Berbagi Cinta : TETANGGAKU TERNYATA MADUKU
Rembulan semakin meninggi, Sashi menatap pantulan ciptaan Tuhan yang begitu indah tersebut dari kolam ikan tepat di bawah balkon kamarnya. Dingin malam agaknya sama seperti malam-malam sebelumnya, tapi tidak dirasa Sashi, semua seakan berbeda saat sapuan angin itu menyentuh kulitnya. Seolah tajam dan menusuk hingga pori terdalam. Ya … hal tersebut telah dirasa Sashi selama 5 bulan ini.
Lima bulan ini memang Aric sang suami kerap pulang terlambat, dini hari bahkan. Berbagai alasan dilontar menjadi alasan, pengecekan bahan yang baru tiba, pertemuan dengan rekan bisnis, mengatasi truk pengangkut kayu yang tertahan polisi, bertemu rekan lama, juga yang beberapa hari lalu diucap adalah mobilnya mogok dan tak memperoleh bengkel.
Sashi memang bodoh … memilih menjadi bodoh tepatnya. Ia lebih memilih mempercayai Aric ketimbang meragukan cinta pria itu. Bagaimana tidak, bahkan waktu telah merubah lelakinya. Aric yang dingin perlahan berubah menjadi hangat. Cinta yang tak pernah ada, kini tampak jelas rasa itu. Hanya satu yang ia benarkan, lelakinya sering pulang terlambat!
Hati itu bergemuruh, setelah sore tadi seorang pria datang, dia yang tak asing dan pernah tinggal tak jauh dari rumahnya mengatakan hal macam-macam mengenai suaminya …
Flashback
"Mbak … ada pak Bagas di luar?" Sumi sang ART menghampiri dengan tergopoh.
Sashi bangkit dari duduknya sambil meraih Shiza bayi mungil berusia 6 bulan dalam dekapnya. Ia turun ke lantai bawah menuju tempat sang tamu menunggunya.
Dilihat lelaki seusia suaminya yang seketika berdiri menangkap kehadirannya. Dianggukkan kepalanya ke arah Sashi sebagai salam penghormatan. Sashi membalas anggukan itu. Mereka duduk.
"Mas suaminya mbak Aruna, kan?" lontar Sashi dengan sebelah bibir terangkat. Lelaki itu pernah menjadi tetangganya dan Sashi tahu betul ia sering berbuat kasar pada istrinya. Hal itu yang membuat raut tidak suka Sashi.
Lelaki itu mengangguk.
"Bagaimana kabar mbak Aruna? Dan ada apa Mas ke sini?" tanya Sashi lagi datar.
"Kami sudah bercerai, Mbak. Aruna sekarang tinggal di rumah megah, hidupnya sudah berubah, sudah menikah lagi dengan pria kaya!" ujarnya.
"Oh, alhamdulillah kalau begitu, saya ikut senang. Mas sendiri ada perlu apa ingin bertemu saya?" ucap Sashi sembari membetulkan posisi Shiza yang tampak sibuk memasukkan mainan plastik ke mulutnya.
"Begini Mbak … kedatangan saya kesini untuk memberitahu mengenai suami baru Runa."
"Apa hubungannya dengan saya? Mengetahui mbak Runa sudah bahagia dan jauh dari lelaki kasar seperti Mas itu cukup untuk saya. Siapa suaminya, saya rasa itu bukan urusan saya," lugas Sashi.
"Tidak Mbak. Semua juga urusan Mbak! Menyangkut rumah tangga Mbak!" Alis itu terangkat. Sashi semakin tidak paham dengan yang diucapkan Bagas.
"Tolong jelaskan dengan jelas, saya tidak suka menerka!" Walau hatinya tidak suka dengan lelaki di hadapannya, juga dengan hal yang disampaikan. Tapi kata 'rumah tangga mbak', membuat rasa penasaran itu muncul.
"Pak A-ric, ayah anak Mba-k i-tu … ia diam-diam telah bermain di belakang Mbak! Ia telah menikah lagi dengan Aruna!"
Mata Sashi terbelalak. "Mas jangan asal bicara, ya! Saya bisa melaporkan Mas pada polisi atas tuduhan Mas yang tidak mendasar pada suami saya!" Wajah Sashi gusar, ia sungguh tidak menyangka lelaki yang pernah bertetangga dengannya dan sering dibantu hidupnya itu kini menuduh suaminya dengan hal yang menjijikan.
"Saya sungguh-sungguh dan tidak mengada-ada, Mbak!"
"Kalau semua yang ingin disampaikan sudah selesai. Mas bisa pergi dari rumah saya!"
"Mbak … mbak harus percaya saya!" Wajah itu memelas, Bagas berusaha keras meyakinkan Sashi.
"Percaya pada Mas? Apa saya tidak salah dengar? Pria tukang mabuk, tidak bertanggung jawab pada keluarga dan sering menyakiti fisik istri serta anaknya?" Melihat nada keras Sashi, Shiza menangis. Sashi langsung berteriak memanggil seseorang.
"Bik Sumii …!"
"Iya, Mbak?"
"Tolong tenangkan Shiza di kamar, Bik." Tak berselang lama ART dengan bayi mungil Sashi tak terlihat.
Bagas yang sejak tadi menahan bicara kembali bersuara. "Mbak … Mbak Sashi harus mendengar saya. I-ni … ini bukti perselingkuhan Pak Aric dan Aruna. Mbak bisa melihat dan menyimpulkan sendiri apakah perkataan saya dusta atau justru sebaliknya!"
Tangan lelaki dengan amplop coklat itu terjulur ke arah Sashi namun tak ditanggapi. Sashi membuang wajah. Ada rasa takut di sana! Takut semua ucapan Bagas benar! Mengenai Aric yang telah berubah dan bisa mencintainya, nyatanya memiliki wanita lain selain dirinya.
"Tidak … aku harus percaya pada Kak Aric!" batin Sashi.
"Pergi! Saya tidak mau melihat bukti apapun! Suami saya pria setia! Mas Bagas bersikap ini karena iri dengan keluarga kami, kan?" tegas Sashi dengan mata membulat dan rahang mengeras. Ia marah!
"Bukan aku yang iri pada hidup kalian! Tapi Runa! Mantan istriku itu tergila-gila pada suami Mbak!"
"Diam! Keluar!" Tangan dengan telunjuk mengacung menandakan kata-kata Bagas sudah sangat keterlaluan dan Sashi tak suka mendengarnya.
Bagas keluar dengan cepat, tapi ia tak membawa amplop coklat itu. Ia meninggalkannya! Amplop coklat berisi bukti kebersamaan Aric dan Aruna sengaja ia tinggal di atas meja itu!
_______________
Raga itu masih bergeming berdiri di balkon kamarnya, sengatan angin malam yang semakin sarkas menembus kulit tak ia hiraukan. Ia mematung menatap amplop coklat yang tergeletak di meja. "Haruskah aku membukanya?" bisik hati itu.
Netra itu terpejam, menimbang seksama. Hingga akhirnya ia menarik nafas panjang dan membuangnya.
"Aku akan membuka amplop itu! Ya, aku yakin akan kesetiaan kak Aric, aku tidak boleh takut! Pasti ini hanya rencana Bagas yang iri dengan kak Aric!" batin Sashi.
Mengucap Basmalah Sashi perlahan membuka amplop itu. Tak berselang lama amplop terbuka. Tangannya meraba lembaran-lembaran seperti foto dalam amplop itu. Hati itu lagi-lagi berdesir takut. Tapi segera ia enyahkan. Ia angkat beberapa lembar foto dalam genggamannya dan tampillah wajah-wajah itu.
Sashi memundurkan tubuh, langkahnya gontai. Ia mencari sandaran hingga tubuhnya membentur sofa, ia mendaratkan tubuhnya di sofa. Dada itu sesak!
"Mengapa ada foto-foto ini? Mungkinkah yang diucapkan Bagas benar?"
Kembali ia lihat foto-foto dalam genggaman tangannya. Ada saat Aric mencium pipi Aruna, makan malam bersama Aruna, berbelanja di Mall, juga foto saat Aruna mencium tangan Aric di depan sebuah rumah minimalis dengan gambaran langit gelap menandakan foto itu diambil malam hari.
Sashi masih terdiam, ia mengingat peristiwa demi peristiwa yang terjadi belakangan dengan Aric maupun Aruna. Hati itu sakit, Aruna yang tinggal tak jauh dari rumahnya memang kerap Sashi tolong, ia seperti kakak untuk Sashi. Tapi sungguh tak terfikir di otaknya jika Aric dan Aruna menjalin hubungan. "Tunggu …!"
Sashi teringat sesuatu. Ia mengangkat tubuh dan berdiri di tepi balkon, tempat dimana suaminya sering menghabiskan waktu berjam-jam menyendiri saat dulu hubungan mereka masih renggang.
"Ahh … ternyata benar! Berdiri dari balkon ini rumah lama mbak Aruna terpampang jelas, kursi di terasnya yang tertutup pagar dari luar dan etalase jualannya di muka rumah juga terlihat. Mungkinkah sudah sejak lama kak Aric diam-diam memperhatikan mbak Aruna. Tidak! Menurut mas Bagas mbak Aruna yang tergila-gila pada kak Aric. Pasti mbak Aruna yang sering melihat ke atas tepat ada kak Aric di balkon ini. Ahh …. Aku telah kecurian …!"
Sashi masih terus berbicara sendiri dalam diam tak menyadari seorang pria telah berdiri tepat di belakang tubuhnya. Pria itu menyusupkan tangan dan memeluk tubuh Sashi dari belakang, ia mencium ceruk leher Sashi.
"Sa-yang … kenapa belum tidur?"
______________________________________
☕Masih 1 bab yaa, bab selanjutnya masih di cek editor, jangan lupa faforit kan dulu❤❤
☕Makasih supportnya selalu😘
☕Karya ini dibuat sebab even yang sedang diadakan NT dan Bubu ikuti😯
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Soraya
mampir thor
2024-04-28
0
Shin Raecha
Yuk Thor mampir baca bareng karyaku!
Suami Tidak Tau Diri, author: Ricca Rosmalinda26
2023-02-21
0
nesya
baru baca part awal sj rasanya sdh emosi Thor.
2022-07-24
0