Nadia melangkahkan kakinya keluar dari kantor Amran dengan malas ketika sampai di loby ia pun segera menghubungi kedua temannya untuk makan siang walau sudah agak terlambat untuk itu. Setelah keduanya setuju ia pun segera memesan taxi online untuk mengantarnya. Nadia memang sengaja tak mau menggunakan mobil sendiri walau Amran sudah pernah menawarinya untuk dibelikan mobil. Alasannya agar bisa terus berangkat dan pulang bareng suaminya walau beda tempat kerja. Padahal ini salah satu caranya agar bisa selalu mengawasi suaminya tanpa dicurigai.
Sesampainya di kafe yang telah mereka setujui ia pun langsung menuju meja yang biasa ia gunakan. Tak berapa lama kedua temannya itu pun datang bersamaan karena sebenarnya ketiganya bekerja di tempat yang sama.
"Siang sis..." sapa keduanya bersamaan.
"Udah lama nunggunya?" tanya Susi sambil meraih kursi dan langsung mendudukinya.
"Ga ... aku juga baru sampai..." jawab Nadia.
Tak lama seorang pelayan datang dan mereka pun segera memesan makanan dan minuman. Setelah pelayan itu pergi mereka pun kembali pada obrolan mereka.
"Kamu kenapa Nad? kok kelihatannya kusut gitu?" tanya Mira.
"Rencananya tadi aku mau ngajak mas Amran makan siang bareng, tapi ternyata dia udah makan bareng kliennya..." kata Nadia.
"Pantesan kamu ngilang duluan tadi dari kantor dan sekarang ngajak kami makan..." ujar Susi sambil menyeruput minumannya yang baru datang.
"Ga usah galau gitu deh Nad... kan suamimu cuma makan bareng klien apanya yang harus dikhawatirkan?" sambung Mira.
Nadia mendesah pelan memang yang dikatakan kedua temannya itu benar tapi entah mengapa saat ini ia merasa ada yang berbeda pada suaminya itu tapi ia juga tak tahu apa. Mereka pun melanjutkan makan mereka sambil sesekali mengobrol.
Selesai makan ketiganya pun langsung bergegas kembali ke tempat mereka bekerja sebab jam makan siang sudah habis.
"Cepet dikit dong Mir nyetirnya... entar keburu ketahuan sama bos..." seru Susi.
"Ini udah cepet dodol... lu salahin aja tuh si Nadia ngajakin makan diluar saat jam mepet..." keluh Mira sambil terus mengemudikan mobilnya.
"Iya-iya... maaf..." kata Nadia.
Sesampainya di tempat parkir ketiganya pun langsung berlarian masuk ke dalam gedung.
"Kalian bertiga dari mana saja hah!! jam makan siang sudah habis 15 menit yang lalu..." tegur kepala divisi tempat ketiganya bekerja.
"Maaf pak.... tadi dijalan mobil kami mogok jadi butuh waktu lebih lama untuk kembali..." kata Nadia memberi alasan.
"Ya sudah lain kali jangan kalian ulangi..." ucapnya lalu berlalu.
Ketiganya pun langsung menghembuskan nafas lega.
"Untung otakmu cepat bekerja Nad..." puji Susi.
"Siapa dulu... Nadia..." kata Nadia sambil tersenyum bangga.
Di ruangannya tampak Amran sedang memikirkan perkataan Bayu tentang menjemput Salma dari tempat kerjanya. Namun ia masih ragu karena sikapnya yang tak pernah baik pada gadis itu membuatnya tak yakin jika Salma mau dijemput olehnya. Tapi bukannya itu patut dicoba? Setidaknya ia telah berusaha... lama berfikir akhirnya ia pun meraih kunci mobilnya dan segera keluar dari ruangannya. Bayu yang melihat Amran yang keluar dengan tergesa-gesa dari ruangannya pun heran.
"Kau mau kemana Bro?"
"Menjemput Salma..." ucapnya setelah terdiam sejenak.
"Emang jam segini dia sudah pulang?" kata Bayu mengingatkan Amran jika saat ini baru jam 2 siang.
Itu berarti jam pulang Salma masih 2 jam lagi. Amran mendesah pelan dan kembali berbalik arah ke dalam ruangannya.
Waktu berjalan terasa sangat lambat bagi Amran hingga ia tak bisa konsentrasi pada pekerjaanya. Bayu yang memperhatikan sedari tadi pun akhirnya mendekati atasan sekaligus sahabatnya itu.
"Kamu kalau udah pengen pergi, pergi aja ga pa-pa Ran... toh kamu kan bosnya disini" kata Bayu.
Amran menghela nafasnya kasar.
"Udah... pergi aja sana dari pada lu ga konsen kayak gitu..." sambung Bayu.
Amran kembali menatap jam pada lengannya ternyata sudah jam 3. Ia pun segera mengangguk pada Bayu pertanda ia setuju dengan perkataan pria itu. Lalu ia pun segera meraih kunci mobil yang ada di mejanya dan segera berlalu.
"Thanks bro..." ucapnya sebelum menghilang dibalik pintu.
Bayu pun hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu. Perusahaan milik Amran memang tidak terlalu besar namun cukup diperhitungkan karena sering kali sukses menangani proyek besar. Mungkin karena belum terlalu besar itulah yang menyebabkan Nadia masih enggan melepaskan pekerjaan dikantornya yang sekarang.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup singkat karena jalanan yang tidak terlalu ramai karena masih jam kerja, akhirnya ia tiba di depan restoran tempat Salma bekerja. Amran sengaja tidak turun dari mobil dan hanya memperhatikan Salma dari jauh. Tampak gadis itu sedang sibuk membersihkan meja bekas makan pelanggan restoran. Terlihat gadis itu tak menampakkan wajah lelah setelah hampir seharian bekerja. Bahkan terlihat beberapa kali tampak jika ia tersenyum bahkan tertawa lebar saat bercanda dengan sesama karyawan disana.
"Baru kali ini aku melihat sisi lain darimu Ma..." gumam Amran sambil terus mengawasi Salma.
Setelah menunggu hampir 30 menit akhirnya ia melihat Salma yang berjalan keluar dari dalam restoran bersama beberapa karyawan yang juga akan pulang. Amran menghembuskan nafanya kasar, saat ini ia masih ragu apakah akan menghampiri Salma atau tidak. Sejenak hati berperang antara dua keinginan yang berbeda. Namun saat dilihatnya Salma berjalan sendiri menyusuri trotoar ia pun langsung menjalankan mobilnya untuk menghampiri gadis itu. Sebentar saja mobilnya sudah berada di samping Salma. Tapi tampaknya gadis itu belum menyadari jika ada mobil yang berhenti disebelahnya.
Amran pun membunyikan klaksonnya yang membuat gadis itu terlonjak karena terkejut. Amran membuka pintu penumpang di sebelahnya.
"Masuklah..." ucapnya singkat menyuruh gadis itu untuk masuk ke dalam mobil.
Salma tertegun, ia tak menyangka jika Amran ada dihadapannya dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil.
"Masuklah..." ucap Amran lagi yang menyadarkan Salma dari keterkejutannya.
"Tidak usah ... saya bisa pulang sendiri..." ucapnya lalu melangkah pergi.
Amran terkejut dengan reaksi Salma. Ini tidak seperti yang diharapkannya. Pria itu mengacak rambutnya gusar. Seharusnya ia sudah menyangka jika semua tidak akan semudah itu Salma akan menuruti permintaannya.
Ia pun langsung membuka sabuk pengamannya dan keluar dari dalam mobil. Di susulnya Salma yang masih berjalan di trotoar.
"Tunggu ..." ucapnya sambil meraih tangan Salma yang membuat gadis itu langsung berhenti.
"Ikut aku..." sambungnya dan tanpa menunggu persetujuan Salma ia langsung menarik gadis itu berjalan menuju mobil.
Setelah berada di samping mobil pria itu pun langsung mendudukan Salma ke kursi penumpang yang di samping sopir. Gadis itu pun hanya pasrah dengan perlakuan Amran karena takut membuat keributan di jalan. Setelah menutup pintu mobil Amran langsung mengitari mobil dari depan dan masuk ke kursi sopir lalu segera melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.
"Kita mau kemana?" tanya Salma saat tahu jika Amran tidak mengarahkan mobilnya menuju rumah.
Amran hanya diam tak mau menjawab pertanyaan gadis yang ada disebelahnya itu. Salma menjadi sedikit takut saat mobil yang dikemudikan Amran malah menuju ke arah sebuah bangunan apartemen.
"Kita mau apa kesini?" tanya Salma dengan nada sedikit takut. Amran langsung membuka pintu mobilnya dan keluar. Sedang Salma masih bertahan di dalam mobil dan tak mau turun. Tapi Amran membuka pintu mobil dari luar dan menarik tangan gadis itu agar menurut dan keluar dari dalam mobil. Takut jika Amran akan berbuat kasar padanya akhirnya Salma pun menurut. Keduanya pun langsung berjalan ke dalam gedung dan menaiki lift menuju lantai atas.
Sesampainya di lantai yang ditujunya Amran pun menggandeng tangan Salma ke apartemennya. Ternyata selama ini laki-laki itu juga memiliki sebuah apartemen yang tidak pernah diketahui oleh Salma. Nadia pun tak pernah bercerita soal ini padanya.
"Apa Nadia tahu tentang apartemen ini ya.." pikir Salma.
Setelah membuka pintu apartemen ia pun mengajak Salma masuk. Walau pun masih merasa takut namun Salma menuruti perintah Amran.
"Duduklah..." perintahnya pada Salma sambil menunjuk sebuah sofa yang ada di sana.
"Kau mau minum apa?" sambungnya sambil melangkah ke arah dapur.
"Tidak usah... aku tidak haus" tolak Salma.
Namun laki-laki itu kembali dengan membawa dua gelas minuman di kedua tangannya.
"Minumlah..." ucapnya lembut sambil menyodorkan satu gelas pada Salma.
Dengan enggan ia pun menerimanya namun hanya dipegangnya tanpa berniat untuk minum. Amran menghela nafasnya pelan. Tampak sekali jika Salma masih belum bisa mempercayainya.
"Sebenarnya apa maumu membawaku kemari?" tanya Salma yang sudah sejak tadi penasaran dengan maksud dari kelakuan suaminya itu.
"Aku hanya ingin bicara..." jawab Amran.
"Kenapa tidak di rumah saja?"
"Tidak mungkin... disana ada Nadia" ungkap Amran memberi alasan.
Salma mengerti dan menganggukkan kepalanya pelan.
"Jadi kau ingin bicara apa?" tanyanya sambil meletakkan gelas minuman diatas meja didepannya.
"Aku ingin minta maaf sama kamu...." kata Amran tanpa basa basi.
Salma menatap Amran tak percaya bahkan ia pun menutup mulutnya yang ternganga dengan kedua tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Wani Ikhwani
lanjut lagi
2021-12-12
1