Beberapa hari berlalu, masih musim hujan di bulan itu, malam sepulang kerja kulihat seorang wanita dan anaknya di sebuah halte. Wanita itu adalah tetanggaku, rasa empati membuatku menghentikan laju mobil, mereka sepertinya ingin pulang tapi angkot tak jua datang. Aku membuka kaca mobil dan kulambaikan jemari, wanita itu melihatku. Ia mendekat.
"Kita satu arah, ayo masuk!"
"Tidak Mas! Pakaian kami basah, nanti mobil Mas kotor." Ia berteriak agar suaranya bisa kudengar, suara kami memang kalah dengan suara derasnya hujan yang turun.
"Tidak apa-apa! Ayo cepat masuk, kasihan anakmu, Mbak!" Ia terlihat terdiam, melirik sang putri dan akhirnya mengangguk. Keduanya masuk.
"Kenapa hujan-hujan berada di sini?" Aku memulai obrolan padanya yang sejak tadi kuperhatikan canggung dan beberapa kali kuperhatikan melirikku.
"Habis dari apotek Mas, cari obat anakku."
Aku menoleh, kulihat gadis kecil itu menatap ke arahku, terus menatapku dalam diam, aku tersenyum menghangatkan suasana, ia pun mulai tersenyum padaku.
"Sudah dapat yang dicari?" tanyaku lagi pada wanita itu.
"Sudah, Mas."
"Oh iya, kita belum berkenalan, namaku----
"Alaric, kan?" Ia menyela dengan cepat, sempat kubingung tapi aku mengangguk.
"Mas jangan heran aku tau dari mana, tidak ada yang tidak mengenal keluarga Mas, pemilik rumah terbagus di perkampungan kita."
Aku menatapnya sekilas dan mengangguk.
"Dan nama Mbak?"
"Aku Aruna, panggil Runa saja." Setelahnya ia terus menatap jendela, aku memperhatikan wajah itu, sosok yang sering terlihat terisak dan mendapat perlakukan buruk suaminya. Ingin rasanya aku bertanya mengapa suaminya selalu tega berbuat seperti itu, tapi aku urungkan, agaknya tidak baik masuk dalam kehidupan mereka. Pun aku kembali teringat pada suaminya yang beberapa waktu lalu kulihat bersama wanita.
"Padahal ia memiliki istri yang cantik dan baik, tapi masih bermain wanita di luar. Suami macam apa itu!" Aku berbicara dan berdecih dalam hati.
Aku menurunkan Aruna setelahnya di muka rumahnya dan masuk ke pelataran rumahku setelahnya. Kubuka pintu kokoh di hadapanku, senyum Sashi langsung menjadi pemandangan pertama yang kulihat. Ia yang mulai sering kuberi perhatian kecil agaknya senang, ia selalu ada kini setiap aku baru membuka pintu, wajah bahagia dan polos yang terlihat membuatku ikut tersenyum.
"Berikan tas Kakak, biar aku taruh!"
Mata itu bersih, nada suara kekanakan mulai sering kudengar dan kuhapal. Rasanya ingin tertawa setiap mendengarnya, ia bersikap seolah menjadi seorang istri, tapi ia masih sangat kecil, tidak cocok melakukan itu. Tapi aku hargai perilakunya.
"Kakak mau mandi dulu atau langsung makan?" ucapnya lagi-lagi dengan manja. Ia terus mengekor di belakangku menaiki satu-persatu anak tangga ke lantai atas.
"Aku akan mandi, kamu boleh menungguku di bawah," ucapku saat kami berada di muka kamarku.
"Kalau aku menunggu Kakak di dalam situ, boleh?" Berbinar mata itu mengucapkan tiap katanya, mata yang bersih sedang meminta padaku, ia berucap sambil jarinya menunjuk ke dalam kamarku.
"Kamu akan bosan, tidak ada hal menyenangkan di kamarku." Kuberi kata penolakan sehalus mungkin, aku masih teringat ucapan bunda Aira bahwa Sashi itu walau ceria tapi sensitif, jadi aku diminta berucap lembut atau ia akan sedih dan berasumsi sendiri dengan fikirnya.
"Aku tidak akan bosan, aku janji tidak akan mengganggu Kakak. Aku hanya ingin melihat buku-buku Kakak saja!"
Gadis kecil itu terlihat berusaha keras mencari alasan untuk sekedar masuk ke kamarku. Pun aku sebaliknya seperti biasa tak bisa menolaknya. Aku akhirnya mengangguk. Wajah bahagia menjadi pemandanganku setelahnya. Wajah polos yang bahagia tepatnya, mengapa aku jadi senang melihat senyum bahagia di wajah itu.
•
•
"Apa yang kamu lakukan seharian ini, hem?"
Aku lagi-lagi teringat ucapan Papa, komunikasi itu penting, biasakan saling bertanya dan bicara walau pertanyaan sepele sekali pun, pasangan kita akan menyukainya. Ia akan merasa dianggap dan di dengar, aku pun melontar tanya sebelum memasukkan suapan ke mulut.
"Tadi bu RT ke sini, katanya aku harus datang ke posyandu yang diadakan ibu-ibu PKK. Semua wanita hamil di RT kita akan di data, akhirnya aku datang bersama mima."
"Oh ... bagus itu. Lalu?"
"Ternyata di lingkungan kita banyak yang sedang hamil juga sepertiku, aku senang. Kami saling bercerita tentang kehamilan kami. Kakak tau rumah di sudut gang, ada wanita hamil juga di rumah itu, namanya kak Mutia, usia kandungannya 6 bulan, katanya jenis kelamin bayinya laki-laki. Ia menanyakan padaku apa jenis kelamin anakku, tapi kujawab aku tidak tau."
Sashi memang begitu adanya, ia kalau sudah bercerita kadang suka lupa berhenti, terus saja bereloteh. Hal yang mulai kuhapal sejak 2 bulan ini. Ya, sejak kami mulai sering berkomunikasi. Kulihat ia tampak memberengut saat ucapannya berakhir dan aku tau penyebab perubahan raut wajah itu.
"Besok kita akan menanyakan ke dokter apa jenis kelamin bayimu, maaf ... maksudku bayi kita. Kamu lihat sendiri kan, sejak perutmu membesar kita selalu menanyakan hal tersebut, tapi memang bayi ki-ta agaknya masih malu dan senang menyembunyikannya!" Sashi mengangguk.
"Sekarang makan yang tenang, kita bicara lagi nanti!" Aku yang melihat nasi di piring Sashi baru berkurang sedikit karena sejak tadi ia terus bercerita, melontar kata dan lagi-lagi Sashi menurut.
•
•
Beberapa saat setelahnya kami sudah di kamar, di kamar Sashi tepatnya. Dua bulan ini, aku memang senang menunggu istri kecilku itu hingga ia terlelap. Aku yang merasa surprize dengan pergerakan demi pergerakan yang dilakukan bayi dalam perutnya sangat menikmati aktivitas bersapa di balik perut buncit itu. Aku akan menekan satu bagian, dan bayi yang sudah masuk bulan ke sembilan itu akan merubah posisinya dan menonjol ke sana ke mari seakan perut Sashi karet yang lentur saja. Aku senang ... sangat senang.
Aku begitu terbawa suasana setiap malamnya hingga baru kusadari aku mulai sering mencium perut buncit itu dan membiarkan Sashi memelukku hingga ia benar-benar pulas tertidur dan aku akan kembali ke kamarku.
Sejujurnya ada bayangan gadis kecil yang berlari-lari di sekitar rumah selalu menyusup dalam mimpiku, hingga dokter mengatakan bayi kami perempuan, aku baru memahami bahwa mimpi itu adalah gambaran bayi Sashi. Awalnya aku bingung mengapa aku yang bahkan bukan ayah biologisnya bisa memimpikan itu. Ya ... ternyata rasa cinta pada bayi itu telah tumbuh. Itulah sebabnya.
Beberapa hari setelahnya adalah jadwal cek kandungan. Hari itu kuminta Ojo mengantar Sashi ke kantor agar kami tidak terlalu malam menemui dokter. Di perjalanan Sashi terus bercerita memiliki teman baru, Ciara namanya. Ya, dia adalah putri Aruna. Sashi yang baik dan merasa kesepian bertemu Aruna setelah acara posyandu bulanan. Menurut cerita Sashi, mereka tak sengaja bertemu saat Sashi mampir ke sebuah toko ingin membeli sesuatu. Ia melihat Aruna memarahi putrinya yang merengek minta es krim. Hati Sashi yang lembut terenyuh, ia yang juga sering mendengar perlakuan buruk yang suami Aruna lakukan iba pada dua sosok di hadapannya. Ia membeli beberapa es krim pada putri Aruna dan gadis kecil itu langsung tersenyum dan memeluk Sashi. Sashi senang serasa memiliki adik katanya. Ia meminta izin Aruna agar membiarkan gadis kecil bernama Ciara itu main ke rumah kami setelahnya.
Wajah Sashi terus kulihat semringah menceritakan teman kecilnya yang sudah kukenal juga. Sashi menceritakan bahwa Ciara senang memutari rumah kami, ingin punya rumah seperti rumah kami katanya. Satu hal lagi yang membuat Sashi tertawa adalah saat Ciara terus menunjuk foto di ruang keluarga kami dan mengatakan ingin punya ayah sepertiku. Sashi berkata pada Ciara dengan polosnya. "Itu suami Kakak, tidak bisa jadi ayahmu, Sayang. Karena kamu sudah kakak anggap adik, kakak akan minta suami kakak menganggapmu adiknya juga, oke?"
Sashi terus tertawa setelahnya, katanya Ciara langsung keluar rumah sambil menangis.
__________________________________________
☕Happy reading😊
☕Besok masih POV Aric
☕OTW Mas Dimas🙏🙏
☕Makasih supportnya selalu, seneng banget. Like, komen dan hadiah yang kalian kirim semoga dibalas kebaikan yang banyak dari arah lain. aamiin😘😘
BIG LOVE AND HUG ALWAYS❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
InDah @uLi¥a
dasar arick oon😟
2022-05-10
0
Eti Rahmawati
lah kamu apaan ric
2022-05-09
0
Srimurni Murni
Ariq anak sashi itu darah daging mu juga anak adikmu
2022-04-29
0