang untuk melamar Salma. Mendengar kabar itu hati Salma semakin gelisah... ia mempertanyakan keputusannya sendiri. Apakah itu sudah benar atau tidak. Bu Rahma yang melihat Salma yang masih dalam kebimbangan mencoba memberi kekuatan pada putri sulungnya itu.
"Salma... sudah jangan terlalu kau fikirkan, cobalah untuk ikhlas... dengan kau ikhlas insyaallah semua akan baik-baik saja..."
Satu minggu kemudian Nadia datang bersama suami dan ibu mertuanya. Tampak sekali jika Nadia senang karena keinginannya akan segera terwujud. Berbeda dengan suaminya yang tampak sekali jika pria itu melakukan semua ini dengan terpaksa. Sedang ibu mertua Nadia tampak biasa saja tak terlihat begitu antusias seperti Nadia.
"Apakah sebenarnya ibu mertua Nadia juga tidak menyukai Salma?" pikir bu Rahma.
Namun melihat sikapnya yang sopan dan ramah saat bertemu dengan Salma sepertinya dia tidak keberatan jika Salma menjadi menantu keduanya.
Setelah berbicara panjang lebar akhirnya mereka memutuskan agar acara pernikahan digelar satu bulan lagi. Itu pun hanya acara ijab kabul tanpa resepsi. Sebenarnya bu Rahma merasa keberatan jika mereka tak menggelar acara resepsi karena ia ingin Salma juga sama seperti kedua adiknya yang menikah dan mengadakan resepsi walau tidak mewah. Tapi setidaknya orang tahu jika mereka sudah menikah. Namun mengingat Salma hanya akan jadi istri kedua dan kedua calon mempelai sudah memutuskan bu Rahma pun hanya bisa pasrah dan menyetujuinya. Setelah semua setuju akhirnya Nadia dan keluarganya pun pulang.
"Kamu kenapa nak? apa kamu masih bimbang dengan perasaan kamu?" tanya bu Rahma ketika dilihatnya Salma termenung di kamarnya saat bu Rahma masuk ke kamar Salma.
"Hemm... bukan begitu bu... Salma hanya ingat sama ayah..." jawabnya sambil memandang foto keluarga mereka yang ada diatas nakas.
"Ayahmu pasti bangga pada putri sulungnya ini..." kata bu Rahma sambil mengelus punggung putrinya itu.
"Kamu sudah menjadi tulang punggung keluarga sejak ayahmu meninggal. Kau bahkan tak melanjutkan pendidikanmu demi menghidupi ibu dan juga adik-adikmu. Terimakasih nak... atas semua pengorbananmu pada kami" sambungnya.
"Ibu jangan bicara seperti itu... semua yang Salma lakukan karena sudah kewajiban Salma sebagai anak sulung dan juga karena Salma sangat sayang sama ibu dan adik-adik" ucapnya sambil memeluk ibunya.
Tak terasa hari pernikahan pun tiba... tak ada dekorasi mewah hanya ada beberapa hiasan bunga dan tenda tempat tamu undangan duduk untuk menyaksikan ijab kabul. Tepat pukul 8 pagi acara ijab kabul pun dimulai. Dengan lantang dan jelas Amran mengucapkan kalimat ijab kabul dan disambut dengan ucapan sah dari para saksi. Detik itu juga akhirnya Salma melepas masa lajangnya dan menjadi seorang istri. Walau ia hanya menjadi istri kedua. Selesai ijab kabul Salma yang selama acara ijab berada di dalam kamar akhirnya di gandeng keluar dari kamar dengan diapit oleh kedua adiknya. Ada rasa haru pada bu Rahma menyaksikan putri sulungnya itu keluar dengan mengenakan kebaya putih dan hijab dengan warna senada. Rasa lega menyusup dihatinya melihat Salma sudah menjadi istri orang karena itu berarti tugas dan tanggung jawabnya sebagai orangua sudah terpenuhi.
Setelah mencium Amran yang sudah sah menjadi suaminya itu, Salma tak dapat menahan air matanya saat ia mencium tangan ibunya tanda memohon restu. Begitu juga bu Rahma, ia bahkan sampai sesenggukan saat menyerahkan Salma pada Amran yang kini sudah sah jadi suami Salma. Menjelang sore Salma pun langsung di boyong oleh suaminya untuk tinggal di rumahnya bersama Nadia. Memang sesuai keinginan Nadia yang ingin tinggal bersama suami dan juga madunya. Tak ada percakapan antara Salma dan Amran selama perjalanan. Hanya Nadia yang terus mengajak bicara Salma dan sesekali dijawabnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
guntur 1609
kalian saja yg bodoh ngapain di tanggapin.
2024-05-09
1
Enies Amtan
nyimakkk
2022-12-05
1