Seperti yang sudah ia rencanakan semalam hari ini Salma ingin mencari pekerjaan. Karena itu setelah sarapan dan Amran serta Nadia berangkat kerja, Salma pun bersiap untuk pergi. Ia sengaja mengunci pintu kamarnya agar ART di rumah Nadia tak dapat masuk ke dalam dan mengetahui jika ia tak ada di kamar. Memang selama ini saat ditinggal sendiri di rumah Salma tak pernah lagi keluar kamar kecuali saat makan siang dan sore ketika Amran dan Nadia pulang semenjak kejadian saat ia bersitegang dengan ART di rumah itu. Karena itu Salma dengan mengendap-endap berusaha keluar dari rumah tanpa sepengetahuan ART yang saat ini mungkin masih berada di belakang rumah mengurus cucian.
Sesampainya di depan pintu pagar Salma kembali menengok sekitar takut jika ada yang melihatnya keluar. Setelah dirasa aman ia pun membuka pintu pagar dengan pelan dan langsung menutupnya begitu ia berada di luar. Dengan cepat ia melangkahkan kakinya menjauhi rumah. Untung saja keadaan sekitar cukup sepi karena hari kerja dan daerah perumahan yang rata-rata penghuninya bekerja diluar sudah pergi bekerja.
Salma memang hanya bisa berjalan kaki karena ia sudah tak memegang uang sepeser pun karena disamping ia tak mendapat jatah uang dari suaminya juga karena uang cash yang ia bawa sebelum menikah juga sudah habis untuk membeli keperluannya selama tinggal bersama suami dan madunya itu. Walau ibu mertuanya sering membelikannya barang namun tak urung ia juga harus mengeluarkan uang untuk kebutuhan paling pribadinya.
Sebenarnya apa yang ia lakukan sekarang termasuk nekat karena ia tak mengenal daerah tempat tinggalnya sekarang dan lagi ia tak memiliki uang untuk bekal. Namun tekadnya sudah bulat untuk bisa mandiri tanpa tergantung pada suaminya dan juga Nadia. Baru saja ia keluar dari gerbang komplek perumahan tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya. Salma yang terkejut langsung menghentikan langkahnya. Saat pintu penumpang dibuka terlihat olehnya mama Aya yang tersenyum manis padanya.
"Salma kamu mau pergi kemana nak?" tanyanya.
"Saya..."
"Kamu masuk ke dalam mobil saja dulu" ajaknya.
Salma pun akhirnya menuruti ajakan mertuanya itu dan melangkah masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah mama Aya.
"Sebenarnya kamu mau kemana?" tanyanya lagi.
"Mama tahu dari mana kalau Salma ada disini?" tanya Salma balik.
"Tadi mama mau ke rumah kalian tapi di jalan mama lihat kamu jalan sendirian. Katakan sama mama kamu mau kemana?"
"Eum.. sebenarnya Salma mau cari kerja ma..." jawab Salma takut-takut.
"Kenapa? Apa Amran tidak memberimu uang bulanan?" tanya mama Aya.
"Ti...tidak ma, cuma Salma bosan di rumah ga ada kegiatan" ujarnya menutupi kenyataan dari mama Aya.
"Hem ya sudah gimana kalau kamu kerja di restoran milik teman mama aja? Tempatnya ga begitu jauh dari sini dan sepertinya teman mama itu masih membutuhkan karyawan karena restorannya sedang ramai" usul mama Aya dan langsung disetujui oleh Salma.
Mereka pun akhirnya pergi ke restoran milik teman mama Aya. Sesampainya di sana Salma langsung di bawa mama Aya untuk langsung menemui temannya yang pemilik restoran dan menjelaskan tentang maksud kedatangan mereka. Berkat mama Aya, Salma pun langsung diterima disana disamping memang karena mereka sedang membutuhkan banyak karyawan dan bisa langsung bekerja keesokan harinya. Setelah urusan kerja selesai mama Aya sengaja mengajak Salma berjalan-jalan sebentar sebelum akhirnya mengantarkannya pulang.
"Salma... kalau kamu ada masalah cerita saja sama mama, jangan disimpan sendiri ya" ucapnya sebelum meninggalkannya di depan rumah.
Salma hanya bisa mengangguk sebagai jawaban. Sungguh ia merasa sangat terharu dan bersyukur karena ternyata mama mertuanya tak seperti yang digambarkan Nadia. Kini bahkan Salma meragukan perkataan Nadia jika mama mertuanya itu yang memaksanya hingga ia meminta Salma untuk menjadi madunya. Namun ia juga tak menemukan alasan mengapa Nadia sampai berbohong padanya. Tak ingin larut dalam fikirannya Salma pun bergegas masuk ke dalam rumah. Ia tak mau jika mbak Sum ART di rumah Nadia memergokinya dan bisa-bisa melaporkannya pada kedua majikannya.
Saat memasuki rumah terdengar suara orang bernyanyi diiringi suara radio dari arah dapur. Salma bernafas lega karena itu berarti mbak Sum sedang sibuk di dapur karena memang sudah menjadi kebiasaannya memdengarkan radio sambil beraktifitas. Dengan langkah cepat Salma berjalan menuju kamarnya, untung saja ART paruh baya itu tidak akan ingat dengan sekelilingnya jika ia sudah asyik berkaraoke ria di dapur. Ya dia akan bernyanyi tanpa peduli jika suara yang keluar dari mulutnya itu sumbang sambil menggunakan alat dapur sebagai pengganti mikropon.
Setelah masuk ke dalam kamar Salma langsung menguncinya dari dalam dan segera mengganti pakaiannya dengan baju rumahan. Kemudian ia pun mulai mencuci pakaiannya sendiri di kamar mandi sambil berfikir alasan apa yang akan ia gunakan agar dapat keluar rumah untuk bekerja. Selesai mencuci ia pun keluar untuk menjemur pakaiannya di halaman belakang. Ia memang selalu mencuci pakaiannya sendiri karena ART di rumah Nadia sudah terang-terangan menolak mengerjakannya dengan alasan dia dibayar Nadia dan bukan Salma.
Saat melihat Salma menjemur pakaian mbak Sum hanya melengos, kini ia memang tidak berani berkata kasar pada Salma sejak kejadian saat Salma mengancamnya dengan pisau dapur. Selesai menjemur Salma langsung masuk kembali ke dalam kamar. Ya kamar adalah tempat dimana Salma bisa berbuat sesukanya kecuali ia tak bisa menempati tempat tidur yang hanya boleh digunakan oleh suaminya. Salma duduk termenung di balkon kamarnya sambil memandang langit yang tampak cerah hari ini. Ia masih memikirkan cara agar bisa mendapat ijin keluar rumah untuk bekerja.
Akhirnya ia pun mendapatkan ide sekalipun ia juga harus meminta batuan lagi dari mama mertuanya. Dengan cepat ia meraih hpnya yang ada diatas nakas. Hp ini adalah hp jadul miliknya yang ia beli saat ia dulu bekerja di toko. Untung saja masih ada pulsanya karena ia memang jarang menggunakannya hanya untuk bertukar kabar dengan keluarganya, itu pun belum tentu sebulan sekali.
Dengan cepat ia mendial nomor mama mertuanya yang ia dapat saat pertama kali mama Aya mengajaknya keluar rumah. Tak betapa lama terdengar suara mama mertuanya diseberang sana.
"Assalamualaikum... ada apa Ma? tumben kamu telpon padahal baru aja ketemu?" tanyanya lembut.
"Waalaikum salam ma... ini aku mau minta tolong lagi sama mama"
"Minta tolong apa nak?"
"Bisakah mama memintakan ijin pada mas Amran agar aku bisa kerja mulai besok ma?"
"Hem... baiklah nanti malam mama kesana untuk bilang sama Amran" ucap mama Aya yang langsung dibalas dengan ucapan terima kasih dari Salma.
Lega sekali rasanya setelah berbincang dengan mama mertuanya itu. Seakan Salma dapat melihat sosok ibunya pada diri mama Aya. Sosok seorang ibu yang selalu membantu dan melindungi anaknya walau ia hanya berstatus sebagai menantu.
Salma kini bisa mulai tersenyum memikirkan jika nanti ia sudah bisa bekerja dan tak lagi menggantungkan hidupnya pada Amran meski dia adalah suaminya. Salma sudah mulai merancang hidupnya agar ia tak semakin terperosok dalam kepedihan akibat ulah suaminya yang tak pernah menganggapnya sebagai istri. Ia yakin jika suatu saat nanti akan tiba gilirannya untuk bahagia entah bersama Amran atau pun dengan orang lain.
Sesungguhnya sejak awal menerima pernikahan ini Salma sudah berjanji untuk berusaha membuka hatinya untuk suaminya. Walau suaminya itu sudah menyakiti hatinya sejak malam pertama. Namun ia masih berusaha menjadi istri yang baik namun nyatanya sampai detik ini pun suaminya bahkan tak mau memandangnya. Entah dosa apa yang telah ia perbuat hingga suaminya begitu membencinya. Bahkan saat ia menanyakannya bukannya menjawab suaminya itu malah melakukan kekerasan fisik padanya, hingga akhirnya ia enggan menanyakannya dan benih cinta yang seharusnya bisa ia pupuk untuk suaminya pun sudah hilang tak berbekas dari hatinya.
Kini Salma hanya hidup mengikuti alur yang sudah ditetapkan untuknya tanpa bisa berbuat banyak. Setidaknya dengan bekerja ia berharap mendapatkan sedikit nafas baru dalam kehidupannya yang gersang. Nadia yang selama ini memaksanya untuk menikahi Amran pun seakan angkat tangan dengan kelakuan Amran yang tidak adil dan egois pada Salma. Perempuan itu hanya bisa menghibur Salma tanpa memberi solusi atau pun menasehati suaminya agar berubah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Masyitah Ellysa
next yaa author
2021-11-04
1