Matahari tepat di atas kepala saat wanita berhijab keluar dari Mini market dengan menggendong bayi mungil yang terus mengusel-usel ke dadanya kehausan.
Ia adalah Sashi, Sashi memang memutuskan berhijab setelah melahirkan jika keluar dari rumah. Setengah dari keinginan dirinya, setengah lagi keinginan ayahnya. Lutfi yang memang tokoh agama memberi pengarahan Sashi bahwa wanita memiliki kewajiban menutup auratnya, hal yang dulu sering ia ucapkan saat Sashi masih sekolah namun Sashi belum bisa realisasikan dan berkilah akan berhijab jika hatinya siap.
Setelah Lutfi menjelaskan bahwa ada 3 pria yang akan terseret dosa dari seorang wanita diantaranya, ayah, suami dan kakak laki-laki, hati Sashi merasa takut. Ia yang tak ingin memberi beban dan menambah hisab buruk orang-orang tercintanya akhirnya menurut. Ya, walau jika di dalam rumah pakaiannya masih suka-suka, tapi saat melewati gerbang Sashi sudah berubah menjadi wanita muslimah.
Sashi menoleh ke belakang, tampak mang Ojo membawa 2 kantong belanja besar berisi kebutuhan rumah dan buah-buahan berjalan mengikutinya.
"Mang, aku mau burger dan cola di stand itu. Mamang tolong belikan, ya! Aku mau menyusui Shiza di mobil, Shiza sudah haus," ucap Sashi.
"Mbak Sash, ma-af ... kata pak Aric mbak Sashi tidak boleh minum minuman bersoda, tidak baik untuk si kecil Shiza!"
"Please, Mang, aku janji cuma minum sedikit saja, kok. Aku sedang ingin minum Cola." Wajah itu memelas.
"Ma-af tidak bisa, Mbak!"
"Mangg .... Nanti saya kasih bonus deh!"
"Maaf tidak bisa!"
"Ahh Mamang nggak asik! Ya sudah es teh manis saja! Cepat jangan lama-lama ya, Mang!" Sashi memberengut masuk ke mobil.
Ea ... Ma Ma Maa ...
Wajah Shiza mulai meringis dengan keringat membasahi seluruh wajah. Ia terus bergerak-gerak dalam gendongan Sashi.
"Sabar Sayang ...!" Sashi menyamankan duduknya, memakai celemek menyusui baru memberi penyegar dahaga Shiza. Bayi mungil itu langsung terdiam. Sashi mengatur pendingin mobil, menyikap celemek ingin melihat wajah menggemaskan itu. Ya, karena memang tidak ada siapa pun dalam mobil Sashi membuka sedikit celemek hingga wajah Shiza terlihat. Sashi membuka turban yang menutupi kepala Shiza setelahnya dan menyapu keringat yang membasahi wajah dan kepala Shiza.
Shiza melepas puncak asi itu, mata bulat itu terus menatap Sashi. "Apa Sayang ... enak, cudah nggak haus lagi anak Mami, hem ...?" Shiza tersenyum baru kemudian meraih kembali puncak asi Sashi. Sashi menepuk-tepuk punggung Shiza hingga tak lama bayi mungil itu sudah terbuai mimpi. Ia selesai merapikan pakaian bersamaan pintu diketuk dari arah luar oleh Ojo.
Jendela dibuka Sashi. "Masuk Mang! oh ya mana burger aku?" ucap Sashi seketika.
Sebuah paper bag disodorkan Ojo, baru setelahnya ia masuk ke kursi kemudi. "Kita langsung pulang kan, Mbak?" tanya Ojo. Sashi mengangguk sembari menggigit burger ukuran jumbo itu ke mulutnya.
Burger itu hampir habis saat ponsel Sashi berdering. Wajah Aric muncul dalam panggilan video.
"Assalamu'alaikum, Ka-k ...!"
"Wa'alaikumsalam, Sayang. Bagaimana jadi belanja hari ini?"
"Jadi, Kak," jawab Sashi sambil mengunyah.
"Lagi makan apa sih, kayaknya enak? Mana Shiza?" ujar Aric di seberang telepon.
"Makan burger, Kak." Kamera ponsel itu sudah mengarah pada aktivitasnya yang sedang mengunyah dengan tangan memegang potongan kecil burger yang hampir habis.
"Wahh ... Mami sangat lahap. Aku belum lihat Shiza!"
Diarahkan kamera kini pada bayi 6 bulan yang tampak tertidur di jok mobil. Sashi memang meletakkan Shiza setelah memastikan putrinya itu benar-benar pulas. Sashi mengarahkan kembali kamera pada wajahnya setelahnya.
"Apa Shiza tadi rewel saat di Mall?"
"Tidak," jawab Sashi menyesap es teh manis kini.
"Minuman apa itu?"
"Es teh, Kak!"
"Sungguh? Coba lihat!"
"I-ni!" Layar ponsel itu tampak full dengan gambar es teh manis dalam gelas plastik karena Sashi menyoroti sangat dekat gelas itu. "Sudah lihat, kan? Puas Papa Shiza yang cerewet!" Bibir mungil itu mengerucut ke depan. Aric terus tersenyum melihat wajah Sashi dari layar 6 incinya.
"Jangan manyun begitu! Senyumlah!"
"Aku tidak mau senyum pada Kakak!"
"Ayolah Sash!!"
"Senyumku tidak gratis!"
"Apa yang harus kulakukan?"
Setelah berfikir benerapa saat Sashi mendapat jawaban pintar. "Kakak tidak perlu bertanya apa pun! Bahkan aku tidak yakin Kakak akan memenuhinya!"
"Aku akan memenuhinya!"
"Bohong!"
"Katakan mau apa?"
"Hmm ... aku mau Kakak tidak pulang terlambat malam ini!" Aric seketika terdiam. Raut wajah itu berubah 180°.
"Sudah kuduga Kakak tidak bisa mengabulkan inginku!"
"Aku ada urusan. Mintalah yang lain, Sayang!"
"Aku tidak mau yang lain!"
"Seperti biasa setelah subuh aku akan menemanimu, hem?"
"Aku mau Kakak di rumah malam ini atau aku tidak akan senyum pada Kakak lagi!"
"Sash ...!"
"Jangan coba merayu! Aku marah pada Kakak!" Sashi mematikan dan melempar ponselnya ke dalam tas. Ia marah, juga sedih! Merasa Aric memiliki banyak rahasia yang tidak ia tau, bahkan ada wanita lain pula. Sashi yang gusar terus bergeming menatap nanar ke luar jendela. Ia mengambil ponsel setelahnya. Mencari satu nama dalam kontak yang selalu bisa mengubah mood buruknya. Belum lagi sampai pada huruf M untuk Mima, netra itu menangkap nama seseorang. Bagas!
"Hanya mas Bagas satu-satunya orang yang mengetahui hubungan Kak Aric dan mbak Aruna. Entah alasan kak Aric sibuk itu sesungguhnya apa, tapi aku tak menemukan tanda-tanda perselingkuhan. Chatnya bersih, pakaian kak Aric juga tidak pernah ada noda lipstic. Kak Aric juga mengatakan mencintaiku. Siapa sebenarnya yang salah? Apa mas Bagas hanya mempermainkanku? Aku harus menghubungi mas Bagas!"
Tak menunggu lama tombol hijau langsung ditekan Sashi. Foto Bagas terpampang jelas di sana.
"Maaf siapa ini?" jawab Bagas.
"Aku Sashi."
"Haii mbak Sashi, akhirnya Mbak menghubungi saya. Hemm ... kenapa cara berpikir Mbak begitu lambat? Oh ya, sampai lupa ... bahkan otak kecil itu pasti belum terbentuk sempurna!"
"Mas Bagas jangan kurang ajar! Mas Bagas sedang berbicara dengan seorang ibu!"
"Haa ... mbak Sashi ... mbak Sashi. Gadis kecil yang terpaksa menjadi ibu agaknya lebih cocok untuk sebutan Mbak," ejek Bagas. Bagas tampak di atas angin menyadari Sashi menghubungi pasti untuk meminta bantuannya.
"Sebaiknya sudahi ucapan tidak berguna Mas Bagas atau saya tidak ragu melaporkan Mas Bagas atas tuduhan penghinaan!"
"Haa ... oke ... oke, maaf mbak Sashi. Oke langsung saja ada perlu apa mbak Sashi mencari saya?" Mendengar akan dilaporkan Bagas agak takut padahal Sashi hanya menggeretak tidak benar-benar tau perihal lapor-melapor.
"Katakan di mana rumah mantan istri mas Bagas sekarang?" lugas Sashi sambil menyapu paha Shiza yang mulai bergerak tak tenang.
"Begitu pentingkah alamat itu?"
"Tentu saja. Saya akan memastikan sendiri informasi yang mas Bagas beri, karena jujur saya mulai curiga semua hanya akalan mas Bagas untuk menghancurkan rumah tangga saya!" Sashi sungguh pemberani. Berpura-pura berani tepatnya. Ia berkali meremas tepi kemeja menguatkan dirinya.
"Hoo ... ayam kecil mulai menjelma menjadi rubah! Oke akan saya beritahu tapi sebuah informasi tentunya tidak gratis." Sashi gusar, laki-laki itu ternyata pemeras. Sashi melihat tampilan wajah Ojo sang supir dari kaca spion mobilnya. Lelaki itu ikut menyimak pembicaraannya.
"Mas Bagas ingin memeras saya rupanya!"
"Terserah apa namanya, tapi saya butuh makan! Saya juga tidak rugi kalau mbak Sashi urung mencari informasi dari saya. Tapi mbak Sashi selamanya akan hidup dalam kecurigaan!"
"Berikan nomer rekening Mas Bagas dan kirim alamat mbak Aruna!" Sashi yang merasa hanya Bagaslah sumber informasinya akhirnya setuju.
"Hoo ... oke, oke!" Tak berselang lama Sashi menutup panggilan dan menekan tombol-tombol dalam layar ponselnya.
Sebuah chat masuk, Sashi menatap alamat yang diberi Bagas. "Perumahan Green Village? Bukankah itu perumahan tak jauh dari rumahku? Aku harus ke sana sekarang juga!"
"Mang ... bawa saya ke alamat ini!"
"Alamat siapa ini, Mbak?"
"Mang Ojo tidak perlu banyak tanya!"
"Ta-pi, Mba-k?
"Mang Ojo mau saya pecat?"
"Ti-dak! Ja-ngan, Mbak! Baik ... baik! Saya akan bawa mbak ke alamat itu."
_________________________________________
☕Ternyata baru besok ketemu Arunanya😄
☕Happy reading❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Alriani Hespiapi
wah seru nih bakal perang ke dua
2022-07-23
0
Pipit Sopiah
aduhhh harap2 cemas bacanya 🤦♀️
2022-07-22
0
InDah @uLi¥a
duh q berasa jd detectif ikutan kepoo ,lanjut sash
2022-05-10
0