Saat azan subuh berkumandang Salma terbangun dari tidurnya. Ia kembali terkejut karena ia kembali terbangun diatas tempat tidur.
"Siapa yang sudah memindahkanku ke tempat tidur ya?" gumamnya pelan.
"Ah nanti saja aku pikirkan ... " ucapannya lalu segera bangun dan merapikan bekas tempatnya tidur.
Kemudian ia pun langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan sholat subuh. Selesai sholat dan membaca tadarus sebentar ia pun mulai bersiap untuk berangkat kerja. Dengan memoleskan riasan tipis diwajahnya kini ia pun siap untuk berangkat kerja. Diperhatikannya penampilannya sekali lagi. Tampak wajahnya hari ini lebih ceria dan tidak pucat seperti biasa.
"Bagus Salma ... setiap hari kau harus berwajah seperti ini" ucapnya pada pantulan dirinya di cermin.
"Mulai sekarang tidak ada lagi wajah sendu apalagi tertekan ... hanya ada Salma yang ceria seperti dulu saat aku belum masuk ke rumah ini" sambungnya sambil tersenyum.
Ya ... Salma bertekad akan melawan Nadia dengan menunjukkan jika ia bisa bahagia. Karena itulah yang ingin Nadia hancurkan. Kebahagiaannya. Jadi dengan hidup bahagia di depan Nadia sudah suatu perlawanan yang ia lakukan untuk membalas perbuatan Nadia padanya. Jika saja bisa ia pun akan membuat Amran jatuh cinta padanya hingga ia bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi istri yang sesungguhnya. Tapi Salma tak mau berharap banyak ... dengan berusaha untuk tidak terlalu sakit hati atas perbuatan suami dan madunya itu saja sudah suatu perjuangan baginya.
Jadi mau Amran menganggapnya atau tidak itu sudah bukan masalah lagi baginya. Bukankah saat dulu sebelum menikah pun ia bahagia meski tanpa pasangan. Anggap saja ia kini hanya hidup bersama keduanya tanpa ada rasa di dalamnya.
Setelah bersiap Salma pun menuju ruang makan untuk sarapan. Tak ada siapapun disana. Mungkin sepasang suami istri itu masih terlelap dalam tidurnya dan Salma pun tak tahu kapan keduanya pulang tadi malam sebab saat ia berangkat tidur keduanya belum pulang. Tak ingin harinya dimulai dengan menatap wajah suami dan madunya Salma mengurungkan niatnya untuk sarapan. Ia memilih untuk segera pergi berangkat kerja. Dengan cepat diambilnya tas kesayangannya lalu mengunci kamar kemudian ia pun keluar dari rumah.
Dengan langkah cepat ia melewati halaman dan segera menuju jalan besar. Sesampainya di jalan besar dilihatnya penjual makanan di pinggir jalan tanpa pikir panjang ia pun segera membeli nasi bungkus beserta lauknya dan juga air minum mineral. Ia tak tahu akan makan di mana yang penting ia sudah membelinya dan jika merasa lapar baru ia akan memakannya. Lalu ia pun pergi ke tempatnya bekerja dengan berjalan kaki.
Jika hari-hari sebelumnya ia berjalan kaki ke tempat kerja karena tak punya uang namun kali ini memang karena ia sedang menginginkannya. Kemarin ia sudah mendapatkan gaji pertamanya, itu berarti ia punya uang untuk kebutuhannya. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya Salma tersenyum. Ya ... ia memang harus membiasakan diri untuk selalu tersenyum bahagia. Tanpa ia sadari sejak ia keluar dari rumah seseorang tengah mengawasinya.
Orang itu Amran. Sejak pagi sebenarnya ia sudah bangun dan melihat Salma yang tak jadi sarapan dan langsung keluar rumah. Bahkan tengah malam saat Nadia sudah tertidur karena kelelahan setelah mereka pergi keluar, ia juga yang memindahkan Salma ke atas tempat tidur tanpa di sadari oleh gadis itu. Saat melihat Salma yang berjalan kaki, ingin rasanya Amran menghampirinya dan mengajaknya untuk ikut naik ke dalam mobil yang dikendarainya.
Tapi hal itu urung ia lakukan karena ia sadar jika selama ini sudah memperlakukan Salma dengan sangat buruk. Kini ia merasa sangat bersalah dan juga merasa begitu bodoh sudah dipermainkan oleh Nadia. Ia tak menyangka jika Nadia yang ia kenal lugu ternyata bagai ular berbisa. Namun ia tak tahu bagaimana caranya agar bisa terlepas dari Nadia apalagi sesungguhnya ia masih mencintai perempuan itu walau kini sudah mulai terkikis akibat sifat aslinya yang mulai di ketahui Amran.
Dengan sabar diikutinya langkah kaki istri keduanya itu dengan mobilnya yang sengaja dilajukan pelan dan dengan jarak yang cukup jauh agar gadis itu tidak mengetahui keberadaannya. Terlihat sebuah sepeda motor berhenti di samping Salma dan ternyata pengendaranya adalah wanita yang Amran lihat berada ditaman bersama Salma. Tampak sepertinya wanita itu ingin memberi tumpangan dan Salma pun terlihat langsung menyetujuinya.
Melihat itu Amran sedikit lega pasalnya itu berarti Salma tak perlu capek berjalan kaki. Setelah motor yang dikendarai wanita yang memboncengkan Salma itu berjalan, Amran pun melajukan mobilnya kembali membuntuti mereka. Setelah berkendara cukup lama mereka tiba di depan sebuah restoran. Tampak keduanya turun dan masuk ke dalam padahal tampak jika tempat itu belum buka.
"Mungkinkah ini tempat Salma bekerja? " pikir Amran.
Dan benar saja tidak berapa lama tampak Salma keluar dari tempat itu untuk membersihkan kaca dan sudah mengganti pakaiannya dengan seragam.
"Jadi sekarang kau bekerja di tempat ini" gumamnya.
"Tapi bukankah ini restoran mama yang baru dibuka beberapa bulan yang lalu bersama temannya?" pikir Amran.
Amran memang pernah diajak oleh mamanya saat restoran ini baru dibuka. Sedang Nadia saat itu sedang pergi mengunjungi orangtuanya jadi ia tidak bisa ikut. Dan saat ia mengajak Nadia makan disana pun ia tak memberitahukan pada Nadia jika mamanya salah satu owner restoran itu.
"Jadi kau tidak tahu jika kau bekerja di restoran mertua kamu sendiri Ma..." gumam Amran.
Saat itu terdengar ponselnya berbunyi.
"Mas kamu dimana? kenapa ga bilang kalau keluar rumah?" terdengar suara Nadia yang cemas.
"Maaf tadi temanku ada masalah dan minta tolong padaku. Dan saat akan pergi aku lihat kamu masih nyenyak tidurnya jadi aku ga tega untuk membangunkanmu" ujar Amran beralasan.
"Maaf juga untuk hari ini kita ga bisa berangkat bareng karena ini aku sudah dalam perjalanan ke kantor karena sebentar lagi akan ada meeting dengan klien" sambungnya.
"Eummm... ga pa-pa mas... nanti aku pakai taxi online aja... tapi mas, kamu udah makan belum".
"Udah tadi bareng sama temanku itu..." bohong Amran.
"Ya udah ... hati-hati di jalan ya mas..."
"Iya..." balas Amran lalu menutup ponselnya.
Lalu ia pun menyalakan mobilnya dan meninggalkan tempat itu dan pergi ke kantornya. Saat mobil yang dikendarai Amran melewati Salma yang sedang menata meja kursi di bagian depan dan menjauh Salma merasa seperti melihat mobil suaminya melintas namun tak begitu yakin karena mobil itu sudah terlalu jauh saat ia melihatnya.
"Mungkin saja itu mobil lain yang mirip dengan milik mas Amran" gumamnya lalu meneruskan pekerjaannya.
Sementara Nadia di rumah yang semula sangat cemas melihat suaminya sudah tidak ada dikamar dan saat ia mengecek keluar ternyata mobilnya pun sudah tidak ada, merasa sedikit lega setelah mendengar penjelasan Amran melalui telpon. Saat ia ke ruang makan tampak segala sesuatunya masih utuh sehingga ia menyangka jika Salma belum keluar dari kamarnya untuk sarapan. Setelah ia sarapan Nadia pun langsung memesan taxi online untuk mengantarnya bekerja. Saat taxi itu datang ia pun langsung menaikinya tanpa berpamitan dengan Salma.
Bibirnya sedari tadi tersenyum... ia membayangkan jika Salma belum keluar dari kamarnya karena tak ingin bertemu dengannya dan Amran. Apalagi jika ia teringat semalam ketika dirinya dan Amran yang pulang telat setelah ia bilang pada Salma akan merayakan hari jadi pernikahannya. Ia yakin jika Salma hanya pura-pura tak sakit hati melihat kemesraannya dengan Amran.
"Kita lihat saja Salma... sampai kapan kamu bisa bertahan dalam neraka yang sengaja aku siapkan" ucapnya dalam hati.
"Lagi pula aku juga sudah menyiapkan kejutan khusus agar tak lama lagi kau akan depresi dan mungkin saja bunuh diri karena sudah tak kuat lagi" sambungnya.
"Rasanya sudah tidak sabar saat semua orang melihat keadaanmu yang dalam kondisi depresi. Saat itu apa masih ada orang yang akan memujimu?" batinnya.
Sedang Salma yang merasa hari ini menjadi titik awal dari perubahan dirinya. Ia berjanji akan terus tersenyum untuk memperlihatkan pada semua orang bahwa ia akan tetap kuat dan bahagia. Tak akan ada lagi tangisan yang akan ia tumpahkan. Salma memang berjanji akan hidup bahagia apalagi didepan orang-orang yang sudah tidak suka dengan dirinya dan ingin membuat mereka kecewa karena tujuan mereka yang tidak tercapai.
Sedang di rumah pribadinya mama Aya sedang berfikir bagaimana caranya agar ia bisa memberi pelajaran pada Nadia. Ia tak terima jika anaknya hanya diperalat oleh istrinya itu. Begitu juga dengan Salma. Menantu keduanya itu sudah sangat menderita sejak hari pertama ia menikah dengan Amran. Dan mama Aya sudah sangat menyayangi menantu keduanya itu karena semakin ia mengenal Salma ia semakin tahu betapa baik dan tulusnya gadis itu dalam kesehariannya. Ia hanya berharap agar Amran cepat sadar atas perbuatannya pada Salma dan jika itu terjadi semoga belum terlambat agar putranya itu tidak sampai kehilangan istri keduanya itu. Ia sangat berharap jika keduanya dapat berjodoh selamanya hingga maut yang memisahkan keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments