Jodoh Istri Kedua
Hari sudah mulai petang saat Salma menginjakkan kakinya di halaman rumah. Terlihat ibunya sudah menunggu di teras rumah.
"Tumben telat banget pulangnya?" tanyanya pada putri sulungnya itu.
"Iya bu... tadi di toko ada barang yang baru datang jadi aku di suruh mengawasi dan mencatatnya dulu" jawab Salma sambil meraih tangan ibunya lalu menciumnya.
Memang kebiasaan Salma yang selalu mencium tangan kedua orang tuanya jika akan pergi atau pun pulang ke rumah. Salma yang hanya lulusan SMU bekerja pada toko kelontong depan pasar tak jauh dari rumahnya. Setiap hari ia bekerja dari jam 6 pagi hingga jam 4 sore.
"Ya sudah masuk dulu ... sebentar lagi magrib" sambung bu Rahma ibunya.
Salma adalah sulung dari tiga bersaudara, kedua adiknya Shania dan Sakina keduanya sudah menikah dan tinggal bersama suami mereka masing-masing. Sedang Salma masih tinggal dengan ibunya karena dia belum menikah.Ya di usianya yang sekarang 28 tahun Salma belum juga menemukan jodohnya. Walaupun banyak sekali orang yang nyinyir dengan statusnya itu Salma tak pernah ambil pusing. Ia serahkan segalanya pada Allah, karena yang terpenting selama ini ia sudah berusaha untuk membuka hatinya dan tak lupa berdo'a, namun memang takdir belum mempertemukannya dengan jodohnya.
"Salma... tadi ada kiriman undangan untuk kamu..." kata Rahma.
"Undangan? undangan dari siapa bu?" tanya Salma penasaran.
"Sepertinya undangan reuni nak..."
"O..." jawab Salma sambil menganggukkan kepalanya.
"Ibu sudah taruh diatas meja di dalam kamarmu...".
"Terima kasih bu.." ucapnya.
"Sudah cepat sana mandi nanti keburu magrib" ujar bu Rahma sambil mendorong putrinya itu ke kamar.
Setelah membersihkan dirinya Salma mengambil undangan yang diletakkan ibunya tadi. Terlihat jelas pada undangan itu bahwa setiap peserta boleh membawa pasangan atau keluarganya. Ia pun mendesah pelan, sudah bisa ia bayangkan jika ia datang kesana sendirian teman-temannya pasti menjadikannya bahan pembicaraan. Rasanya jadi malas untuk datang jika membayangkan hal itu.
"Salma... udah magrib nak... ayo sholat dulu..." tiba-tiba terdengar suara ibunya memanggil.
"Ya bu..." sahut Salma, ia pun meletakkan kembali undangan reuni itu dan bergegas mengambil air wudhu.
Setelah melaksanakan sholat, tak lupa Salma menumpahkan segala keluh kesahnya pada yang Maha Kuasa. Tak terasa air matanya pun mengalir. Bukannya ia tak mau bersyukur dengan keadaannya saat ini namun jika ia melihat ekspresi wajah ibunya saat mendengar omongan orang yang terkadang menyakitkan sungguh tidak tega rasanya. Ibu mana yang rela jika anaknya dikatakan perawan tua atau pun gadis sial. Sungguh jika bukan karena ibunya mungkin ia sudah ikhlas jika harus melajang untuk seumur hidupnya. Namun saat melihat betapa sedihnya ibu yang telah mengandung dan merawatnya itu saat dirinya di caci rasanya jika ada yang berani melamarnya akan langsung diterimanya.
Tapi ibunya jugalah yang selalu memberi nasehat padanya agar dalam keputusan jodoh ia tidak gegabah. Sebab itu keputusan yang sangat penting dan akan merubah seluruh hidupnya. Selesai berdo'a Salma membereskan mukenanya dan keluar kamar untuk makan malam dengan ibunya. Tak lama setelah keduanya selesai makan tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya.
"Siapa ya malam-malam begini bertamu kerumah kita?" tanya bu Rahma.
"Entahlah bu... coba Salma lihat dulu..." kata Salma setelah meletakkan piring kotor di tempat cuci piring.
Kemudian ia pun melangkah keluar untuk membukakan pintu.
"Assalamualaikum..." terdengar suara dari luar.
"Waalaikumsalam... sebentar..." jawab Salma sambil membuka pintu.
Salma terkejut saat dilihatnya Nadia sepupu jauhnya sudah berdiri di depan pintu.
"Nadia... kenapa malam-malam kemari? kamu sama siapa?" tanyanya.
"Aku kemari sendirian Ma..." terangnya.
"Sendirian? suamimu mana? kok nggak nganter?".
"Kamu itu kebiasaan Salma... ada tamu bukannya disuruh masuk malah diinterogasi kayak dikantor polisi aja..." potong bu Rahma yang sudah muncul dari dalam rumah.
Salma pun terkekeh.
"Maaf ya... abisnya aku kaget banget kamu datang ga ngabarin dulu dan kemari malam-malam, sendiri lagi..." terang Salma.
"Ya sudah masuk dulu yuk!" ajaknya pada Nadia.
Lalu mereka pun masuk ke dalam rumah. Setelah basa-basi sebentar akhirnya Nadia mengutarakan niat sebenarnya kenapa ia datang malam-malam.
"Sebenarnya aku datang kemari mau ngomong serius sama kamu Ma... sama tante juga..." ucapnya dengan raut wajah serius.
"Sebenarnya ada masalah apa, kok kelihatannya serius sekali..." kata bu Rahma.
"Begini Salma... tante... sebenarnya aku lagi ada masalah yang serius dengan rumah tanggaku..." kata Nadia dengan wajah sendu.
"Ada apa sebenarnya Nad?" tanya Salma lembut.
"Begini... seperti yang kalian tahu aku dan mas Amran udah menikah lebih dari lima tahun. Dan sampai sekarang kami belum juga diberi momongan..." Nadia menjeda kalimatnya lalu menghela nafas berat.
"Mama mertuaku sudah sering sekali menanyakan soal cucu pada kami... walau sudah sering mas Amran bilang kalau itu rejeki yang diatur oleh Allah tetap saja beliau sering membahasnya." sambungnya.
"Puncaknya kemarin malam saat salah satu saudara jauh mama mengabarkan mempunyai cucu baru. Bahkan mama menyuruh mas Amran untuk menikah lagi agar bisa mendapat keturunan..." tangis Nadia pun pecah.
Wanita mana yang mau jika dirinya diperlakukan seperti itu oleh mertuanya.
"Astaghfirullah... lalu bagaimana dengan suamimu Nad?" tanya bu Rahma sambil mengelus pundak Nadia lembut.
"Mas Amran jelas menolaknya dengan tegas tante... tapi aku tak tahu sampai kapan mas Amran bisa menolak keinginan mamanya..." jelas Nadia masih dengan linangan air mata.
"Lalu apa kamu sudah bilang pada orangtuamu tentang masalah ini?" tanya bu Rahma hati-hati.
"Sudah tante... makanya akhirnya aku kemari...".
"Maksudnya?" tanya Salma tak mengerti dengan maksud perkataan Nadia.
"Sebelumnya aku minta maaf sama kamu Ma... tapi setelah aku berfikir dan meminta saran pada kedua orangtuaku, aku ingin meminta padamu agar kau mau menjadi istri kedua mas Amran..." ucap Nadia sambil menggenggam tangan Salma.
Bagai petir disiang bolong Salma tak menyangka akan mendengar permintaan seperti itu terucap dari bibir Nadia. Tak berbeda dengan bu Rahma, ia tak menyangka jika putri sulungnya itu diminta untuk menjadi istri kedua dan madu dari saudaranya. Ada rasa sakit yang menjalar dihati bu Rahma, dan juga rasa terhina saat putri sulungnya itu seperti dijadikan cadangan pada rumah tangga Nadia. Namun ia masih dapat menahan emosinya apalagi saat dilihatnya Nadia yang seperti orang putus asa. Dengan menghela nafas pelan akhirnya ia dapat menguasai emosinya.
"Tapi apa kau sudah membicarakannya juga dengan suamimu?" kata bu Rahma lagi mencoba mencari peluang untuk menolak permintaan Nadia secara halus.
Sesungguhnya bu Rahma tak rela jika putrinya dijadikan istri kedua, ia tak sanggup jika putri sulungnya itu hidup dengan berbagi suami. Walaupun itu permintaan istri pertama tetap saja orang akan menganggap putrinya itu sebagai pelakor. Selama ini Salma sudah sering menjadi omongan karena belum menikah apa jadinya jika ia menikah dan menjadi istri kedua bukankah nanti orang-orang akan lebih membullynya. Bu Rahma tak ingin hal itu terjadi pada putrinya apalagi Salma itu anak yang baik. Sebagai seorang ibu ia akan berusaha melindungi putrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
mampir Thor, 🥰🙏
2023-02-13
1
MyFamily
mampir aku thor
2023-02-01
1
Enies Amtan
waaduuh sskon wife...
2022-12-05
1