"Mimaa ...!"
"Sayangku Sashi ada apa? Suaramu serak, kamu pasti habis menangis. Apa yang membuatmu menangis dan menghubungi Mima di pagi buta seperti ini, Nak?"
Ialah Mima wanita penjaga Sashi, selain Aira ibu kandung Sashi tentunya. Pukul 02:20 saat itu mata Sashi tak jua bisa terpejam. Otaknya terus dipenuhi hal apa yang harus ia lakukan setelah mengetahui kebenaran tentang penghianatan Aric.
Perlahan nyaris tak bersuara Sashi memutuskan turun dari ranjang, keluar kamar dan beralih ke lantai bawah. Di samping sebuah sofa panjang Sashi menjatuhkan tubuhnya bersapa lantai. Berbagai pelik di otaknya harus ia keluarkan, dan kepada siapa lagi tempat ternyamannya kalau bukan pada wanita paruh baya yang telah mengurus Sashi sejak kecil dan selalu ada hingga Sashi beranjak dewasa seperti sekarang. Mima!
Bulir tangis yang ia keluarkan sungguh hanya bantal yang menopang wajahnya yang tau. Tangis yang menyisakan serak suaranya selalu mampu ditangkap Mima. Mima menyadari gadis yang terpaksa menjadi dewasa itu sedang dirundung pilu. Gadisnya tidak sedang baik-baik saja! Ia pun mencecar Sashi dengan tanyanya.
Setelah terdiam menetralkan sesak, Sashi mulai menjawab tanya Mima. "Mima ... Kak Aric telah menyakitiku! Ia nyatanya memiliki wanita lain di belakangku ...! Aku benci kak Aric! Aku ingin bercerai!"
Walau telah memiliki buah hati, Sashi tetaplah gadis 19 tahun yang dipenuhi gejolak emosi dan kelabilan sikap. Seketika ia mengucapkan hal yang ada di kepalanya.
"Astagfirullah ... kata-kata apa itu, Sayang! Bercerai itu tidak dianjurkan dalam agama kita! Masalah apa yang kamu hadapi sebetulnya? Kesalahan apa yang Aric lakukan? Bukankah suamimu itu kini sangat menyayangimu, Nak?"
Mima memang saksi perubahan Aric. Ia ikut bersama Sashi saat Aric menjemput Sashi dari rumah orang tuanya setelah berbagai prosesi pemakaman Kaysan dilakukan. Prosesi dimana Sashi dan keluarganya tak boleh menampakkan diri, sungguh membuat hati Sashi semakin terpuruk. Ia sangat sedih tak bisa melihat ayah biologis dari janinnya untuk terakhir kali. Ya, keluarga Aric yang cukup terpandang tak ingin kehadiran Sashi yang sedang mabuk parah akibat kehamilannya mengacaukan prosesi yang terjadi, belum lagi emosi Sashi yang masih belum stabil.
Saat itu Sashi meminta Aric untuk membiarkan Mima ikut bersamanya pindah ke rumah Tangerang. Aric yang sebetulnya pribadi lembut dan penyayang mengiyakan ingin Sashi. Di dalam rumah itu Mima selalu menguatkan Sashi untuk bersabar menghadapi Aric, hingga berbagai peristiwa terjadi dan hati lelaki itu luluh.
"Sash ... kenapa diam, Sayang? Keluarkan gundahmu! Apa yang diperbuat Aric padamu?" Tak mendengar jawaban Sashi, Mima mengulang tanyanya.
Sashi yang terbawa angannya saat melihat foto pernikahan dirinya dan Aric di ruang keluarga lupa ada seorang wanita yang menunggu jawab dan sedang ia ajak berbincang di telepon. Pun ia memfokuskan diri dan mengingat-ingat lagi segala perilaku Aric di belakangnya baru ia berucap.
"Kak Aric memiliki wanita lain, Mima! Kak Aric jahat, tega padaku! Kata-kata cintanya dusta! Perilakunya kemunafikan! Aku benci kak Aric! Dia sangat pandai bersandiwara, bahkan menurut seseorang yang memberi informasi padaku kak Aric katanya sudah menikah dengan wanita itu! Mima tau siapa dia? Dia adalah mbak Aruna! Mima masih ingat 'kan wanita itu? Andai aku mendengar ucapanmu, apa katamu saat itu .... 'Sashi, jangan sering membawa wanita lain ke rumah, sebaik apa pun ia!' Hahh ... Mima memang tau segalanya. Kini ia sudah mencuri suamiku, aku harus bagaimana, Mima? Aku memang wanita yang bodoh! Aku jadi ingat kak Aric pernah mengatakan jika aku hanya seorang gadis kecil! Sebal .... Sebal, Mima!"
Begitulah Sashi saat sedang kesal, terus bicara mengeluarkan seluruh apa yang muncul di otaknya. Ia bertanya dan menjawabnya sendiri. Ia terus bicara tanpa henti hingga ia merasa lelah dan diam setelahnya.
"Sayang ... kamu masih di sana, kan?" tanya Mima tak mendengar suara Sashi lagi.
"Masih, Mima!"
"Sudah lebih plong bukan setelah mengeluarkan seluruh gundahmu?"
"Sedikit. Tapi tetap saja ada wanita lain di hati kak Aric!" gusar itu masih terdengar jelas.
"Apa yang membuatmu begitu yakin? Bukan tidak mungkin 'kan, jika wanita itu yang terus mendekati Aric namun Aric sebetulnya tak menyukainya. Bukankah kamu tidak melihat keduanya bermesraan secara langsung?"
"Tidak sih. Tapi foto-foto itu cukup menjelaskan segalanya!" Suara menggebu itu kini berubah lirih, tampak Sashi pasrah dan hilang asa dan cita dalam membangun mahligai rumah tangganya.
"Sekarang jawab Mima! Di mana suamimu sekarang?"
"Tidur dengan Shiza."
"Di rumah wanita itu?"
"Tentu tidak Mima! Kak Aric ada di kamarku! Di rumah kami!" nada suara itu meninggi.
"Suamimu ingat pulang ke rumahmu, itu artinya tetap kamu Sayang nomer satu di hatinya!"
"Aku tidak percaya!"
"Kenapa?"
"Karena esok akan ada alasan kak Aric pulang terlambat. Dan itu pasti ke rumah mbak Aruna, wanita pencuri!"
"Kalau begitu ... buat suamimu tidak pulang terlambat!"
"Maksud Mima?"
"Jemput ia di kantornya, buat ia menghabiskan waktu bersamamu dan Shiza hingga ia lupa pada wanita itu!"
"Hahh ... kenapa aku tak pernah terfikir hal-hal seperti itu. Mima memang tau segalanya! Itu rencana super, Mima! Oke siap aku akan lakukan apa yang Mima katakan!" raut pilu itu seketika berubah menjadi sebuah semangat baru.
"Boleh Mima menanyakan hal sensitif padamu, Sayang!"
"Katakan Mima!"
"Bagaimana hubungan intimmu dengan Aric? Apa kalian rutin melakukannya?"
"Mima mengapa bertanya itu! Aku jadi malu!"
"Kenapa malu, kamu seorang istri, seorang ibu! Yahh walau usiamu masih muda, tapi jangan jadikan hal seperti ini tabu, Sayang .... Karena kamu memang sudah menikah! Kamu wanita dewasa kini, dan semua wanita dewasa biasa membicarakan itu!"
"Aku tidak paham maksud Mima ...."
"Oke, hemm ... berapa kali dalam sebulan kalian berhubungan intim?" lugas Mima bicara pada Sashi.
"Hmm ... dua sampai tiga kali, Mima!"
"Ha-nya dua sampai ti-ga ka-li? Kamu yakin, Nak?" kaget Mima.
"Aku letih mengurus Shiza, Mima. Jadi aku sering mengantuk! Oh ya, apa maksud Mima menanyakan itu?"
"Sayang ... itu tidak benar, Sashi! Sekarang Mima mulai paham mengapa Aric merasa nyaman menemui wanita itu!"
"Apa maksud Mima?" Sashi semakin dibuat bingung.
"Layani Aric minimal seminggu 2 kali! Harus! Semakin sering semakin bagus! Pakai gaun terbaik dan terseksi saat di kamar bersama. Sampai sini paham?"
"Tapi aku malu, Mima ...!"
"Malu itu jika menampakkan kecantikan di depan lelaki lain, tapi di depan lelaki yang menjadi suamimu, semua itu baik, Sayang!"
"Ta-pi Mima?"
"Berhenti berkata tapi jika ingin suamimu kembali padamu, Nak!"
"Tapi setelah aku tau kebenaran ini, bahkan menatap kak Aric aku merasa jijik!"
"Husss ... jangan begitu! Dia suamimu. Kalau kamu pupuk perasaan seperti itu, yang ada hubungan kalian akan semakin jauh. Ingat Shiza membutuhkan papanya! Pun kamu juga masih muda, status janda itu jangan sampai melekat padamu. Juga Pak Latif dan Ibu Aira ... coba fikirkan perasaan mereka jika tau hal ini."
Sashi terdiam mencerna kata-kata Mima, hingga kepalanya spontan mengangguk membenarkan ucapan Mima.
"Sashi masih mendengarkan Mima, bukan?" tanya Mima.
"Iya Mima."
"Pertahankan yang memang milikmu! Jangan sampai wanita itu merasa menang dan tertawa setelah mengambil sesuatu milik orang lain!"
"Bagaimana aku sebaiknya bersikap terhadap kak Aric?"
"Berpura-puralah bodoh dan tidak mengetahui segalanya. Buat ia bertekuk lutut padamu hingga ia menceraikan wanita itu dengan sendirinya, gunakan cara pintar, Sayang!"
"Rasanya aku ingin menjambak rambut mbak Aruna! Tega ia melakukan ini semua padaku!"
"Tahan! Jangan lakukan! Hmm ... Oke, mulai saat ini ikuti saran Mima! Yang pertama seperti yang Mima sampaikan padamu tadi ... perbaiki hubungan intim kalian! Selanjutnya, Mima akan memberitahu langkah apa yang harus kamu lakukan!"
"Ba-ik Mima."
"Sash ...."
"Iya?"
"Apa kamu menyimpan nomer telepon orang yang memberitahu hubungan Aric dan wanita bernama Aruna itu?"
"Mas Bagas ... hemm ... I-ni! Di balik foto ada nomer telepon mas Bagas, Mima!"
"Save nomer itu dan sekarang tidurlah dengan tenang dan jadilah pribadi lebih tegar dan dewasa esok hari! Kamu mengerti?"
"I-ya!"
"Mima sayang Sashi!"
_________________________________________
☕Happy reading❤❤
☕Jangan lupa dukungannya guys, harus komen dan like😄😄😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Rahma Putri
kalau aku tiada maaf untuk penghianatan mending cerai pasti ada jodoh terbaik yg disiapkan Alloh
2024-05-24
0
tania wijaya
klo prinsip ku dr awal aku dah bilng ama suami ku.kita ini nikah atas dasar pilihan kita dan jika suatu saat suami ku sampai khianatin ku lbh baik bilng klo dia pny cewek laen dan saat tu jg aku langsng lepasin suami ku.krn klo laki dah pny cewek laen berarti dia udh g maw sama kita.itu prinsip ku.dr pd laki kita maen di belakang kita mending ngomong ke kita
2022-08-24
0
Pipit Sopiah
di lanjut lagi
2022-07-22
0