Pukul 05:15 saat ini, seorang pria terus menggoyangkan bahu Sashi sambil sesekali mencium wajah itu. Ya, Aric sedang berusaha membangunkan Sashi sebab waktu subuh hampir habis.
Sejak menikah, inilah aktivitas pagi Aric, membangunkan Sashi untuk melaksanakan ibadahnya. Aric memahami Sashi yang masih sering lalai dan ia menerimanya. Bagaimanapun tugasnyalah kini untuk membimbing Sashi.
"Kakk ...." Akhirnya gadis beranjak dewasa itu terbangun juga. Seperti biasa Sashi senang berlama-lama menatap wajah Aric setiap kali membuka mata. Dalam hatinya merasa sangat bersyukur takdir menyatukan keduanya, memberinya seorang lelaki tampan yang dewasa dan selalu sabar mengingatkannya untuk taat pada Tuhannya.
Pandangan itu masih sama seperti biasa, tapi fikir dalam otak Sashi pagi itu berbeda.
"Kakak ... mengapa kakak membohongiku! Perilaku Kakak manis seperti biasa, siapa sangka ternyata Kakak memiliki wanita lain di belakangku. Aku benci Kakak! Tapi aku cinta Kakak! Aku harus bagaimana? Bahkan kakak menciumku dengan bibir yang sama yang telah mencium mbak Aruna! Tapi kata mima aku tidak boleh menghindari Kakak, Kakak suamiku, papa Shiza putriku. Iya, harus begitu! Kakak harus tetap menjadi papa Shiza, suamiku!"
Sashi masih terus bicara dalam diamnya, dan lelaki tampan di sisinya entah sudah berapa kali mendaratkan bibirnya di kening Sashi berusaha menyadarkan sang istri yang belum menjalankan ibadah tapi sudah asik melamun di pagi hari. Hingga kecupan itu berubah jadi sebuah sentilan yang benar saja membuat Sashi seketika sadar.
"Kakak ... sakit!"
"Kamu yang melamun terus! Sudah buruan sana Sholat! Atau kamu senang pagi-pagi sudah memberi timbangan buruk untuk Kakak?" lugas kalimat itu terucap. Walau ilmu agama Aric belum bagus sangat tapi setidaknya ibadah wajib tetap tak pernah ia tinggal.
Sashi masih dalam keadaan sholat ketika Shiza terbangun mencari penyegar dahaganya. Aric seperti biasa dengan telaten menggendong dan mengayun-ayunkan Shiza sembari menunggu Sashi selesai beribadah.
Tangis yang tertahan itu kembali terdengar saat Sashi bukannya langsung meraih tubuh Shiza usai melakukan ibadah malah asik menggoda putri kecilnya itu dengan bersembunyi di belakang tubuh Aric kemudian muncul dan bersembunyi lagi.
"Sudah .... Jangan nakal cepat beri hak Shiza, kasihan dia sudah sangat haus," ujar Aric dengan kesabaran dan kedewasaan yang sempurna. Ucapan dan perilaku itu tetap sama tapi penerimaan Sashi kini berbeda, wajah yang biasanya merona mendengar ucapan dan perilaku manis itu tapi wajah datar kini yang membingkai wajah Sashi.
"Ahh Kakak ... kenapa bisa begitu tenang setelah menghianatiku!" ucap batin Sashi lagi.
"Ahh sakit ...!" Bukan sentilan, kini tarikan di hidung Sashi telah Aric daratkan pada istrinya yang lagi-lagi termenung padahal Shiza sudah benar-benar kehausan.
"Ayo cepat su sui Shiza, anak nakal!"
"Kakak aku bukan anak-anak!" celetuk Sashi dengan wajah memberengut. Ia meraih tubuh Shiza, meletakkan di pangkuan dan segera memberi hak bayi mungil itu.
Cap ... Cap ... Cap ...
Suara tangis seketika berubah menjadi suara decapan, Shiza sangat kehausan dan tidak sabar.
"Alhamdulillah ... anak Papa sudah dapat susu Mami, enak ya Nak, hem?" Mata bulat itu terus memperhatikan wajah Aric sambil terus menyesap puncak asi Sashi dengan lahap, hapal betul ia wajah Papanya. Maklum sifat kekanakan Sashi yang masih mendominasi membuat Aric lebih banyak memegang Shiza setiap sedang di rumah.
"Sash ...."
"Hemm?" wajah Sashi mendangak mendengar panggilan Aric atasnya.
"Jangan lupa biasakan sebelum memberi asi ke Shiza ucapkan basmalah!"
"Maaf lupa, Kak!" Sashi biasanya akan langsung terkekeh tapi kini wajah itu datar. Sashi kembali membatin.
"Apa Kakak juga ucapkan bismillah dulu ketika akan menyentuh mbak Aruna?" Wajah itu seketika mengkerut mengingat Aric telah bermain di belakangnya.
"Mbak Aruna itu memang cantik, walau ia jarang berhias tapi sudah cantik natural. Ia juga baik dan dewasa. Sedang aku? Ahhh ... kenapa aku jadi ingat mbak Aruna? Buat moodku buruk saja! Tapi kak Aric tega! Jahat! Dan ia bisa bersikap tenang seperti tidak pernah melakukan kesalahan apapun! Opps ... tapi kata mima aku harus pintar! Harus mempertahankan milikku! Tapi bagaimana mau mempertahankan jika bayangan kebersamaan mereka acap muncul. Hilangkan! Hilangkan Sashi ...! Bersikaplah biasa! Dan juga ... kata mima aku harus sering berhubungan intim. Kak Aric biasa saja tuh walau kami jarang melakukan itu, tidak pernah meminta! Apa aku yang harus meminta duluan? Tentu saja jangan, seperti wanita murahan saja! Tapi kak Aric kan suamiku ... hmm ... bagaimana yaa??"
Sashi kaget tatkala sadar dari lamunannya Shiza sudah tidak ada dalam dekapannya. "Shizaa? Kaakkkk! Ehh ...."
"Apa? Bingung bagaimana Shiza bisa pindah ke box bayinya?" Lelaki itu berdiri di sisi box Shiza dan menatap lekat Sashi.
"Ikut aku, Sash ...!" ucap Aric lagi. Sashi mengikuti langkah Aric yang mengajaknya duduk di sofa. "Apa kamu ada masalah, hem? Kalau kamu ada masalah jangan dipendam sendiri, ceritakan padaku!" lirih kata itu terucap. Sashi menggeleng.
Jemari kekar itu menarik pinggang Sashi hingga mereka duduk sangat dekat. "Ka-kak?"
"Kenapa? Kita seperti sedang bermusuhan jika duduk berjauhan seperti tadi!" Sashi menunduk, belum sanggup menatap mata yang terus menguliti wajahnya itu. "Kakak perhatikan kamu terus melamun sejak semalam. Apa ada hal yang mengusikmu?" Jemari itu menyapu pipi Sashi. Sashi lagi-lagi menggeleng, tidak mungkin jika ia mengucapkan telah tau hubungan Aric dan Aruna.
Aric menempelkan kening itu. "Jangan pernah tutupi apapun dariku, oke!" Sashi mengangguk. Berada begitu dekat dengan Aric membuat otak kecil itu tiba-tiba teringat anjuran mima untuk sering berhubungan.
"Kak, ada yang mau aku tanyakan." Seketika kata itu terucap.
"Apa?" Aric memberi jarak keningnya dan menatap wajah Sashi.
"A-pa Ka-kak ... tidak masalah kita ja-rang berhu-bungan-----
"Hemm?" Aric berusaha menerka kata yang tiba-tiba diputus Sashi.
"Lupakan! Tidak jadi, Ka-k!" Sashi merasa menyesal menanyakan hal semacam itu. "Bodoh sekali kau Sashi ...!" batinnya.
Baru saja Sashi hendak mengangkat tubuh ingin keluar kamar, jemari itu menarik lengan Sashi hingga raganya terjatuh di pangkuan Aric.
"Ka-kak?"
"Jangan pergi! Ayo lanjutkan ucapanmu yang tadi!" bisik Aric di telinga Sashi. Sangat dekat ... hingga hembusan napas itu terasa. Agaknya Aric telah tau maksud ucapan Sashi.
"Bukan! Bukan apa-apa, Kak. Maaf aku mau lihat bibik menyiapkan sarapan dulu ya, Kak. Permisi!" Berusaha beranjak tapi lengan kelar Aric mengunci kuat pinggangnya.
"Mau ke-mana? Katakan! Apa yang sebenarnya mau kamu ucapkan tadi, hah? Apa mungkin ... kamu ingin membicarakan perihal hubungan in-tim? Apa aku tidak masalah jika ja-rang melakukannya denganmu? Be-nar itukah maksud ucapanmu, hem?" Aric senang menggoda Sashi. Bibir itu nyaris bersentuh pelipis Sashi dengan tangan terus menyapu bahu gadis kecil yang beranjak dewasa itu.
"Ka-kak ... a-ku hanya ber-can-da ta-di!" Kalimat itu berat, desiran sudah memenuhi aliran darah Sashi.
"Jangan berkilah! Katakan saja iya dan aku senang kamu memikirkan kebutuhanku!" Alis itu terangkat, Aric sangat berharap mendengar jawaban 'iya' Sashi.
Sashi kembali teringat ucapan mima. "Ternyata benar, laki-laki dewasa memiliki kebutuhan melakukan itu, hahh ... bagaimana ini? Aku baru saja membangunkan singa yang tertidur!" batin Sashi.
Kata-kata mima terus menari di otak Sashi hingga jawaban itu terlontar. "I-ya benar, Ka-kk." Aric tersenyum dan dengan cepat sudah mengangkat tubuh itu.
"Kakak mau a-pa?"
"Meminta hakku!"
"Tunggu, Kak! Bahkan aku belum mandi, aku masih bau! Juga ... ini masih pagi, Kak!"
Tak menghiraukan ucap Sashi, Aric sudah membaringkan tubuh itu ke ranjang.
_________________________________________
☕Happy reading❤❤
☕Alasan pernikahan Alaric dan Aruna nanti di bab-bab selanjutnya ya😊
☕Jangan lupa like dan komen tiap babnya. Karya ini butuh support kalian my love readers😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Pipit Sopiah
lanjut lagi sashi
2022-07-22
0
InDah @uLi¥a
kbnyakan melamun kelamaan
2022-05-10
1
Eti Rahmawati
menakutkan punya pasangan berkedok malaikat
2022-05-06
1