Malamnya saat makan malam Nadia kembali menanyakan kegiatan Salma bersama mama Aya seharian ini. Dengan diplomatis Salma mengatakan jika ia dan mama Aya sibuk mengurus semua tanaman koleksinya yang agak terlantar saat tukang kebunnya pulang kampung. Karena tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan Nadia pun akhirnya diam. Dan makan malam pun berlangsung dalam keheningan. Selesai makan mereka pun masuk ke kamar masing-masing. Dan seperti biasa Amran masuk ke kamar Nadia. Salma pun sudah tak mau perduli kemana suaminya akan tidur tiap malam. Hatinya sudah beku tak ada rasa yang tersisa meski pun itu rasa benci pada suaminya itu.
Hari-hari yang dijalani Salma sudah mulai berwarna sejak ia bekerja. Namun hari ini saat Nadia baru pulang bekerja ia sudah menanyakan kapan tukang kebun mama Aya pulang. Salma yang tak menyangka jika Nadia menghitung hari selama dia beralasan ke rumah mama Aya. Memang hari ini sudah satu minggu sejak mama Aya membantunya membuat alasan untuk menutupinya bekerja.
"Ehm ga tahu Nad ... coba besok aku tanyakan sama mama kapan mang Asep akan kembali dari kampungnya" jawab Salma sekenanya.
Nadia pun tampak puas dengan jawaban Salma. Begitu masuk ke dalam kamar setelah selesai makan malam Salma pun menghubungi mama Aya untuk menceritakan apa yang baru saja terjadi. Namun hingga beberapa kali ia mencoba menghubungi namun tak juga diangkat oleh mama Aya.
"Mama Aya kenapa ya? Apa beliau sudah tidur?" gumamnya.
Salma pun segera merebahkan dirinya di tempat biasa ia tidur. Tapi matanya tak juga bisa terpejam. Selain memikirkan kenapa mama Aya tak mengangkat telfonnya juga karena ia berusaha mencari alasan untuk tetap bisa bekerja tanpa diketahui oleh Amran dan juga Nadia. Entah sampai jam berapa ketika akhirnya Salma dapat tidur. Pagi harinya saat sarapan Nadia kembali mengingatkan Salma untuk menanyakan pada mama Aya kapan mang Asep kembali dari kampungnya. Salma pun mengiyakan permintaan Nadia. Namun hatinya sedikit tersentil dengan sikap Nadia yang menurutnya sedikit aneh.
"Kenapa sepertinya Nadia tak begitu suka jika aku sering bersama mama Aya?" gumam Salma.
Padalah selama ini ia dan mama Aya tak pernah membicarakan Nadia. Setelah Amran dan Nadia pergi berangkat kerja Salma pun bersiap pergi ketempatnya bekerja. Untung saja hari ini Amran dan Nadia berangkat lebih pagi sehingga Salma pun dapat pergi lebih awal. Sesampainya di restoran tempatnya bekerja tempat itu masih terlihat agak lengang. Hal ini dimanfaatkan oleh Salma untuk menelfon kembali mama Aya. Setelah dua kali panggilan akhirnya mama Aya pun menjawab panggilannya.
"Halo sayang ... maaf semalam mama tidur cepat jadi ga dengar waktu kamu telfon" kata mama Aya setelah tahu jika Salma yang menelponnya.
"Ma bisa tidak nanti pulang kerja aku ke rumah mama?" tanya Salma karena tak mungkin ia membicarakan masalahnya di telfon.
"Boleh sayang... nanti mang Udin mama suruh untuk menjemputmu" kata mama Aya.
"Ga usah ma..." sahut Salma tak enak dengan mertuanya.
"Jangan nolak sayang kamu pasti capek pulang kerja kalau kamu jalan kaki ke rumah mama nanti kamu bisa sakit" ucap mama Aya.
"Baik ma..." akhirnya Salma pun menurut lalu ia pun mengakhiri panggilannya.
"Mama tahu dari mana kalau aku pulang pergi kerja jalan kaki?" gumam Salma penasaran.
Saat Salma keluar dari restoran setelah jam kerjanya berakhir terlihat mang Udin sudah menunggunya di depan restoran. Lalu Salma pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke rumah mama Aya. Sesampainya di rumah mama Aya mertuanya itu ternyata sudah menunggunya di teras rumah. Begitu Salma keluar dari dalam mobil mama Aya langsung menghampirinya.
"Ayo kita masuk dulu ke dalam" kata mama Aya sambil menggandeng tangan Salma.
Setelah basa-basi sebentar akhirnya Salma mengatakan maksud kedatangannya.
"Mama juga bingung Ma, alasan apa lagi yang bisa digunakan agar kamu bisa tetap bekerja tanpa sepengetahuan mereka" kata mama Aya dengan wajah menyesal.
"Hemn ga pa-pa ma ... nanti aku fikirkan lagi caranya" ucap Salma.
Kemudian keduanya pun berbincang santai hingga akhirnya Salma memutuskan untuk pulang karena sebentar lagi waktunya Amran dan Nadia pulang.
"Kau pulanglah diantar mang Udin agar cepat sampai rumah" kata mama Aya.
Kali ini Salma langsung menuruti perkataan mertuanya.
Baru saja Salma masuk ke dalam kamarnya dari luar terdengar suara mobil Amran yang sudah ia hafal suaranya. Bergegas ia membersihkan dirinya. Tak lama terdengar suara Nadia yang memanggilnya.
"Salma... kamu di dalam?" ucapnya sambil mengetuk pintu kamar.
"Iya Nad... sebentar" balas Salma.
Secepatnya ia mengenakan baju ganti dan segera membuka pintu kamar.
"Kau habis mandi?" tanyan Nadia saat melihat rambut Salma yang sedikit basah.
"Iya Nad..." jawab Salma.
"Bagaimana dengan mang Asep? Kapan dia pulang?" tanya Nadia langsung tanpa basa-basi.
"Kata mama lusa mang Asep baru datang" jawab Salma mencoba mengulur waktu.
"Oh... ya sudah kalau begitu" tampak wajah Nadia yang terlihat lega saat mendengar jawaban Salma.
Kemudian ia pun langsung masuk ke dalam kamarnya. Sedang Salma menarik nafas lega setelah berhasil membuat alasan untuk mengulur waktu agar ia bisa menemukan cara yang pas sehingga ia busa tetap bekerja tanpa sepengetahuan Amran dan juga Nadia.
Malam ini tak seperti biasannya tiba-tiba Amran memutuskan untuk tidur di kamar bersama Salma. Tapi seperti biasa ia tidur di tempat tidurnya yang empuk sedang Salma berbaring meringkuk di atas lantai. Tapi Salma bersyukur karena setidaknya kali ini suaminya itu langsung tidur tanpa melakukan hal-hal yang menyakiti hati atau pun tubuhnya. Tengah malam Salma terbangun dari tidurnyaa karena merasa haus. Karenanya ia pun bangkit dari lantai tempatnya tidur. Tak sengaja ia melihat tempat tidur suaminya, ternyata pria itu sudah tak ada disana.
"Kemana mas Amran pergi malam-malam seperti ini ya? Apa dia kembali ke kamar Nadia?" pikir Salma sambil melangkahkan kakinya ke arah dapur untuk mengambil air minum.
Namun saat melewati depan kamar Nadia ia mendengar suara duanya yang sedang berbicara. Semula Salma tak ingin memcampuri urusan keduanya namun tiba-tiba terdengar suara Nadia yang meninggi menyebut namanya.
"Mas aku gak mau kalau Salma terlalu dekat dengan mama kamu!"
"Lalu kita harus berbuat apa? Aku jelas ga bisa melarang mama untuk menemuinya" kata Amran.
"Lagi pula bukankah dia sudah bilang jika mang Asep lusa sudah kembali ke rumah mama"
"Iya aku tahu ... tapi aku takut mama akan cari alasan lain untuk dekat dengan Salma" sambung Nadia.
"Kenapa sih kamu takut mama dekat dengan dia?".
"Dia itu licik mas... setelah berhasil memaksaku kini dia mendekati mama agar bisa memaksamu agar mau dengannya"
Mendengar ucapan terakhir Nadia membuat jantung Salma seakan copot dari tempatnya. Ia tak menyangka jika Nadia memfitnahnya di depan Amran.
"Apakah ini alasannya mas Amran sangat membenciku? Tapi kenapa Nadia melakukan itu?" gumamnya dalam hati.
Rasa haus yang tadi dirasakannya langsung menguap begitu saja saat mendengar perkataan Nadia. Dengan cepat Salma kembali ke dalam kamarnya. Sesampainya di dalam kamar Salma langsung merebahkan tubuhnya diatas lantai tempatnya biasa tidur. Dengan menggunakan sprei ia bungkus seluruh tubuhnya agar jika suaminya kembali ke dalam kamar tak bisa melihatnya yang sedang menangis.
"Kenapa kau memfitnahku Nad? Bukankah kau sendiri yang meminta bahkan mengancamku dengan nyawamu agar aku mau menjadi madumu" kata Salma dalam hati sedang air matanya sudah deras mengalir.
"Apa salahku sama kamu Nad? Sejak kecil kita bersama rasanya tak pernah sekali pun aku sengaja melukaimu" sambungnya masih dalam hati dengan tubuh yang bergetar karena tangisan.
Lelah menangis ia pun tertidur. Beruntung selama ia menangis suaminya tak kembali ke dalam kamar. Azan subuh menggema saat Salma mulai terbangun karena posisi tidurnya yang membuat tubuhnya tak nyaman. Dengan mengerjab ia berusaha membuka matanya yang terasa lengket karena ia tertidur setelah menangis. Dengan perlahan ia pun duduk, tampak dari tempatnya jika suaminya tidak berada di tempat tidur.
Mungkinkah jika suaminya tak kembali lagi ke dalam kamar? Ah bukankah itu justru bagus karena dengan demikian suaminya tak akan tahu jika semalam ia menangis. Dengan langkah lunglai ia masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Setelah selesai ia pun melaksanakan sholat subuh agar hatinya merasa tenang. Salma menatap wajahnya di depan cermin tampak jika kedua matanya sedikit bengkak. Dengan cepat ia merias wajahnya agar dapat menutupinya. Salma merasa lega setelah melihat hasil kerjanya yang tampak sempurna menutupi bengkak tersebut. Kemudian ia pun melangkah keluar dari kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
MyFamily
dijaman sekarang gak ada perempuan yg sebodoh salma
2023-02-01
1
uty
kalo nadia berpura2 salma memaksa nikah dgn suaminya bukannya makin aneh ya hehhehe
2022-10-27
1
Siti Mujimah
nah sekarang ud tau kn gimana nasib sebenarnya..ap masih mau lanjut kyk gt.hadeh pinter dikit dong salma
2022-09-03
1