Saat di perjalanan pulang, Arka terpikir akan ucapan Dion tadi. Kini ia mulai bertanya-tanya dalam hati, benarkah pernikahan ini sudah membuatnya menjauh dari teman-temannya.
Jujur kadang ia masih sangat ingin pergi ke sana-sini tanpa harus memikirkan rumah dan anak-anak. Namun kemanapun kakinya berpijak, pikirannya selalu tak bisa lepas dari dua hal tersebut.
Arka kini bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia benar-benar menikmati pernikahan ini atau hanya sekedar menerima takdir.
***
Di sebuah jalan, Nino yang baru saja pulang dari kantor kini mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Sebab kebetulan kawasan yang ia lalui sedang tidak ada kemacetan.
Nino menyusuri jalan demi jalan, hingga kemudian ia teringat jika di apartemennya semua bahan makanan telah habis.
Maka pria tampan itu pun memutuskan untuk pergi ke sebuah supermarket. Ia membeli beberapa bahan makanan seperti beras, Frozen food, buah, sayur, biskuit serta beberapa makanan instan seperti mie dan sarden kaleng.
Saat tengah berada di tengah-tengah rak produk susu, Nino mendorong trolinya sambil memperhatikan sekitar. Hingga tanpa ia sadari,
"Buuuk."
Ujung troli yang ia bawa menabrak seorang perempuan. Perempuan itu kaget dan menoleh. Lalu ia melotot dan berbicara atau lebih tepatnya mengoceh pada Nino dalam bahasa Korea.
Tentu saja Nino tak begitu mengerti. Meski ada beberapa bahasa Korea yang sudah ia pelajari, namun wanita itu mengoceh dengan sangat cepat. Tak lama ia pun berlalu, Nino jadi merasa aneh sekaligus tertawa sendiri. Kemudian ia pun lanjut berbelanja.
Setelah beberapa saat terlewatkan dan semua dirasa cukup, Nino bergerak ke arah kasir dan hendak membayar. Seketika itu pula ia melihat Nadine melintas di bagian depan.
"Degh."
Batin Nino bergemuruh, namun Nadine tak melihat ke arahnya dan terus berjalan. Nino tak menyusul dan hanya diam di tempat. Jujur ia masih memiliki perasaan terhadap perempuan itu.
Namun demi pengkhianatan tanpa alasan yang telah Nadine lakukan. Rasa-rasanya tak pantas perempuan itu menerima cinta dan kesetiaan dari Nino. Ia yang membuat Nino jatuh cinta padanya, namun ia pulalah yang mengkhianati hubungan diantara mereka.
Nino membayar seluruh belanjaannya dan memasukkan semua itu ke mobil. Tak lama ia pun tancap gas meninggalkan pelataran parkir supermarket.
Nino menyusuri jalan demi jalan, ia melihat ada orang menyeberang di zebra cross dengan membawa anak kembar. Seketika ia teringat pada Azka dan juga Afka.
Maka ia memutuskan untuk menemui keponakannya tersebut. Tetapi sebelum itu ia pergi ke sebuah toko kue dan membeli beberapa pancake untuk mereka. Sebab si kembar juga suka memakan pancake, belakangan ini.
Nino keluar dari toko kue tersebut, setelah mendapatkan apa yang ia mau. Namun ketika ia telah masuk ke dalam mobil, sebuah pemandangan mengejutkan terlihat di depan matanya.
Saat itu ia melihat Vera, istri Amman. Yang hendak melangkah masuk ke toko kue, namun dengan di dampingi oleh seorang pria muda yang seumuran dengannya. Pria itu tampak menggendong Amara dan mereka terlihat seperti keluarga yang begitu hangat.
Nino terus memperhatikan ibu tirinya itu. Ia sengaja tak mendekat sebab itu bukanlah urusannya. Meski dalam hal ini, Amman adalah sosok yang paling kasihan. Jika memang Vera terbukti selingkuh.
Ia tak bisa menyalahkan Vera, mengingat entah kapan Amman akan keluar dari tahanan. Sedang manusia dewasa memiliki kebutuhan biologis yang terkadang tak bisa di bendung.
Vera masuk ke dalam toko, sedang Nino kini menghidupkan mesin mobil. Lalu ia pergi meninggalkan tempat itu.
***
"Uncle Nono."
Amanda berkata dengan antusias ketika Nino akhirnya tiba. Ia sudah tak selemah tadi pagi, sebab kini telah meminum suplemen dan juga cukup banyak makan. Perutnya pun sudah tidak kram lagi dan pengasuh si kembar baru saja di pulangkan.
"Nono."
"Nono."
Azka dan Afka mencoba berjalan namun lamban. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk merayap dengan mode ngebut ke arah Nino.
Nino segera menggendong kedua anak itu dan mereka menempel di bahu sang paman. Ia tadi telah sempat meletakkan barang bawaannya ke atas meja makan.
"Ini apa uncle?" tanya Amanda pada Nino.
"Itu ada kue, roti, sama pancake." jawab Nino.
"Tuh dek dibawain Nono pancake. Kalian mau?" Amanda bertanya pada si kembar.
"Eheeee."
Kedua anak itu makin menempel pada Nino. Amanda membuka kue-kue yang Nino bawa, kemudian memakannya. Ia lalu membuatkan minuman untuk saudaranya itu.
"Oh ya Nin, tempo hari aku ada jenguk papa. Dia nanyain kamu."
Amanda berujar seraya meletakkan minuman untuk Nino di meja makan.
"Degh."
Seketika Nino teringat soal Vera yang tadi ia lihat bersama dengan seorang laki-laki. Ia membayangkan Amman yang tengah kesepian di penjara, dan Vera yang mungkin saat ini tengah bahagia.
"Nin." Amanda menyadarkan lamunan Nino.
"Ah, iya. Nanti mungkin aku akan kesana." ucap Nino pada Amanda.
"Kadang kasihan juga liat papa, tapi mau gimana. Kita juga nggak bisa nolong banyak. Papa suka sedih kalau inget Vera sama Amara." ucap Amanda lagi.
Nino rasanya ingin mengatakan perihal apa yang ia lihat tadi. Namun ia takut nanti urusannya malah menjadi panjang. Maka pria itu pun akhirnya memutuskan untuk diam saja.
Ia terus mengajak si kembar bermain, sambil sesekali menghampiri meja makan untuk menghirup kopi yang sudah di buatkan oleh Amanda.
"Mama beresin rumah dulu deh. Kalian main sama Nono dulu ya." ucap Amanda kemudian.
"Eheeee."
Amanda berlalu, mula-mula ia merapihkan kamar terlebih dahulu. Setelah itu ia mulai membenahi ruangan lain, sampai akhirnya semua clean dan clear.
Si kembar menonton televisi bersama Nino dan tertidur. Tak lama Nino membantu Amanda untuk memasak makan malam.
Ketika hari telah sedemikian gelap, Arka pulang. kemudian mereka pun lalu duduk di meja makan dan menyantap makan malam bersama-sama.
Sementara di lain pihak, Vera tengah makan malam juga dengan pria yang tadi dilihat oleh Nino. Ada Amara juga disana, yang tampak telah begitu akrab dengan pria itu.
"Papa."
Amara berucap, hati Vera seketika bergemuruh. Mungkin Amara memang merindukan sosok ayah.
"Iya sayang, Amara cantik minum susu dulu ya."
Pria tampan itu tampak membujuk Amara dengan lembut. Amara lalu mengenyot botol susunya lebih cepat. Sebab saat ini ia memang masih ASI eksklusif.
Tetapi ia sudah bisa memegang botol susunya sendiri, meski terkadang ia jepit dengan menggunakan kedua kaki.
Vera dan pria itu kemudian lanjut makan dan sambil memperbincangkan banyak hal. Termasuk soal pekerjaan. Dalam obrolan tersebut ada getar-getar yang memenuhi hati keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
what ever
gareth kah?
2022-09-12
1
Bunda'ne Aqila
haha kepo sama tuh orang yg sama Vera..
2022-07-31
0
Nana
siapa ya pria yg sama Vera
2022-07-30
0