Azka dan Afka tampak memegang hidung mereka secara serentak. Kedua anak itu terlihat resah bahkan dengan kening yang sangat berkerut. Seolah mereka bingung serta takut terhadap sesuatu.
"Kenapa kalian?"
Arka menyadari gelagat salah satu anak yang ia gendong, yakni Afka. Kemudian Amanda memperhatikan Azka yang berada dalam gendongannya. Anak itu juga melakukan hal yang sama, yakni memegang-megang hidung.
Amanda dan Arka saling menatap satu sama lain karena heran. Namun kemudian mereka menyadari jika kedua anak itu tengah memperhatikan belalai gajah, yang ada dihadapan mereka.
"Oh." Amanda tertawa, begitupula dengan Arka.
"Hidungnya panjang ya?" tanya Amanda pada sang anak.
Tampak Azka semakin panik dan terus memegangi hidungnya. Afka pun sama demikian.
"Itu hidungnya gajah, nak. Hidung kalian kan nggak begitu." Arka turut memegang hidung anaknya, namun mereka tetap aja gusar.
"Nggak apa-apa, sayang. Kan yang panjang hidung gajahnya." ujar Amanda.
"Hekh."
"Hekh."
"Heeee."
Keduanya lalu menangis.
"Nggak sayang, itu hidungnya gajah, bukan hidungnya Azka sama Afka."
Amanda coba menenangkan kedua anaknya itu, namun mereka makin keras menangis.
"Heeee."
"Huaaa."
"Ya udah, ya udah. Kita pindah ya." ujar Arka kemudian.
Mereka lalu keluar dari area tempat dimana gajah tersebut berada, dan kini berkeliling ke tempat lain.
"Ternyata takut, Ka." ujar Amanda sambil tertawa.
"Iya, perkara belalai doang."
Arka menimpali seraya ikut tertawa. Sementara si kembar kini terlihat mulai tenang.
"Kita mau liat apa lagi?" tanya Amanda pada Arka.
"Hmm, apa lagi ya. Kalau hewan buas nggak mungkin, kan nggak boleh mereka." tukas Arka.
"Emang nggak boleh?" Amanda kaget mendengar hal tersebut.
"Iya ada batasan umurnya. Mama nggak pernah ke kebun binatang ya?" Arka meledek sang istri.
"Iya nggak pernah, baru kali ini kesini." ujar perempuan itu.
"Dulu kalau jalan pasti ke luar negri kan?. Orang kaya sih." Arka kembali meledek istrinya tersebut.
"Ih kamu mah, nggak gitu." Amanda membela diri sambil tertawa.
"Dulu tuh nggak ada yang memperhatikan aku, Ka. Mama kan orangnya senang di rumah. Kalaupun kita tamasya, ya paling ke taman deket rumah. Yang kayak waktu aku ketemu kamu, pas kamu masih bayi. Itu kan dekat banget sama rumah. Papa mah dulu boro-boro ngajak anak. Masih muda, masih playboy. Mendingan dia ngajak selingkuhannya kemana-mana."
"Hahaha."
Arka tertawa lalu memegang kepala istrinya itu. Mereka kemudian lanjut melihat burung unta.
"Yam."
"Yayam."
Azka dan Afka mengira burung tersebut adalah ayam. Mereka sendiri sering melihat ayam di kediaman ibu dan ayah tiri Arka.
Hal itu membuat Arka dan Amanda semakin terbahak-bahak. Sejak tadi mereka telah banyak tertawa dan kali ini ada yang menambahi.
"Itu bukan ayam, nak. Masa ayam segede itu." ujar Amanda pada keduanya.
"Yam." Azka bersikeras.
"Yayam." Afka menimpali.
"Itu burung unta." ucap Arka membenarkan.
"Yam."
"Yayam."
Arka dan Amanda saling menatap satu sama lain sambil menahan senyum. Sebab mereka sudah lelah sekali tertawa.
"Sekarepmu lah nak, nak." ujar Arka membuat tawa Amanda kembali pecah.
Dari burung unta mereka lanjut melihat dan memberi makan kelinci. Azka dan Afka tampak antusias ketika kelinci-kelinci itu mendekat ke arah stroller.
"Eheeee."
"Cici"
"Cici."
"Iya cici." ujar Amanda pada mereka berdua.
"Eheeee."
Afka refleks mengangkat kaki sambil tertawa. Sebab khawatir kelinci tersebut akan menyentuh kedua kakinya. Melihat hal itu Arka dan Amanda pun ikut tertawa.
"Nih kasih makan cicinya."
Amanda dan Arka memegangi kedua anak itu dengan sayuran. Namun bukannya memberi kelinci, mereka malah nyaris memakan sayuran tersebut.
"Eh, nggak boleh."
Amanda dan Arka mendadak berteriak dan melarang. Namun kedua anak itu hanya tertawa.
"Eheeee."
"Cici."
"Cici."
"Iya, cici nya yang dikasih makan. Caranya gini nih."
Amanda memberi contoh pada anaknya, dengan memberi makan salah satu kelinci. Melihat semua itu Azka dan Afka tertawa seakan mengerti. Namun ketika para kelinci kembali mendekat. Azka dan Afka justru malah memukul kelinci tersebut dengan sayuran.
"Eh nggak boleh begitu dong, nak." Arka menegur mereka berdua.
"Kelincinya di sayang. Sayang kelinci." lanjutnya lagi.
"Cici."
"Iya sayang, kelin..."
"Cici." ujar keduanya serentak.
"Bukan kelinci lagi, tapi kelencici." ujar Arka pada Amanda. Maka istri Arka itu pun kembali dibuat tertawa oleh tingkah si kembar
Usai puas bermain bersama kelinci. Mereka beralih ke tempat dimana panda berada. Azka dan Afka kembali melongo untuk yang kesekian kali. Namun kemudian mereka tertawa-tawa.
Awalnya Amanda tidak tahu jika disini juga ada hewan panda. Ia kira Arka berbohong dan sedang melakukan prank. Berkata ada panda, tapi tau-tau kandang buaya. Begitulah pikiran Amanda saat itu.
Namun ternyata setelah di datangi, panda tersebut memang benar-benar ada. Hewan lucu itu didatangkan langsung dari negara asalnya, agar semua orang disini bisa melihat.
"Da-da."
"Da-da."
Azka dan Afka berceloteh, usai di ajari oleh kedua orang tua mereka. Jika hewan tersebut bernama panda.
"Iya, panda." ujar Arka kemudian.
"Da-da."
"Da-da."
"Lucu ya dek, pandanya." Amanda berujar pada kedua anak itu.
"Eheeee."
"Da-da."
"Foto yuk sama panda." ajak Amanda pada suami dan kedua anaknya. Lalu,...
"Cekrek."
"Cekrek."
Mereka kembali berfoto disana. Setelah beberapa saat berlalu, mereka memutuskan untuk pulang.
Saat tengah berjalan menuju ke area parkir, tiba-tiba mata Amanda melihat Vera beserta Amara. Tetapi ada seorang pria berjas hitam di samping wanita itu.
"Ka, itu kan Vera." ujar Amanda seraya menunjuk ke suatu arah.
"Mana?"
Arka mengikuti arah pandangan istrinya.
"Itu di depan pintu masuk area kandang ular." ujar Amanda lagi.
Maka mata Arka pun tertuju ke tempat tersebut dan benar saja, Vera ada disana bersama sang bayi dan juga seorang pria.
Pria itu sendiri tampak seperti seorang eksekutif muda. Ia dan Vera terlihat begitu akrab, bahkan seperti tengah menjalin sebuah hubungan. Sebab laki-laki itu berani merangkul Vera dan tak segan menggendong Amara.
"Samperin apa nih?" tanya Amanda pada Arka.
"Sebaiknya jangan deh, Man." Arka memberi saran.
"Soalnya, kamu berpikiran hal sama kan?" tanya nya kemudian. Ia menyinggung soal kecurigaannya jika Vera telah memiliki hubungan haru.
"Iya sih, tapi kan belum tentu juga. Siapa tau itu temennya dia atau siapa gitu. Mending kita samperin aja langsung."
"Jangan!" ujar Arka lagi.
"Takutnya dia jadi nggak nyaman sama kita. Kalau dia cuma berdua doang sama Amara sih nggak apa-apa. Ini ada orang lain." lanjut pria itu.
Maka mereka pun akhirnya melaju saja ke halaman parkir. Tanpa menghampiri Vera yang kebetulan tak melihat ke arah mereka.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Nana
Vera sama siapa ya? dulu terciduk Nino skrg Amanda
2022-07-30
1
Musniwati Elikibasmahulette
makasih ya thoor, aku kangen sama arka dan amanda
2022-06-02
0
ScarLet Shafa
bikin baper mulu nih firman ma kangkung😍😍😍😍
2021-12-19
0