"Kamu beneran nggak mau ke kantor hari ini?"
Arka bertanya pada Amanda yang masih terbaring di tempat tidur dengan wajah yang agak sedikit pucat.
"Perut aku tuh sakit banget, Ka. Lagi datang bulan."
"Koq tumben sakitnya sampe kamu terkapar gini?" Arka mulai khawatir pada istrinya itu.
"Nggak tau, bulan-bulan lalu nggak gini. Kayaknya aku kecapean atau terlalu stress deh akhir-akhir ini." ujar Amanda.
"Itu juga bisa mempengaruhi kan." lanjutnya lagi.
"Ya udah, tunggu bentar disini."
"Mau kemana?"
"Udah tunggu aja."
Arka kemudian pergi meninggalkan kamar. Cukup lama ia menghilang sampai akhirnya kembali dengan membawa dua botol pereda nyeri haid, yang ia beli di minimarket.
"Kamu beliin aku ini?" tanya Amanda.
"Iya, itu juga udah aku bikinin susu hangat sama sarapan. Ntar aku bawa kesini."
"Makasih Arka, kamu baik banget. Aku sayang deh sama kamu."
Amanda memeluk Arka, pria itu kemudian mencium kening sang istri dengan lembut.
"Sama-sama, aku ambil sarapan kamu dulu."
"Nggak usah, Ka. Biar nanti aku ke meja makan aja. Sekalian ngurus anak-anak."
"Panggil aja pengasuh mereka, Man. Biar kamu bisa istirahat.
"Iya, Ka. Mereka lagi on the way kesini."
"Ya udah, aku berangkat dulu ya."
Arka mencium kening Amanda dan memeluknya. Tak lama pria itu pun meninggalkan kamar. Ia menuju ke kamar si kembar.
"Papapa."
"Eheeee."
Mereka tertawa, namun masih terbaring dengan begitu malas.
"Papapa pergi dulu ya sayang."
"Hoahm."
Mereka menguap di waktu yang nyaris bersamaan, lalu sama-sama menganggukkan kepala.
"Pinter anak papa. Tumben nggak ngamuk, papa mau pergi."
"Eheeee."
"Ya udah, papa pergi dulu ya."
Arka mencium kening kedua anak itu, kemudian benar-benar pergi meninggalkan rumah.
***
"Ka, ntar malem nongkrong yuk bareng anak-anak."
Salah satu rekan kerja Arka menghampiri dan menyampaikan maksud pada pria itu. Saat itu hari telah menjelang makan siang, Arka tengah mengawasi kinerja beberapa bawahannya di ruang depan.
"Mau pada kemana?" tanya Arka.
"Biasa, mau pada minum-minum dikit." jawab rekan kerjanya tersebut.
"Waduh, nggak bisa gue bro. Ini sore gue harus ke kantor manajemen dan malam gue harus nemenin anak-anak tidur. Mereka agak sulit tidur kalau nggak ada gue." ujar Arka.
"Oh ya udah deh kalau gitu.
"Sorry ya, bro. Gue pengen banget ikut, tapi kan lo tau gue bapak-bapak."
Rekan kerja Arka tertawa.
"Gue juga bapak-bapak, bro."
Rekan kerja Arka yang lain nyeletuk.
"Tapi gue mah cuek aja, ada emaknya ini yang ngurus. Lagian ngurus anak itu tugas perempuan." ujarnya lagi.
Arka tertawa kecil.
"Kalau gue nggak bisa, bro. Anak-anak dekat banget sama gue. Dan lagipula namanya anak ya, tanggung jawab emak-bapaknya. Nggak bisa sepihak aja." ujar pemuda itu.
"Kalau gue emang nggak deket, bro. Anak-anak gue emang lebih pro ke ibu mereka."
"Lo aja kali yang kurang mendekatkan diri." ujar Arka lagi.
Rekan kerjanya itu pun nyengir. Sementara rekan kerja yang semula membuka pembicaraan, kini kembali menatap Arka.
"Jadi lo beneran nggak bisa, bro?" tanya nya memastikan.
"Nggak bisa, bro. Sorry banget ya. Kalau sekedar makan atau hang out di siang hari bisa lah. Kalau malam, gue harus pulang."
"Oke deh kalau gitu. Ntar kalau lo berubah pikiran, WhatsApp atau telpon gue aja."
"Oke." jawab Arka.
Rekan kerjanya itu pun kembali ke tempat dimana ia seharusnya berada. Sementara Arka melanjutkan pemeriksaan dan setelah usai ia kembali ke ruangannya.
***
Sore hari ia menyambangi kantor manajemen Peace Production. Disana ia dan Rio berbicara dengan sutradara dan juga penulis skrip dari film yang akan mereka mainkan. Banyak yang mereka bahas hari itu, hingga tanpa terasa beberapa jam telah berlalu.
Pertemuan itu disudahi. Arka dan Rio beralih ke ruangan tempat dimana artis asuhan manajemen tersebut sering berkumpul. Sebab disana ada kulkas besar berisi minuman dan berbagai makanan ringan.
Arka dan Rio ingin minum sesuatu yang manis dan dingin. Maka mereka pun menuju ke arah sana, kebetulan ada cukup banyak artis yang berkumpul hari itu.
"Udah kelar, Ka?"
Salah satu artis perempuan bertanya pada Arka, yang kini duduk di sofa sambil mereguk dinginnya teh dalam botol.
"Udah." jawab Arka singkat.
Rio sendiri tampak merebahkan tubuh di sofa sudut. Seakan tempat itu adalah wilayah pribadinya.
"Ka, lo sama Rio mau kemana habis ini?"
Dion si aktor yang baru saja bergabung dengan Peace Production selama kurang lebih tiga minggu tersebut bertanya pada Arka. Ia cukup lama berkecimpung di dunia entertaint, dan telah mengenal Arka sejak lama. Namun untuk bergabung disini, ia sama sekali baru.
"Nggak kemana-mana, pulang." jawab Arka kemudian.
Rio sendiri tak menjawab sebab ia sudah terlelap. Ia memang agak kurang tidur akibat terlalu banyak bermain game online.
"Ikut kita aja yuk!" ajak Dion.
"Mau kemana?" tanya Arka.
"Biasa lah, kuy dikit." ujarnya.
Arka mengerti, apa yang dimaksud oleh Dion adalah pergi ke bar dan minum-minum.
"Waduh nggak bisa gue." ucap Arka.
"Lo kan tau gue udah bapak-bapak." lanjutnya kemudian.
"Ya kan bisa jadi bapak-bapak yang santai. Masa lo udah nggak bisa keluar sama sekali." ucap Dion lagi.
"Arka emang semenjak nikah dan punya anak, udah jarang keluar bro."
Celetuk salah seorang rekan sesama artis yang juga tengah berada di ruangan tersebut.
"Dia mah keluar di dalam mulu." lanjutnya lagi.
Semua orang tertawa termasuk Arka sendiri.
"Gue itu dekat sama anak-anak." ucap Arka.
"Jadi kalau malam mereka mesti tidur sama gue dulu. Kalau nggak bakalan ngoceh sampai subuh."
"So sweet banget sih lo, Ka."
Salah satu artis wanita nyeletuk dan di sepakati oleh beberapa artis lain, baik perempuan maupun laki-laki.
"Tapi jangan terlalu diturutin juga, bro. Ntar hidup lo abis disitu aja."
Kali ini perkataan Dion membuat Arka sedikit terdiam.
"Mumpung lo masih muda, jangan terlalu banyak menghabiskan waktu di rumah tangga. Ntar tuanya lo baru mau kesana sini, udah telat." lanjut pemuda itu.
"Bener apa kata Dion, bro." Celetuk salah seorang artis lain.
"Istilahnya jangan sampe terkungkung gara-gara anak dan pernikahan. Lo masih muda ini, masih berhak menikmati hidup." lanjutnya lagi.
Arka hanya mencoba tersenyum tipis, di tengah rasa tidak nyaman yang mulai merayap. Sementara Rio makin lelap dalam tidur dan tak mengetahui situasi apa yang baru saja terjadi.
"Ikut ya, bro?" ajak Dion lagi.
"Ntar gue kabarin." jawab Arka kemudian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
lindsey
tetep aja dion jadi makhluk penghasut yg merusak akhlak temen sendiri dengan kata2 yg menyesatkan😡😡 tetep aja brengseknya ga ilang2
2022-11-19
1
Elis Dama Nuryanti
Awas Arka jangan terpengaruh yang enggak enggak...kamu kan udah berkeluarga punya anak istri yang tentu punya tanggung jawab berbeda denga dengan mereka yang single single...walaupun masih muda tetep aja kamu punya tanggung jawab sendiri kalau udah berkeluarga
2022-09-18
0
Bunda'ne Aqila
gak gitu juga kali konsepnya junaedi.... kalo ngajaknya hura² juga gak bagus keles, ntar kalo keseringan malah merugikan diri sendiri, keluarga taruhannya
2022-07-31
0