Hari Pertama Bekerja

Saat makan malam tiba-tiba pintu rumah Amran diketuk seseorang. Dengan bergegas mbak Sum langsung ke depan untuk membukakan pintu.

"Assalamualaikum... Sum" kata mama Aya.

"Waalaikum salam nyonya besar... silahkan masuk tuan dan nyonya sedang makan malam...." sambutnya dengan sopan.

"Baik terima kasih Sum" jawab nyonya Aya sambil melangkah masuk ke dalam.

Tampak Amran dan Nadia terkejut dengan kedatangan nyonya Aya yang tiba-tiba.

"Mama... ada apa mama datang malam-malam kemari?" tanya Amran.

"Memangnya mama ga boleh datang kemari?" tanya mama Aya tajam.

"Bukan begitu ma... mama kan bisa telfon Amran. Biar Amran sama Nadia yang ke rumah mama..." kata Amran beralasan.

"Kalau mengharapkan kalian datang ke rumah mama itu rasanya ga mungkin, bukannya kalian berdua itu sibuk dengan pekerjaan kalian?"

"Lalu mama kemari ada perlu apa sampai malam-malam harus datang kemari?" tanya Amran setelah menghela nafas pelan.

"Mama mau mulai besok Salma datang ke rumah mama setiap hari" kata mama Aya.

"Tapi kenapa ma?" tanya Nadia yang terlihat mulai keberatan jika Salma semakin dekat dengan mama Aya.

"Mama pengen Salma menemani mama mengurus tanaman hias mama, soalnya mang Asep pulang kampung" terangnya.

"Tapi mama kan bisa menyewa tukang kebun lain" kata Amran.

"Mama kan pengen deket sama mantu mama apa ga boleh? Lagian dari pada Salma di rumah bengong lebih baik sama mama" ucap mama Aya diplomatis.

"Ya sudah terserah mama aja..." kata Amran pasrah.

"Tapi mas..." ujar Nadia yang masih merasa keberatan dengan permintaan mertuanya itu.

"Sudah ga pa-pa ... lagian benar kata mama biar dia ada kerjaan dan ga ongkang-ongkang kaki aja di rumah kita" bisik Amran membujuk Nadia.

Akhirnya Nadia pun hanya bisa mengangguk setuju. Salma yang sedari tadi hanya diam dan menjadi pendengar tersenyum lega saat akhirnya mereka berdua mengijinkannya keluar rumah, walau dengan alasan membantu mama mertuanya.

"Jadi bener ya ... mulai besok Salma harus datang ke rumah mama sebelum jam 8 pagi"

"Kenapa seperti orang yang mau berangkat kerja sih ma?" protes Amran yang tak ingin jika ia harus mengantarkan Salma juga.

"Ga pa-pa kan bagus biar Salma juga seperti berasa kerja, lagi pula mama ga nyuruh kamu untuk mengantarkannya juga... biar dia datang sendiri ke rumah" kata mama Aya.

"Terserah mama deh!" kata Amran pasrah.

"Kamu ga pa-pa kalau tiap hari ke rumah mama?" tanya Nadia pada Salma.

"Ga pa-pa Nad..." jawab Salma sambil tersenyum.

Nadia pun hanya mendesah pelan karena ia tahu jika Salma tak mungkin menolak permintaan mama Aya. Setelah menyampaikan maksud kedatangannya mama Aya langsung pamit untuk pulang. Salma pun megantarkannya sampai ke depan pintu mobil.

"Terima kasih ma..." bisiknya pada mama Aya.

"Sama-sama sayang, jangan lupa habis ini kamu langsung istirahat karena besok hari pertama kamu kerja" ucapnya lembut kemudian masuk ke dalam mobil.

Sedang Amran dan Nadia hanya memperhatikan mereka dari depan pintu. Setelah mobil yang membawa nyonya Aya pergi, Salma pun masuk ke dalam rumah. Tampak Nadia yang telah menunggunya, sepertinya ingin meminta penjelasan dari Salma.

"Ma... beneran kamu ga keberatan tiap hari ke rumah mama Aya?" kata Nadia seperti ingin memastikan.

"Ya Nad ga pa-pa..."

"Tapi kamu nanti ga ada yang ngater lho... kan aku sama mas Amran harus berangkat kerja" kata Nadia lagi.

"Ga pa-pa aku bisa naik angkot di depan"

"Tapi kalau naik angkot kamu masih harus harus jalan cukup jauh dari tempat angkot berhenti lho Ma..."

"Ga pa-pa... aku udah biasa Nad, jadi kamu jangan khawatir..."

"Hem... baiklah jika itu mau kamu..." kata Nadia pasrah.

Lalu ia pun pergi ke kamarnya. Sedang Amran sejak tadi sudah masuk terlebih dahulu ke kamar Nadia.

Memang sudah lebih dari sebulan terakhir ini Amran tak pernah lagi tidur di kamar Salma. Entah apa sebabnya dan Nadia tampak sama sekali tak mempermasalahkannya atau pun sekedar bertanya pada Salma tentang sikap suami mereka itu. Sedang Salma malah merasa bahagia karena tak harus mendengarkan sumpah serapah suaminya itu jika sedang ada di kamar berdua dengannya. Setelah sholat dan berzikir Salma memanjatkan puji syukurnya karena telah mendapat pekerjaan yang dapat menopang hidupnya saat ini. Lalu kemudian ia pun merebahkan tubuhnya dilantai yang sudah di alasinya untuk istirahat. Dengan cepat Salma tertidur, mungkin karena ia merasa senang sebab besok ia sudah mulai bekerja walau hanya sebagai pelayan restoran.

Keesokan harinya saat sarapan bersama kembali Nadia menegaskan pada Salma bahwa dia harus pergi ke rumah mama Aya sendiri karena dirinya dan Amran yang harus bekerja dan tak mungkin bisa mengantarnya. Namun Salma terlihat sama sekali tidak keberatan bahkan dia tampak sangat bersemangat. Hal ini sesungguhnya membuat Nadia merasa tidak senang, namun ia berusaha untuk menutupinya. Selesai sarapan hanya Nadia yang yang berpamitan pada Salma sedang Amran langsung pergi tanpa berkata apa-apa.

"Ma nanti kalau kamu ada perlu apa-apa bilang sama aku ya... dan kalau kamu pulang saat jam aku pulang kerja kita bisa pulang bareng, aku bisa minta mas Amran agar kami bisa menjemput kamu di rumah mama..."

"Ga usah Nad... palingan nanti aku udah ada di rumah sebelum jam kamu pulang kerja" tolak Salma halus.

Padahal dalam hati Salma merasa takut jika keduanya mau menjemputnya. Bisa-bisa ketahuan jika sebenarnya dia pergi bekerja dan bukan ke rumah mama Aya.

"Ya sudah aku berangkat dulu ya..."

"Iya Nad... kalian hati-hati yaa" balas Salma.

Begitu mobil yang membawa Amran dan Nadia keluar dari gerbang, segera Salma masuk ke dalam kamarnya dan meraih tas selempangnya lalu mengunci kamarnya. Setelah itu ia pun bergegas keluar dari rumah. Dengan berjalan kaki Salma pergi menuju tempat kerjanya. Untung ingatannya bagus sehingga ia masih hafal dengan jalan yang kemarin ia lewati saat pergi bersama mertuanya ke restoran tempatnya bekerja. Bukan tanpa alasan Salma hanya berjalan kaki bukannya naik angkot atau pun ojek seperti yang ia katakan pada Nadia. Sesungguhnya Salma memang sama sekali tak memegang sepeser uang pun di dalam dompetnya. Karena itulah ia memilih untuk berjalan kaki. Karena jarak restoran yang tidak begitu jauh membuat Salma hanya membutuhkan waktu 30 menit dengan berjalan kaki. Sesampainya di sana ia langsung menemui pemilik restoran yang langsung memperkenalkannya pada karyawan yang lain dan meminta mereka untuk membantu dan membimbing Salma menguasai tugasnya.

Setelah perkenalan dan pemberian tugas Salma pun memulai hari pertamanya bekerja. Salma yang supel dan cekatan dengan cepat dapat menguasai tugasnya sebagai pelayan. Bahkan pada hari itu juga ia sudah berteman dengan sesama karyawan restoran tempatnya bekerja. Sejak dirinya menikah rasanya baru hari ini ia merasa bebas dan bahagia. Ia dapat dengan mudah tertawa lepas bersama rekan kerjanya yang sangat welcome padanya. Tak terasa waktu jam kerjanya sudah habis tepat pukul 4 sore. Dengan bergegas Salma membereskan barangnya dan bersiap untuk pulang. Salah satu teman kerjanyanya yang bernama Rini menawarkan untuk memboncengnya dengan sepeda motornya karena arah rumah mereka yang searah. Walau awalnya menolak namun akhirnya ia pun menerima tawaran itu mengingat dengan demikian ia akan lebih cepat sampai di rumah. Tapi Salma hanya mau di antar sampai depan komplek saja agar tak ada yang tahu pasti letak rumahnya. Rini pun tak keberatan hingga langsung menyetujui permintaan Salma.

Sesampainya di rumah Salma langsung membersihkan dirinya dan menelfon mama Aya untuk menceritakan hari pertamanya bekerja. Entah karena apa Salma merasa sangat nyaman jika bercerita pada mama Aya. Rasanya seperti ia berkeluh kesah dengan ibu kandungnya dulu saat ia belum menikah. Saat mendengar cerita Salma yang sangat bahagia di hari pertamanya bekerja berjalan lancar, mama Aya terdengar ikut bahagia bahkan ia berkata mendo'akan Salma agar bisa sukses dalam bekerja. Sungguh rasanya Salma sangat bersyukur mendapat mertua yang sebaik mama Aya. Kini Salma bahkan tak bisa mengerti mengapa dulu Nadia berkata-kata buruk tentang mama Aya. Sekarang rasanya ia sudah tidak dapat begitu saja percaya dengan semua ucapan Nadia. Hati kecilnya berkata bahwa ada yang tidak beres dengan semua yang dikatakan Nadia padanya saat memintanya berbagi suami. Namun ia tak mempunyai bukti atas kecurigaannya.

Terpopuler

Comments

Masyitah Ellysa

Masyitah Ellysa

next yaa author 😘

2021-11-07

1

lihat semua
Episodes
1 Permintaan
2 Usaha Terakhir
3 Bimbang
4 Menikah
5 Awal Derita
6 Dalam Neraka
7 Mencari Kerja
8 Hari Pertama Bekerja
9 Terkuak
10 Gundah
11 Alasan Yang Salah
12 Rahasia Amran
13 Alasan Sebenarnya
14 Ingin Bahagia
15 Berubah
16 Bertemu
17 Permintaan Maaf
18 Gundah
19 Mengigau
20 Pertemuan
21 Bermalam
22 Pengakuan
23 Ciuman Pertama
24 Pergi
25 Kecelakaan
26 Rahasia Terbongkar
27 Semua Tahu
28 Amnesia
29 Rahasia
30 Jujur
31 Memilih Berpisah
32 Hidup Baru
33 Usaha Baru
34 Kenyataan
35 Berusaha Berubah
36 Cerita Lalu
37 Sahabat
38 Tak Ada Restu
39 Perdebatan
40 Terbuka
41 Bertemu Mantan
42 Tentang Mantan
43 Menyadari
44 Kencan
45 Mulai Cinta
46 Ancaman
47 Undangan
48 Pesta
49 Lamaran
50 Kenyataan Pahit
51 Luka Masa Lalu
52 Berbagi Duka
53 Musibah
54 Operasi
55 Tertangkap
56 Interogasi
57 Terkuak
58 Bicara Berdua
59 Rasa Yang Kembali
60 Dilema
61 Bertemu
62 Keputusan
63 Terbongkar
64 Pulang
65 Pernikahan
66 Permintaan Maaf
67 Kritis
68 Menyadari Kesalahan
69 Ayah Kandung Wahyu
70 Berterus Terang
71 Menemukan Bu Desi
72 Motif
73 Rasa Setiap Hati
74 Menyusul
75 Dilema Dua Hati
76 Tanda - Tanda
77 Hamil
78 Rencana
79 Ngidam
80 Mengetahui
81 Belum Menyerah
82 Perampokan
83 Janggal
84 Musuh Lama
85 Diserang
86 Celaka
87 Mencari
88 Selamat
89 Melahirkan
90 Menjenguk
91 Mulai Mencair
92 Akhir Kisah
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Permintaan
2
Usaha Terakhir
3
Bimbang
4
Menikah
5
Awal Derita
6
Dalam Neraka
7
Mencari Kerja
8
Hari Pertama Bekerja
9
Terkuak
10
Gundah
11
Alasan Yang Salah
12
Rahasia Amran
13
Alasan Sebenarnya
14
Ingin Bahagia
15
Berubah
16
Bertemu
17
Permintaan Maaf
18
Gundah
19
Mengigau
20
Pertemuan
21
Bermalam
22
Pengakuan
23
Ciuman Pertama
24
Pergi
25
Kecelakaan
26
Rahasia Terbongkar
27
Semua Tahu
28
Amnesia
29
Rahasia
30
Jujur
31
Memilih Berpisah
32
Hidup Baru
33
Usaha Baru
34
Kenyataan
35
Berusaha Berubah
36
Cerita Lalu
37
Sahabat
38
Tak Ada Restu
39
Perdebatan
40
Terbuka
41
Bertemu Mantan
42
Tentang Mantan
43
Menyadari
44
Kencan
45
Mulai Cinta
46
Ancaman
47
Undangan
48
Pesta
49
Lamaran
50
Kenyataan Pahit
51
Luka Masa Lalu
52
Berbagi Duka
53
Musibah
54
Operasi
55
Tertangkap
56
Interogasi
57
Terkuak
58
Bicara Berdua
59
Rasa Yang Kembali
60
Dilema
61
Bertemu
62
Keputusan
63
Terbongkar
64
Pulang
65
Pernikahan
66
Permintaan Maaf
67
Kritis
68
Menyadari Kesalahan
69
Ayah Kandung Wahyu
70
Berterus Terang
71
Menemukan Bu Desi
72
Motif
73
Rasa Setiap Hati
74
Menyusul
75
Dilema Dua Hati
76
Tanda - Tanda
77
Hamil
78
Rencana
79
Ngidam
80
Mengetahui
81
Belum Menyerah
82
Perampokan
83
Janggal
84
Musuh Lama
85
Diserang
86
Celaka
87
Mencari
88
Selamat
89
Melahirkan
90
Menjenguk
91
Mulai Mencair
92
Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!