"Sayang ma-af aku belum bisa kembali, urusanku belum selesai. Baik-baik di rumah, ya! Peluk cium selalu untukmu dan Shiza."
Sashi memberengut membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Dua hari sudah ia memperoleh pesan serupa. Sedih, marah, bingung, gelisah semua bercampur jadi satu.
"Ada apa sebetulnya? Apa yang membuat kak Aric tidak bisa pulang untuk sekedar menemuiku dan Shiza? Urusan apa? Tunggu! Apa mungkin kak Aric berada di rumah mbak Aruna saat ini?" Hati itu dipenuhi tanya.
"Mang Ojo ... Mang Ojoo ...." Sashi yang sedang berada di lantai bawah membuat MPASI Shiza berteriak memanggil Ojo. Seketika Ojo datang.
"Iya mbak Sashi?"
"Bik ... lanjutkan ini ya, ini saringannya! Tim yang halus, aku tinggal sebentar!" Sashi meraih tubuh Shiza yang tadi ia geletakkan di lantai dan membawa Shiza ke gendongannya.
"Kita bicara di ruang keluarga, Mang!"
"I-ya, Mbak." Ojo mengikuti Sashi dengan rahut bingung.
Shiza di dudukkan di sofa di samping Sashi duduk, ia menatap Ojo serius.
"A-da apa ya, Mbak? Apa saya buat kesalahan?" tanya Ojo.
"Mang Ojo apa pekerja yang setia pada tuan rumahnya?"
"Tentu saja itu mah nggak perlu dipertanyakan, Mbak!" jawab Ojo dengan cepat.
"Bagus kalau begitu. Mamang masih ingat rumah yang kita datangi tempo hari, kan?" ujar Sashi serius.
"Yang di Green Village ya, Mbak? Masih, Mbak," tuturnya.
"Sekarang Mang Ojo aku perintahkan ke rumah itu, cari tau apa kak Aric ada di sana!"
"Saya jadi mata-mata Pak Aric gitu, Mbak?"
"Iyaa!!"
"Duh ma-af, Mbak ... kalau itu saya nggak berani, Mbak!" Wajah itu terlihat takut.
"Kenapa begitu? Mang Ojo kan sopir aku, harusnya orang yang mang Ojo dengar itu aku bukan kak Aric!"
"Tapi yang menggaji saya pak Aric, Mbak!" kekeh Ojo. Ya ... saat Aric mengintrogasi Ojo tentang kedatangannya ke rumah Aruna, Aric memang berpesan untuk tidak ke rumah itu lagi atau ia akan dipecat. Ojo yang terbayang omongan itu takut.
"Jadi karena gaji. Oke ... Mamang tunggu sini, tolong jaga Shiza!" Sashi dengan cepat naik ke lantai atas dan kembali lagi ke ruang keluarga dengan 10 lembar uang kertas berwarna merah.
"Ini job tambahan untuk Mamang! Rahasia kita! Mamang tidak perlu kerja berat, cukup memarkir mobil tak jauh dari rumah tempo hari dan lihat aktivitas di rumah itu. Apakah kak Aric datang dan dari jam berapa sampai jam berapa. Mamang tinggal kabari aku setelahnya, enak bukan? Ini uangnya, ambil Mang!" Sashi menjulurkan tangan berisi uang. Ojo menatap uang itu beberapa saat, namun segera menggeleng setelahnya. Sashi bingung.
"Mamangg ...?"
"Maaf nggak bisa Mbak, yang ada gegara kerja tambahan yang tetap bisa hilang," lirih Ojo sambil menunduk.
"Ahh Mamang nggak asik! Sashi sebel sama Mamang!" Sashi meraih raga Shiza dan meninggalkan Ojo yang diam membisu sambil terus menggaruk kepalanya.
"Maaf Mbak ... saya sudah janji sama Bapak," batin Ojo.
___________________
Pukul 16:10 saat Sashi merasa sangat bosan dengan berbagai pemikiran yang campur aduk. Ia memilih me-refresh otak dengan melihat sosial media. Namun bukan rasa senang, melihat postingan teman-temannya di kampus, berjalan-jalan, berkumpul, ia justru merasa sedih, merasa dunianya berbeda. Sashi masih tertegun hingga sebuah getaran dirasakannya. Ada pesan masuk di ponsel itu.
📩Sasshh ... tumben lo on?
Rena, seorang teman SMA yang melihat profil Sashi hijau langsung mengirim pesan.
📨Haii Ren, iya lagi bete sama rutinitas.
📩Yauda gabung sama kita-kita, yuk! Dah lama nih kita nggak ketemu, btw anak lo udah semana?
📨Anak udah mau 7 bulan. Emang pada mau ketemuan ya?
📩Wahh udah gede aja anak lo. Iya, jam 5 nanti kita mau kumpul di kafe yang deket sekolahan SMA. Lo dateng ya! Anak-anak pasti seneng ada lo!
"Bertemu teman-teman ... pasti asik! Kak Aric juga tidak pulang, kenapa juga aku harus memikirkan dia! Dia saja tidak peduli padaku!"
📨Oke gue mau dateng, Ren. Tapi lo jemput gue ya!
📩Emang sopir lo kemana?
📨Gue lagi marahan sama sopir gue!
📩Sash ... Sash ... lo itu udah jadi emak-emak masih lucu aja. Sama sopir pake acara marahan, haaa ...
📨Gak usah ketawa deh lo, Ren! Jadi gimana bisa jemput gue nggak?
📩Oke sip! Jam 5 kurang 15 gue sampe rumah lo!
📨Oke, gue mandiin Shiza dulu, bye ....
___________________
"Hai Shiza ... Shiza ...."
Suasana riuh. Kehadiran bayi memang selalu memiliki daya tarik bagi para hawa, senang, gemas, keinginan memiliki selalu hadir menyusup sang pemilik hati lembut. Begitu pun yang terjadi pada perjumpaan yang terjadi antara Sashi dan rekan-rekannya. Alih-alih meluapkan rindu pada sang teman, justru Shiza yang menjadi pusat perhatian saat itu.
Mencium, mencubit, bergantian menggendong sedang mereka lakukan pada Shiza. Shiza pun seakan berkolaborasi dengan baik. Bukannya ketidaknyamanan itu hadir mengingat mereka adalah orang-orang dengan wajah baru, namun nyatanya Shiza terus tertawa semringah merasa dicintai agaknya.
"Ehh ... Kev, hati-hati lo gendong anak gue nanti keseleo!"
"Dit ... anak gue bukan boneka berhenti lo cubitin ntar doi nangis gue yang repot!"
"Sam ... lo mau bawa kemana anak gue tuh, sini jangan jauh-jauh!"
"Dis ... ngapain lo buka-buka tuh turban Shiza, dikasih apa pula rambut anak gue!"
Sashi lagi-lagi terus menggeleng, saat rekan-rekannya seolah tak menghiraukan ucapannya dan seolah asik dengan aktivitasnya mengganggu Shiza.
"Udah lah Sash ... anak lo juga seneng-seneng aja tuh!" ucap Rena yang tadi menjemput Sashi.
"Iya sih," lirih Sashi.
"Seneng ih lo bisa dateng Sash, kangen! Cerita-cerita dong gimana dunia rumah tangga itu, katanya enak ya?" Disya melontar tanya. Tiga mata tampak fokus menatap wajah Sashi saat ini, mereka adalah : Kevin, Rena, Dita dan Disya sendiri.
"Ya begitu, nano-nano. Kayak hidup manusia layaknya lah, ada saat seneng, sedih, kecewa, dalam rumah tangga juga begitu!" ucap Sashi.
"Waww ... nggak salah denger nih, omongan lo jadi dewasa gini sih, Sash?"
"Emang iya? Biasa aja," jawab Sashi santai.
"Lo KB gak Sash? Udah mulai program anak kedua belum?" Dita bertanya sambil menyesap jus orangenya.
"Gue nggak boleh KB sama Kak Aric tapi kita jaga berdua aja. Anak kedua? Oh no Dit, belum lah! Shiza aja masih kecil begitu!" lugas Sashi.
"Gak program tapi bikin tetep jalan terus, kan?" Laki-laki yang tampak berbaur satu-satu itu dengan santai mencandai Sashi dengan hal begitu sensitif.
"Sumpah parah lo Kev, kayak begitu pakai lo tanya!" decak Rena.
"Pastinya Sashi dibuat kecapean terus lah sama si Kakak!" Disya kini yang paling gesrek diantara yang lain ikut menimpali.
"Eh kalian tuh ngomongnya! Nggak boleh ngobrol masalah ranjang ya, pamali!" ucap Sashi.
"Tapi enak kan, Sashh?"
"Kevin apaan sih!" Wajah Sashi memerah. Lepas dari perilaku Aric yang belakangan membuatnya kesal tapi ia membenarkan ucapan Kevin.
"Permisi, Mbak ... Mas." Seorang pramusaji menghampiri dengan menu yang mereka telah pesan beberapa saat lalu.
"Yeaa ... makan," pekik Desya sedang yang lain sibuk membantu meletakkan pesanan ke meja.
"Eh Sashh ... lo mau ke mana?" Rena yang melihat Sashi berdiri bertanya.
"Tadi Sam ajak anak gue ke mana ya? Nggak kelihatan sih, gue cari mereka dulu yaa!"
"Tadi kayak ke arah TK Permata Sashh," lontar Kevin.
"Oke thanks, gue cari ke sana!"
Sashi berjalan ke arah yang ditunjukkan Kevin. Sebuah Taman Kanak-Kanak dengan berbagai permainan anak berada di hadapan Sashi. Dulu sepulang sekolah mereka sering bercanda di TK itu. Duduk-duduk di bawah pohon rindang yang berada di samping wahana permainan. TK itu memang sejak dulu tanpa gerbang hingga kini nyatanya pun seperti itu.
Sashi mendekati raga tegap yang sedang berlutut mengayun landai raga Shiza di atas sebuah ayunan kayu. Samuel atau biasa dipanggil Sam namanya, teman Sashi semenjak SMP, tapi saat SMA ia bersahabat dengan Kaysan karena sama-sama mengikuti cabang bela diri Karate.
Sam tersenyum melihat Sashi. Sashi duduk di sebuah batu di samping Sam.
"Bagaimana hidup lo sekarang Sash? Bahagia?" tanya Sam melirik Sashi sekilas dan kembali melihat Shiza setelahnya.
"Alhamdulillah," lirih Sashi.
"Ada masalah?"
"Hahh?" Sashi bingung mendengar lontaran Sam. Ia menatap Sam.
"Bagaimana Sam bisa menebak dengan sangat tepat?" batin Sashi.
"Wajah lo gue hapal kali Sash, jangan lupa kita temenan dari SMP. Dan wajah lo yang kayak gitu gue yakin 100% rumah tangga lo lagi gak baik-baik aja!" Belum lagi Sashi bertanya, Sam kembali berucap.
"Lo dari dulu sering sok tau, Sam!"
"Tapi sok tau gue selalu bener, kan?" Sashi diam. Dalam hatinya membenarkan, Sam memang sejak dulu selalu tau kabar hatinya, Sashi berusaha sekeras apa pun tersenyum saat sedang sedih, Sam selalu tau perasaan Sashi.
"Lo salah! Gue bahagia, kok!" sanggah Sashi. Sam mengangguk-angguk.
"Andai pas nikahan lo sama Kay gue ada. Saat Kay nyatanya kecelakaan dan pergi, gue pasti orang pertama yang maju buat gantiin dia!" lugas Sam.
"Ngomong apa sih lo Sam, gak harus gitu juga kali jadi temen!"
Haa ....
Sam tertawa.
"Gue lupa cuma temen! Andai gue punya nyali besar untuk ngungkapin rasa gue, pasti gue yang jadi pacar lo saat itu, bukan Kay!"
"Gue nggak ngerti lo ngomong apa, Sam!"
"Itu kejujuran hati gue Sash! Sampai sekarang pun masih!"
"Sadar Sam, gue udah nikah! Gak pantes lo ungkapin rasa kayak gini sama wanita yang notabenenya istri orang!"
"Sorry, biar tenang aja hati gue." Sashi masih menatap wajah yang tampak sungguh-sungguh itu. Ia menunduk setelahnya.
"Kak Aric masih dingin nggak orangnya?" tanya Sam. Sashi seketika menoleh.
"Gue kenal kak Arik. Gue sering main ke rumah Kay dulu!" Mulut Sashi membulat.
"Lelaki dingin kayak gitu apa bisa nyayangin lo sama Shiza!" lugas Sam.
"Kak Aric sayang gue sama Shiza, Kok! Dia Papa dan suami yang baik!" Walau hati itu mulai ragu, tapi sashi cukup tau bahwa ada tugas istri menutup aib suaminya dan ia memilih bicara itu.
"Duhh Sashh ... Sash ... jujur aja kali, lo nggak bahagia, kan? Kalo kak Aric nggak bisa bahagiain lo sama Shiza, gue siap bahagiain kalian berdua, gue udah nyambi gawe sambil kuliah sekarang Sash!" mantap Sam sambil mencium puncak kepala Shiza.
"Omongan lo ngac------
HEMM ....
"Dehaman i-tu?"
Dua raga menoleh bersamaan.
"Ka-kak ...?"
__________________________________________
☕Happy reading😘
☕Jangan lupa, like, komen dan votenya ya😊
☕Makasih support untuk karya ini selalu❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Juan Sastra
aduhh kok nyesek ya..
2023-05-10
0
InDah @uLi¥a
mammpusss lo
ayo sash bikin kak arick cemburu
2022-05-10
0
maura shi
g usa komentar,uda g pulang 2 hari g ada kabar,istrinya healing otak sm geng g usa marah
2022-03-13
0