Sesampainya di rumah Amran langsung membawa Salma ke kamar yang sudah disediakan untuknya sambil menyeret koper berisi pakaian Salma. Sedang Nadia langsung masuk ke kamarnya dengan alasan lelah. Sesampainya di dalam kamar Amran langsung meletakkan koper itu di samping tempat tidur.
"Kau bersihkan dulu dirimu aku akan ke kamar Nadia ..." ucap Amran datar lalu meninggalkan Salma yang hanya bisa mengangguk pelan.
Ia memang tak berharap banyak pada pria yang baru tadi pagi sah menjadi suaminya itu. Kemudian Salma pun menutup pintu kamar dan membuka kopernya. Hanya ada beberapa lembar pakaian yang ada disana. Ia pun mengambil salah satunya untuk ganti lalu ia pun menuju kamar mandi yang ada didalam kamar untuk membersihkan diri. Selesai membersihkan diri Salma pun langsung sholat. Selesai sholat ia terkejut saat melihat Amran yang sudah duduk ditepi tempat tidur.
"Perlu aku katakan sama kamu bahwa aku menikahimu karna terpaksa jadi jangan harap jika aku akan mengangapmu sebagai istri. Karna bagiku hanya Nadia satu-satunya istriku dan kau hanya perempuan benalu yang ada dalam hidup kami ... mengerti!" kata Amran tanpa basa-basi. Salma tertegun.
Ia tak menyangka akan mendapat hinaan dari suaminya itu.
"Selain itu kita tidak akan tidur satu ranjang dan aku hanya akan memberi kamu makan tanpa perlu memberimu uang. Karna itu hak Nadia ... dia yang berhak mengatur keuangan dirumah ini." sambungnya.
"Ya Allah apa aku ini hanya dianggap hewan peliharaan yang hanya butuh diberi makan?" tanyanya dalam hati sambil menahan tangis.
"Jangan mengeluarkan airmata buayamu itu karena itu tidak akan mempan. Sekarang tidurlah dan ingat jangan tidur diranjang!"
"Lalu aku harus tidur dimana mas?" ucap Salma.
"Tentu saja dilantai... kau fikir aku akan membiarkan tubuhmu yang kotor itu menyentuh tempat tidur yang aku gunakan?" kata Amran pedas.
Salma tersentak mendengar perkataan suaminya, ia tak menyangka jika dirinya dianggap begitu hina dimata Amran.
"Apa maksud kamu mas dengan mengatakan kalau aku ini kotor?" tanyanya dengan airmata yang sudah menetes membasahi wajahnya.
Emosinya sudah memuncak ia tak terima jika dituduh seperti itu apalagi oleh Amran yang notabene berstatus sebagai suaminya.
"Ya bukankah kamu itu perempuan murahan yang mau menerima pria manapun walau itu suami saudara kamu sendiri"
"Kamu fikir aku senang mas dengan keadaan ini?".
"Tentu saja bukankah dengan begitu kau berfikir akan hidup dengan kemewahan dan melepas statusmu sebagai perawan tua..." tukas Amran.
"Kau harus tahu ... bahkan jika kau te***j*** dan menyerahkan tubuhmu padaku pun aku tak sudi..." sambungnya lalu melangkah keluar kamar dan kemudian membanting pintu agar tertutup.
Tubuh Salma langsung merosot ke lantai, ia tak menyangka akan mendapat hadiah yang sangat menyakitkan pada saat malam pertama. Ia tak menyangka Amran akan sebegitu bencinya pada dirinya. Apakah dia tidak tahu jika sesungguhnya Salma juga terpaksa. Jika bukan karena taruhan nyawa ia tak akan menerima pernikahan ini.
"Ibu... apakah aku sudah mengambil keputusan yang salah?" rintihnya sambil meringkuk dilantai kamar.
Tak ada senyuman atau pun kemesraan yang biasa dirasakan oleh pengantin baru. Hanya luka batin yang batu saja ditorehkan oleh suaminya.
"Ibu... jika aku tahu akan semenyakitkan ini ... aku rela jika seandainya seumur hidupku menjadi perawan tua..." isaknya.
Semalaman ia menangis hingga akhirnya tertidur.
Dinginnya lantai membuatnya terbangun saat azan subuh. Perlahan ia berusaha untuk berdiri, seluruh tubuhnya terasa sakit dan kedinginan akibat tidur dilantai tanpa alas apapun. Dengan tubuh yang bergetar ia berjalan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Saat tubuhnya menyentuh air ia bertambah menggigil namun ditahannya. Selesai sholat ia mengadukan segalanya pada Tuhannya. Namun sudah tak ada airmata disana seolah telah habis terkuras semalam. Ingin menyesali semua namun ia tahu jika semua sudah terlambat ... ia sudah sah menjadi istri Amran.
Kini ia tak bisa sembarangan sebab ada nama baik keluarga yang harus ia jaga. Apalagi jika ia teringat dengan ibu dan juga kedua adiknya. Ia tak ingin mereka bersedih dan merasa bersalah atas semua yang telah terjadi. Dengan langkah yang sedikit goyah ia keluar dari kamar menuju dapur. Walau apa yang dilakukan suaminya semalam sangat menyakiti hatinya toh ia tetap harus menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri untuk melayani suaminya. Ia bermaksud untuk menyiapkan sarapan pagi bagi suami dan juga kakak madunya.
Baru saja Salma hendak membuka kulkas untuk mengambil bahan-bahan yang diperlukannya tiba-tiba seseorang sudah menghardiknya.
"Heh ngapain kamu mau buka-buka kulkas? mau nyolong ya!"
Seketika Salma pun membalikkan tubuhnya dan menatap seorang wanita paruh baya yang sudah berdiri dengan berkacak pinggang.
"Hemmm nggak mbak... saya cuma..."
"Cuma apa? mau ngeracunin nyonya saya?" umpatnya.
Ternyata wanita itu ART di rumah Nadia.
"Astaghfirullah... ga mbak.. saya cuma mau bikin sarapan..." jelas Salma sambil mengelus dadanya.
"Hallaah... pake ngeles segala. Mau bikin sarapan terus kamu kasih racun jadi nanti kamu yang akan jadi nyonya besar..." cerocosnya.
"Mbak jangan suka nuduh saya sembarangan ya.." kata Salma mulai memberanikan diri.
"Wajahnya aja yang polos tapi kelakuannya kayak *b**s!"
"Jangan asal ngomong ya mbak kalo ga tahu kebenarannya..." ucap Salma dengan wajah yang sudah memerah.
"Jangan fikir jika saya diam itu berarti mbak bisa menginjak-injak harga diri saya..." lanjutnya.
"Mbak fikir bisa jadi pahlawan dengan menghina saya hah! Jangan coba-coba membangunkan *b**s yang sedang tidur mbak seperti katamu tadi..." kata Salma sambil berjalan memojokkan ART tersebut.
"Mbak sendiri yang menyebut saya *b**s jadi saya juga bisa menjadi *b**s seperti yang mbak inginkan..." sambungnya sambil meraih pisau yang ada didekatnya sambil tersenyum dan memainkannya didepan wajah ART yang sudah berubah wajahnya saat melihat tingkah Salma.
"Jadi jangan sekali-kali menggangguku..." ucapnya lagi sambil menancapkan pisau itu diatas talenan dan berlalu kembali ke kamarnya.
ART yang sudah pucat pasi karena ancaman Salma pun menghembuskan nafasnya lega setelah Salma meninggalkannya. Sesampainya di dalam kamar Salma langsung menutup pintu dan menyandarkan tubuhnya dibalik pintu.
"Ya Allah bahkan ART dirumah ini pun berani menghinaku" tangisnya dalam hati.
Kemudian ia pun beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Baru saja Salma menyisir rambutnya sehabis mandi tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar.
"Ma.. boleh aku masuk?" terdengar suara Nadia dari luar.
"Ya ... masuklah Nad..." ucap Salma lalu meletakkan sisirnya diatas nakas.
Setelah mendapat ijin dari Salma, Nadia pun membuka pintu kamar dan masuk ke dalam. Dilihatnya Salma yang baru selesai menyisir rambutnya.
"Ma.. maaf ya... semalam mas Amran ketiduran di kamarku... sehingga malam pertamamu dengannya tertunda" kata Nadia sambil menggenggam tangan Salma.
"Tidak usah merasa bersalah Nad... lagi pula semalam aku juga langsung tertidur karena kelelahan..." jawab Salma sambil tersenyum yang dipaksakan untuk menutupi rasa sakit dihatinya saat mengingat kejadian semalam.
"Ya sudah... kalau begitu kita sarapan bersama sekarang, mas Amran pasti sudah menuggu kita..." ajak Nadia sambil menggandeng tangan Salma.
Dengan langkah malas ia pun mengikuti Nadia. Sesungguhnya ia sudah tak merasa lapar lagi setelah kejadian tadi di dapur, namun ia tak ingin membuat Nadia kecewa dan akhirnya mengetahui kenyataan jika Amran tak bisa menerima Salma menjadi istri keduanya. Ia tak mau membuat Nadia kembali depresi seperti saat dulu dia hampir menolak permintaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
zian al abasy
jngan ini ulah nadia yng tega mo bkin salma mnderita..pdes bnget thu lki bacotnya😠😠..klo ak mah or sudi jd istri k 2..🤦♂
2023-07-27
2
Siti Mujimah
aneh semua gk suami gk pembokat sama stres nya...kalau aq ku tinggal pulang ke rumah ortu az
2022-09-03
1
Masyitah Ellysa
next yaa author
2021-10-30
1