Saat masuk ke dalam rumah Salma sangat kaget saat melihat Amran yang sudah duduk di ruang tamu dengan wajah datar.
"Baru pulang kamu?" semburnya tanpa basa-basi.
"I... iya.. mas..." jawab Salma dengan terbata karena terkejut.
"Dari mana saja kamu seharian ini hah?".
"Bukankah tadi pagi aku sudah minta ijin mas?" tanya Salma balik.
"Lalu kamu pergi dengan siapa?"
"Sendiri mas" jawab Salma.
"Lalu ini apa hah!" sentak Amran sambil menunjukkan hpnya ke muka Salma.
Dapat ia lihat jika disana terpampang gambarnya sedang duduk dengan Rini sewaktu tadi sore di taman. Salma mengerutkan keningnya tak mengerti dengan sikap Amran yang marah-marah hanya karena ia melihat foto Salma dan Rini yang nota bene juga seorang wanita.
"Memang apa yang salah mas? Dia kan temanku lagi pula dia juga perempuan dengan alasan apa mas jadi marah?" balas Salma yang mulai muak dengan tingkah konyol suaminya itu.
"Mulai berani kamu ya sama suami kamu!! Pasti kau sudah mengadu macam-macam kan sama perempuan itu" bentak Amran lagi.
"Baru merasa mas kalau kamu itu suami aku?" tanya Salma sinis.
Lalu dengan cepat ia melangkah meninggalkan Amran yang masih menatapnya nyalang.
"Mau kemana kamu hah!! Aku belum selesai bicara dasar perempuan j*l**g!!" teriak Amran namun sudah tidak diperdulikan lagi oleh Salma.
Hatinya sudah sangat sakit dan lelah dengan sikap Amran dan Nadia terhadapnya selama ini. Kali ini ia sudah tidak perduli lagi dengan apa yang akan terjadi kalau pun ia harus keluar dari rumah saat ini juga ia sudah siap. Baru saja Salma masuk ke dalam kamar tiba-tiba Amran ikut masuk dan menarik tubuh gadis itu sehingga kini keduanya sudah berdiri berhadapan.
"Berani kamu pergi saat aku belum selesai bicara hah!" sentak Amran sambil mendorong tubuh Salma hingga membentur tembok kamar.
Salma hanya diam tak menanggapi suaminya yang menurutnya sudah bertingkah berlebihan. Tak dirasakannya punggungnya yang nyeri akibat benturan yang cukup keras ke tembok kamar.
"Lalu mau kamu apa mas?" tanya Salma dengan mata yang sudah basah.
"Aku mau kamu tidak usah lagi keluar rumah dan berhubungan dengan perempuan itu!" teriak Amran seperti orang yang tak waras.
"Memangnya salah dia apa mas? Dia cuma temanku" ucap Salma masih tak terima jika pertemanannya dengan Rini harus berakhir sebab cuma dia yang Salma rasa bisa jadi sahabatnya.
"Salah dia? Kamu tanya apa salah dia hah! Salah dia adalah karena sudah mau berteman dengan perempuan j*l**g seperti kamu tahu!" ucap Amran.
Salma menggelengkan kepalanya tak mengerti. Menurutnya sikap Amran sungguh aneh hanya karena ia punya teman Amran sudah marah-marah kebakaran jenggot. Apakah ia takut jika Salma mengadukan perbuatannya pada Rini dan kemudian akan terdengar oleh mamanya?
Cih bahkan sebelum Salma bercerita pun mama Aya sudah tahu segalanya dan entah dari mana dia bisa tahu semuanya.
"Jadi kamu mau aku gimana mas? Di rumah terus tanpa melakukan apa-apa? Hanya diberi makan dan minum sama kamu seperti hewan peliharaan?" tanya Salma datar.
"Apa ini alasan kamu nikah sama aku? Membuatku sebagai pajangan yang bisa kau pamerkan?" tanya Salma lagi.
Amran pun terdiam.
"Kalau kau jijik sama aku kenapa kau mau menikahiku mas? Kenapa tidak sejak awal kau tolak permintaan konyol Nadia?" sambung Salma.
"Atau lebih baik kau ceraikan saja aku sekarang dan aku akan pergi sekarang juga jadi kau tidak akan pernah lagi melihatku" kata Salma dengan nada lelah.
Benar saat ini Salma memang sudah sangat lelah. Lelah dengan sikap suami dan madunya itu yang penuh dengan pura-pura. Karena Amran tak merespon Salma pun melangkah pergi ke kamar mandi. Dikuncinya pintu kamar mandi dari dalam dan disandarkannya tubuhnya di balik pintu. Lelah dan sakit hati kini yang Salma rasakan, kembali ia bertanya dalam hati apa salah dan dosanya pada kedua orang itu hingga ia harus diperlakukan dengan semena-mena.
Kemudian Salma pun berniat untuk membersihkan diri namun ia ingat belum membawa baju ganti sehingga ia kembali keluar untuk mengambil baju ganti. Salma kaget karena ternyata Amran masih ada di dalam kamar namun dalam posisi tidur di atas tempat tidur. Tanpa mengeluarkan suara Salma mengambil pakaiannya dan masuk kembali ke dalam kamar mandi. Setelah membersihkan diri ia pun keluar dari kamar mandi, dilihatnya Amran masih dalam posisi yang sama. Salma pun menunaikan sholat tanpa berniat mengganggu Amran. Jika saja mereka seperti pasangan normal lainnya Salma tentu sudah membangunkan Amran dan mengajaknya untuk sholat berjamaah. Tapi mereka bukan pasangan biasa ditambah dengan kejadian sore tadi membuat Salma semakin acuh pada suaminya itu.
Baru saja Salma selesai melaksanakan sholatnya terdengar suara Nadia yang sedang mencari-cari Amran. Dengan malas Salma melirik ke arah Amran yang masih tertidur. Entah betul-betul tertidur atau hanya pura-pura karena dilihatnya laki-laki itu sama sekali tak bereaksi sedang suara Nadia sudah terdengar ke seluruh rumah. Mau tidak mau Salma akhirnya berusaha membangunkan Amran bukan apa-apa ia hanya tak mau ada lagi masalah.
"Mas bangun ..." ucapnya sambil mengguncang tubuh Amran dengan tangan terbungkus kain mukena.
"Hemmm..." terdengar suara Amran seperti orang yang terganggu tidurnya.
"Nadia mencarimu" ucapnya yang membuat Amran langsung terlonjak bangun dan langsung keluar dari kamar tanpa berkata apa-apa.
Salma hanya bisa mendesah pelan melihat kelakuan suaminya itu.
"Mas kamu dari mana?" tanya Nadia begitu Amran menunjukkan batang hidungnya.
"Dari belakang" jawabnya singkat.
"Dari belakang? Tadi aku sudah mencarimu di belakang mas... tapi kau tidak ada" kata Nadia dengan nada curiga.
"Maksudku dari kamar mandi" ucap Amran gugup.
Nadia mengernyitkan dahinya. Ia semakin curiga dengan sikap suaminya itu.
"Kamar mandi mana mas?" tanyanya lagi.
"Kamar mandi atas" jawab Amran.
"Kamar Salma?"
"Iya kenapa?"
"Mas kenapa pakai kamar mandi di kamar Salma? Apa mas sengaja untuk berdekatan dengannya? Mas mulai suka dengan pelakor itu?" cecar Nadia dengan emosi karena merasa jika suaminya sudah mulai dekat dengan Salma.
"Bukan begitu Nad... tadi keburu mau BAB sedang saat itu yang terdekat kamar Salma jadi aku masuk kesana..." ucap Amran mencari alasan.
"Kan pakai yang di kamar kita bisa mas..."
"Aku tahu tapi sungguh saat itu rasanya sudah mau keluar jika harus ke kamar kita, aku takut keburu keluar dicelana" terang Amran berusaha membujuk Nadia.
"Salma sudah pulang mas?"
"Entahlah saat keluar dari kamar mandi aku tidak memperhatikan" jawab Amran.
Nadia mendengus kesal.
"Sudahlah lebih baik kamu membersihkan diri dulu lalu kita makan malam" bujuk Amran.
Nadia pun mengangguk sebab memang sejak tadi dia sudah merasa lengket. Dengan lembut Amran membimbing Nadia masuk kedalam kamar. Setelah Nadia masuk ke kamar mandi Amran kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Bukan di kamar Salma tapi di kamar yang ditempatinya bersama Nadia. Hari ini fikiran Amran benar-benar kacau. Ia sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi agar Salma mau menggugat cerai dirinya.
Tadi sore saat pulang kantor ia tak sengaja melihat Salma di taman dengan seorang wanita yang mungkin saja adalah temannya. Dalam fikirannya mungkin jika ia mempermasalahkan kedekatan Salma dengan wanita itu akan membuat gadis itu muak dan mau menggugat cerai. Memang tadi Salma terlihat emosi dengan sikapnya dan sempat menyuruhnya untuk menceraikannya, namun saat Salma benar-benar berkata minta cerai padanya terasa ada yang sakit pada hatinya. Mungkinkah benar jika dia sudah mulai menaruh rasa pada Salma? Tidak ... itu tidak boleh terjadi. Amran menggelengkan kepalanya dengan keras.
Dia tidak boleh menaruh rasa pada gadis polos itu... agar jika saatnya tiba ia akan dengan mudah melepasnya. Amran memejamkan matanya mencoba untuk menenangkan fikirannya, tapi bayangan Salma tadi yang terlihat sangat terluka akibat kelakuannya dan juga Nadia membuatnya bertambah pusing. Hingga saat Nadia keluar dari kamar mandi ia tak menyadarinya.
"Mas ..." panggil Nadia sambil mengguncang tubuh Amran pelan.
"Hemm...." jawab Amran sambil memicingkan matanya.
"Mas kenapa tidur? Kan belum makan malam" ucapnya lembut.
"Mas kecapean Nad...." ungkapnya sambil menguap.
"Kita makan malam dulu ya" ajak Nadia.
Sebenarnya Amran sedang tidak ingin bertemu dengan Salma akibat kejadian sore tadi tapi tak mungkin ia menolak permintaan Nadia. Akhirnya dengan enggan ia pun mengikuti langkah Nadia ke ruang makan. Sesampainya di sana tak terlihat sosok Salma. Bahkan saat keduanya sudah selesai makan gadis itu belum juga menampakkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments