Amanda masih kepikiran dengan apa yang ia lihat kemarin di kebun binatang. Yakni kedatangan Vera dan juga sesosok lelaki misterius yang di duga memiliki hubungan dengan wanita itu.
Ia masih terpikir apakah Vera telah berkhianat kepada ayahnya. Bila iya, sungguh sangat disayangkan. Mengingat Amman yang saat ini berharap bisa keluar dan hidup bersama dengan anak serta istrinya.
"Man, jadi kan ke papa?"
Nino bertanya pada Amanda melalui WhatsApp. Amanda membaca pesan tersebut kemudian membalas.
"Jadi, aku di rumah koq." jawab wanita itu.
"Oke, aku kesana." balas Nino lagi.
Beberapa menit kemudian Amanda turun ke bawah dan masuk ke dalam mobil Nino. Hari itu ia memang sengaja akan datang ke kantor usai membesuk sang ayah. Begitupula dengan Nino. Sedang Arka telah berangkat sejak pagi tadi.
Di sepanjang perjalanan Nino dan Amanda terlibat obrolan. Namun keduanya sama-sama menahan soal Vera di ujung lidah mereka.
Nino yang telah melihat Vera dengan lelaki itu terlebih dahulu, enggan memberitahu Amanda. Sebab takut Amanda akan bercerita pada Amman dan menyebabkan Amman menjadi terluka.
Sama halnya dengan Amanda sendiri. Ia juga takut Nino akan mengatakan hal tersebut pada Amman jika ia mencoba jujur. Tetapi rahasia itu benar-benar seperti ingin memberontak keluar.
"Nin."
"Man."
Keduanya berucap di waktu yang nyaris bersamaan. Karena keduanya memang sama-sama hendak bercerita.
"Kenapa?" tanya Nino pada saudaranya itu.
"Mmm, nggak." ujar Amanda.
"Kamu tadi mau ngomong apa?" Amanda balik bertanya.
"Oh, itu..." Nino mencoba mencari-cari alasan di pikirannya.
"Aku cuma mau tanya, papa kita bawain makanan apa?"
Alasan Nino tepat sasaran, sebab mereka pun belum ada membawa apa-apa untuk Amman.
"Papa tuh biasanya suka nasi Padang, sama kopi hitam pahit."
"Waktu besuk minggu lalu, aku udah bawain itu." ujar Nino.
"Ya udah nggak apa-apa, bawain lagi aja. Sambil kita nanti mampir ke toko roti juga." ujar Amanda.
"Oke." jawab Nino.
Tak lama mereka pun terlihat mampir ke sebuah rumah makan Padang. Mereka membeli beberapa bungkus nasi Padang, dan setelah itu beralih ke toko kue. Untuk membeli beberapa roti dan aneka kue lainnya disana.
***
Saat tiba di lembaga pemasyarakatan Amman sangat senang dengan kedatangan kedua anaknya itu. Padahal baru seminggu dan dua minggu yang lalu Nino serta Amanda pergi kesana.
Amman seperti tak melihat mereka selama satu bulan lamanya. Ia memeluk kedua anaknya itu cukup lama dan erat.
"Papa apa kabar?" tanya Amanda.
"Baik, kalian sendiri?" Amman balik melontarkan pertanyaan.
"Baik."
Amanda dan Nino menjawab di waktu yang nyaris bersamaan. Mereka kemudian duduk bersama. Amman tersenyum memperhatikan kedua anaknya itu.
Biasanya mereka selalu datang sendiri-sendiri, tapi hari ini bisa berdua. Terasa double kebahagiaan yang Amman rasakan.
"Papa makan dulu ya, kita bawain nasi Padang nih." ucap Nino.
"Iya pa, kita makan bareng." Amanda menimpali.
"Oke." jawab Amman.
Nino lalu membuka apa yang mereka bawa, kemudian mereka makan bersama sambil melanjutkan percakapan.
"Papa kangen Amara."
Amman berujar ketika mereka semua telah selesai makan. Hal yang selalu ia katakan apabila bertemu dengan Nino maupun Amanda.
Dan sebagai orang tua dengan dua anak kembar, Amanda paham mengenai perasaan sang ayah.
Nino juga mengerti meski saat ini belum menikah dan memiliki buah hati. Sebab kadang ia pun sangat rindu pada si kembar.
"Papa yang sabar, banyak-banyak berdoa. Semoga Amanda dan Nino, bisa membantu papa secara maksimal." ujar Amanda kemudian.
Amman mengangguk dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.
"Kalau ingat dosa papa dulu ke kalian, rasanya papa tuh nggak pantas duduk berhadapan seperti ini dengan kalian."
"Papa udah bilang itu berkali-kali, pa." ujar Nino.
"Dan papa harus menghentikan semuanya. Itu akan menyakiti hati papa sendiri." lanjut Nino lagi.
"Kami berdua sudah sangat memaafkan, tidak ada dendam." ujar Amanda, diikuti anggukan Nino.
Amman tersenyum dan menatap mereka berdua.
"Papa cuma berharap sebelum mati, bisa keluar dari tempat ini dan hidup bersama Vera dan juga Amara."
Amanda dan Nino sama-sama tak enak hati mendengar semua itu. Pasalnya kini mereka sama-sama mengingat soal Vera.
Keduanya memiliki dugaan yang sama terhadap perempuan itu. Meskipun itu bukan urusan mereka, tapi biar bagaimanapun Amman adalah ayah mereka dan Vera adalah ibu tiri mereka. Dan mereka sama-sama melihat ketika Vera bersama dengan laki-laki itu.
Jelas mereka sama-sama merasa berdosa, sebab telah menyembunyikan semuanya. Tetapi untuk jujur pun rasanya tidak mungkin. Sebab sudah pasti Amman akan sakit hati, mungkin juga kepikiran dan akan sakit secara fisik.
Mengingat dirinya saat ini tengah berada di dalam sel tahanan, dengan tingkat stress yang begitu tinggi. Bisa saja tekanan dari luar seperti berita tentang Vera, makin memperparah kondisi stress yang ia alami.
"Pokoknya, papa jangan putus harapan." Amanda mencoba menghibur.
Amman mengangguk.
"Nino akan berusaha keras untuk bisa mengeluarkan papa dari sini." Nino menimpali ucapan saudarinya dan itu cukup membuat Amman akhirnya bersemangat.
***
Usai kunjungan Amanda dan Nino kini sama-sama terdiam di dalam mobil. Amanda merasa harus jujur pada Nino, sebab ia tak mau menanggung beban ini sendirian.
Sementara Nino merasa harus mengatakan ini pada Amanda, agar saudarinya itu memberi saran. Tindakan apa yang mesti Nino lakukan.
"Aku ngeliat Vera jalan sama cowok, Nin." Amanda berujar duluan.
Nino kaget lalu memperhatikan Amanda.
"Aku nggak tau hubungan mereka apa, yang jelas aku ngeliat mereka jalan." ujar Amanda lagi.
"Sama, aku juga." Nino membuat Amanda yang terdiam kali ini.
"Maksudnya, kamu juga ngeliat Vera jalan sama cowok itu?" tanya Amanda pada Nino.
"Aku nggak tau apa cowok yang kita maksud itu adalah orang yang sama atau bukan. Yang jelas aku ngeliat Vera ada jalan sama cowok, dan mereka akrab banget kayak ada hubungan. Tapi aku nggak berani ngejudge gimana-gimana sih, cuma feeling aku aja yang mungkin buruk terhadap dia. Bisa jadi itu salah."
"Aku juga berpikir mungkin aku salah mengira, Nin. Harusnya aku nanya langsung ke Vera, tapi nggak enak. Aku takut dia tersinggung."
"Sama, aku juga." tukas Nino.
"Ya udah, menurut kamu kita ke papa gimana?" tanya Amanda kemudian.
"Sebelum kita bisa membuktikan itu benar apa nggak, sebaiknya kita jangan ngomong apa-apa dulu ke papa. Takut dia kepikiran aja." ujar Nino.
"Iya sih, aku juga mikirnya gitu." timpal Amanda kemudian.
Maka keduanya sama-sama kembali terdiam. Mungkin inilah keputusan yang akan mereka ambil. Bahwa mereka akan diam saja dulu, dan tidak memberitahukan apa-apa kepada Amman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
mia
iya mending diperjelas dulu ke vera ..
2022-07-31
1
Nana
selidiki dulu baru bilang ke papa Amman
2022-07-30
0
Dede Anggraeni
Gareth sakit jiwa,,,laki" ga laku ga mampu cari cewe baik"
2022-04-21
0