Dalam Neraka

Saat sampai di meja makan benar kata Nadia, Amran sudah ada di sana. Lalu Nadia mengambil tempat duduk disamping Amran. Tapi tidak dengan Salma, dia mengambil tempat duduk disamping Nadia. Dia memang tidak ingin dekat-dekat dengan Amran setelah apa yang dikatakan laki-laki itu tadi malam. Namun sepertinya Nadia tak tahu tentang itu dan meminta Salma untuk duduk di depannya. Dengan halus Salma berusaha untuk menolak.

"Ma kenapa kamu ga mau duduk di situ?" tanyanya setengah memaksa.

"Udah terlanjur Nad... " alasan Salma yang sudah tak menemukan alasan lain.

Saat itulah terdengar bel berbunyi dari depan pertanda ada yang datang.

"Siapa pagi-pagi datang kemari?" tanya Nadia yang kemudian menyuruh ART nya untuk membukakan pintu.

Ternyata yang datang adalah mama Aya, ibunya Amran.

"Mama kenapa pagi-pagi sudah sampai disini?" tanya Amran pada mamanya.

"Emang ga boleh ya mama datang kemari?" tanya mama Aya pada putra semata wayangnya itu.

"Ga gitu ma... kan Amran sama Nadia udah mau berangkat kerja ma... nanti mama disini sama siapa?" kilah Amran.

"Lho memangnya kamu udah mau berangkat kerja? Bukankah baru kemarin kamu menikah? Masa kamu tidak ambil cuti dulu..." tanya mama Aya yang kaget dengan penuturan Amran.

"Bukan begitu ma... di tempat kerja Amran ada masalah jadi hari ini harus tetap berangkat." ungkapnya memberi alasan.

"Kalau begitu kamu sama Nadia berangkat kerja aja ga pa-pa ... nanti biar mama jalan sama Salma, sekaligus mama ingin mengenal menantu mama ini." ucapnya tegas.

"Tapi ma... mungkin saja Salma masih lelah karena acara kemarin..." sambung Nadia yang tampak agak keberatan jika Salma dekat dengan mertuanya itu.

"Mama itu mau ngajak Salma jalan-jalan supaya ga bosen dirumah... masak pengantin baru udah langsung ditinggal kerja. Dari pada dia bengong di rumah kan lebih baik sama mama..." kata mama Aya tak mau kalah.

"Bagaimana Salma? Kamu mau kan ikut sama mama?" tanyanya pada Salma.

"I...iya... ma..." jawab Salma.

"Nah... Salmanya aja mau kenapa kalian yang keberatan. Udah sana kamu siap-siap Salma... kita sarapan diluar saja..." titahnya.

Salma pun menurut begitu juga dengan Amran dan Nadia yang juga tak bisa menolak perintah mama Aya. Selesai bersiap Salma pun mengampiri mama mertuanya yang sedang duduk di ruang makan bersama Amran dan Nadia walaupun tak ikut makan dengan keduanya.

"Sudah siap?" tanyanya saat melihat Salma mendekat.

"Iya ma..." jawab Salma.

Kemudian ia pamit pada Amran dan Nadia. Keduanya pun tampak canggung saat Salma mengulurkan tangan dan mencium punggung tangan mereka saat berpamitan. Hal itu tak lepas dari perhatian mama Aya. Kemudian keduanya pergi meninggalkan Amran dan Nadia yang masih di ruang makan. Tak ada percakapan keduanya setelah Salma dan mama Aya pergi. Mereka berdua tampak sibuk dengan fikiran mereka masing-masing.

Sementara mama Aya sudah mengajak Salma untuk sarapan di tempat favoritnya. Setelah memesan menu, sambil menunggu pesanan mereka datang mama Aya mulai mendekati Salma.

"Bagaimana nak? Apakah Amran memperlakukan kamu dengan baik?" tanyanya lembut.

Mendengar pertanyaan mertuanya Salma sedikit gelagapan namun akhirnya ia dapat menjawabnya.

"Mas Amran sangat baik ma..." ucapnya menutupi aib suaminya itu.

Terdengar mama Aya mendesah pelan, sepertinya ia tidak percaya dengan jawaban Salma.

"Mama tahu nak, kamu sedang berbohong." gumamnya dalam hati sambil menatap menantu barunya itu dengan tatapan iba.

Tak lama pesanan mereka pun datang.

"Makanlah yang banyak ya... supaya kau punya banyak tenaga..." guraunya agar menantunya itu tak tahu jika ia sudah curiga.

"Iya ma..." jawab Salma sambil tersenyum.

"Mama Aya sepertinya seorang yang lembut... rasanya tak mungkin jika ia bisa memaksa anak dan menantunya untuk segera memperoleh cucu..." fikir Salma setelah beberapa saat berbincang dengan mertuanya sambil sarapan.

"Oh ya... habis ini kita ke mall ya nak..." ajak mama Aya saat mereka sudah selesai sarapan.

"Iya ma... terserah mama saja..."

Sesampainya di mall, tempat itu tampak masih lengang sebab masih terlalu pagi keduanya datang. Namun justru karena itu mama Aya sangat senang, karena menurutnya akan lebih leluasa berbelanja dalam keadaan seperti itu. Mama Aya langsung mengajak Salma untuk membeli beberapa pakaian. Walaupun Salma sudah berusaha menolak namun mama Aya tetap memaksa untuk membelikannya beberapa potong baju.

Karena tak kuasa menolak akhirnya Salma memilih beberapa baju dengan model yang sederhana. Melihat perilaku Salma selama mereka bersama itu membuat mama Aya jadi dapat menilai sifat Salma yang sebenarnya. Menurut pandangannya Salma adalah gadis sederhana yang tak menginginkan hal macam-macam seperti gadis lain yang sering dijumpainya.

"Semoga Armran dapat segera menerima kamu sebagai istrinya nak... mama ga mau kehilangan menantu sebaik kamu..." do'anya dalam hati.

Setelah puas berbelanja mama Aya mengajak Salma ke salon langganannya dan melakukan perawatan bersama. Keduanya langsung akrab bak ibu dengan anaknya.

"Nanti kapan-kapan kita keluar bareng lagi ya sayang..." kata mama Aya saat mengantar Salma pulang.

"Iya ma..." jawab Salma sambil tersenyum.

Hatinya sangat bahagia setidaknya mertuanya menyayanginya dengan tulus.

Saat Salma baru saja meletakkan belanjaannya di pojok kamar tiba-tiba Amran masuk kedalam kamar.

"Kamu bilang apa aja sama mama aku hah!"

"Aku ga bilang apa-apa mas...." jawab Salma yang terkejut dengan ulah Amran.

"Awas kau jika mengadu yang tidak-tidak pada mama..." ancamnya lalu keluar dari kamar sambil memggebrak pintu yang membuat Salma terlonjak kaget.

"Ya Allah... apalagi ini? Kenapa mas Amran tidak bisa bersikap lembut sedikit saja padaku" keluh Salma dalam hati.

"Sebenarnya apa salahku hingga dimatanya aku ini terlalu hina untuk diperlakukan selayaknya manusia." sambungnya sambil mengelus dada.

Tak terasa sudah hampir tiga bulan Salma dan Amran menikah. Dan selama itu pula sikap Amran tidak berubah tetap membenci Salma dan tak mau menyentuhnya. Bahkan terkadang Amran pun sudah berani main tangan pada Salma jika ia sedikit saja dianggap melakukan kesalahan. Hal ini membuat Salma semakin tertekan apalagi ia tak di beri uang sepeser pun untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Beruntung mama mertuanya sering datang dan mengajaknya pergi keluar yang pada akhirnya membelikannya beberapa kebutuhan Salma, meski ia sering kali menolak namun akhirnya menerima juga karena ia membutuhkan juga.

Seperti malam ini ketika Amran yang baru pulang dari kantor mendapati bahwa Nadia belum pulang kerumah. Dan saat dihubungi hpnya tidak aktif. Salma yang berada dirumah menjadi sasaran kekesalan Amran. Lelaki itu tanpa alasan menampar Salma hanya karena tidak sengaja menyenggol tangan Amran saat lewat disampingnya.

"Kau sengaja ya menyentuh tanganku dengan tangan kotormu itu!" ucapnya setelah menampar Salma.

Salma hanya diam sambil memegang pipinya yang perih dengan air mata yang menetes. Baginya percuma meladeni laki-laki dihadapannya itu yang sudah bertingkah seperti orang kurang waras. Ia pun langsung berlalu dan masuk ke dalam kamar.

Dalam hati Salma berfikir sampai kapan ia akan bertahan. Namun untuk pergi ia masih harus berfikir panjang karena ia tak punya apa-apa untuk bekal. Setelah lama berfikir akhirnya ia memutuskan untuk mencari kerja. Setidaknya jika terjadi sesuatu ia sudah punya tabungan untuk bekal hidup. Segera Salma membuka kopernya dan mencari ijasahnya. Walaupun ia hanya lulusan SMU namun ia yakin akan mendapat pekerjaan walau hanya jadi pekerja kasar, Salma tidak perduli yang terpenting ia tidak akan bergantung lagi pada orang lain. Dia sudah bertekad mulai besok pagi ia akan mencari pekerjaan walau dengan diam-diam. Setelah menyiapkan keperluannya Salma pun menggelar sprei tipis hadiah pemberian dari kedua adiknya saat pernikahannya dilantai. Ya sejak malam pertama ia menikah tak sekalipun Salma tidur diatas tempat tidur.

Setiap malam ia akan tidur di lantai dengan alas sprei tipis dan bantal dari sprei lain yang ia lipat, keduanya hadiah dari adiknya. Salma memang tak mau tidur diatas tempat tidur yang sudah diharamkan oleh suaminya untuk ia tempati. Salma bersyukur kedua adiknya memberinya hadiah berupa sprei karena terbukti sekarang benda itu sangat berguna baginya. Terkadang Salma merasa iri dengan kedua adiknya itu karena walau suami mereka bukan orang kaya namun sangat bertanggung jawab. Salma hanya bisa menangis jika mengingat nasibnya yang malang.

Terpopuler

Comments

uty

uty

aneh juga , nadia yg maksa nikah ama suaminya , pake acara bunuh diri trus sdh 3 bln masa trus di bully ama suaminya, napa hrs di nikahi wkwkwkkw lucu juga nih cerita alurnya

2022-10-27

2

Siti Mujimah

Siti Mujimah

masa ud jadi istri kedua trus di perlakukan seperti itu koq masih mau bertahan...helleh good bye az kenapa

2022-09-03

2

mbuh

mbuh

nextttt

2021-11-02

1

lihat semua
Episodes
1 Permintaan
2 Usaha Terakhir
3 Bimbang
4 Menikah
5 Awal Derita
6 Dalam Neraka
7 Mencari Kerja
8 Hari Pertama Bekerja
9 Terkuak
10 Gundah
11 Alasan Yang Salah
12 Rahasia Amran
13 Alasan Sebenarnya
14 Ingin Bahagia
15 Berubah
16 Bertemu
17 Permintaan Maaf
18 Gundah
19 Mengigau
20 Pertemuan
21 Bermalam
22 Pengakuan
23 Ciuman Pertama
24 Pergi
25 Kecelakaan
26 Rahasia Terbongkar
27 Semua Tahu
28 Amnesia
29 Rahasia
30 Jujur
31 Memilih Berpisah
32 Hidup Baru
33 Usaha Baru
34 Kenyataan
35 Berusaha Berubah
36 Cerita Lalu
37 Sahabat
38 Tak Ada Restu
39 Perdebatan
40 Terbuka
41 Bertemu Mantan
42 Tentang Mantan
43 Menyadari
44 Kencan
45 Mulai Cinta
46 Ancaman
47 Undangan
48 Pesta
49 Lamaran
50 Kenyataan Pahit
51 Luka Masa Lalu
52 Berbagi Duka
53 Musibah
54 Operasi
55 Tertangkap
56 Interogasi
57 Terkuak
58 Bicara Berdua
59 Rasa Yang Kembali
60 Dilema
61 Bertemu
62 Keputusan
63 Terbongkar
64 Pulang
65 Pernikahan
66 Permintaan Maaf
67 Kritis
68 Menyadari Kesalahan
69 Ayah Kandung Wahyu
70 Berterus Terang
71 Menemukan Bu Desi
72 Motif
73 Rasa Setiap Hati
74 Menyusul
75 Dilema Dua Hati
76 Tanda - Tanda
77 Hamil
78 Rencana
79 Ngidam
80 Mengetahui
81 Belum Menyerah
82 Perampokan
83 Janggal
84 Musuh Lama
85 Diserang
86 Celaka
87 Mencari
88 Selamat
89 Melahirkan
90 Menjenguk
91 Mulai Mencair
92 Akhir Kisah
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Permintaan
2
Usaha Terakhir
3
Bimbang
4
Menikah
5
Awal Derita
6
Dalam Neraka
7
Mencari Kerja
8
Hari Pertama Bekerja
9
Terkuak
10
Gundah
11
Alasan Yang Salah
12
Rahasia Amran
13
Alasan Sebenarnya
14
Ingin Bahagia
15
Berubah
16
Bertemu
17
Permintaan Maaf
18
Gundah
19
Mengigau
20
Pertemuan
21
Bermalam
22
Pengakuan
23
Ciuman Pertama
24
Pergi
25
Kecelakaan
26
Rahasia Terbongkar
27
Semua Tahu
28
Amnesia
29
Rahasia
30
Jujur
31
Memilih Berpisah
32
Hidup Baru
33
Usaha Baru
34
Kenyataan
35
Berusaha Berubah
36
Cerita Lalu
37
Sahabat
38
Tak Ada Restu
39
Perdebatan
40
Terbuka
41
Bertemu Mantan
42
Tentang Mantan
43
Menyadari
44
Kencan
45
Mulai Cinta
46
Ancaman
47
Undangan
48
Pesta
49
Lamaran
50
Kenyataan Pahit
51
Luka Masa Lalu
52
Berbagi Duka
53
Musibah
54
Operasi
55
Tertangkap
56
Interogasi
57
Terkuak
58
Bicara Berdua
59
Rasa Yang Kembali
60
Dilema
61
Bertemu
62
Keputusan
63
Terbongkar
64
Pulang
65
Pernikahan
66
Permintaan Maaf
67
Kritis
68
Menyadari Kesalahan
69
Ayah Kandung Wahyu
70
Berterus Terang
71
Menemukan Bu Desi
72
Motif
73
Rasa Setiap Hati
74
Menyusul
75
Dilema Dua Hati
76
Tanda - Tanda
77
Hamil
78
Rencana
79
Ngidam
80
Mengetahui
81
Belum Menyerah
82
Perampokan
83
Janggal
84
Musuh Lama
85
Diserang
86
Celaka
87
Mencari
88
Selamat
89
Melahirkan
90
Menjenguk
91
Mulai Mencair
92
Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!