Dalam sebuah rumah tangga yang membuat kita merasa sakit adalah saat suami kita menduakan cinta kita dan saat dia cuwek pada kita, walo pernikahan yang terjalin adalah pernikahan dari sebuah perjodohan namun kebanyakan dari kita seorang wanita selalu mencurahkan cinta untuk suami kita dan berharap suami kita bisa menerima dan mencintai kita juga.
Sesampainya di rumah ku lihat mas Bram belum pulang karna mobilnya tidak ada. "Suamimu belum pulang Din?" tanya mas Dido yang tak melihat mobil mas Bram. "Belum mas, tadi pagi bilang sama dinda kalo dia lagi ada lembur dan pulang telat" kataku bohong pada mas Dido, karna aku tak mau dia curiga. "Ya sudah kamu masuk terus langsung istirahat" perintahnya pada ku. "Mas gak mau mampir, masuk sebentar" kataku menawarkan. "Tidak usah sudah malam, kamu istirahat aja mas langsung balik" kata mas Dido dan langsung melajukan mobilnya.
Malam itu aku menunggu mas Bram pulang, tapi sampai pukul 23.30 mas Bram masih juga belum pulang. Aku merasa ada yang aneh pada diriku, aku merasa tak enak badan seolah aku mau demam. Aku putuskan untuk tak menunggu lagi, aku masuk ke dalam kamar dan aku istirahat. Saat sudah tiba waktu subuh, aku bangun dan ku bangunkan juga mas Bram untuk sholat subuh berjama'a. Aku tak tau jam berapa mas Bram pulang semalam dan aku juga tak berani Tanya. Selesai sholat mas Bram kembali lagi ke kamarnya dan aku masak untuk sarapan.
Saat aku siap-siap untuk pergi ke butik tiba-tiba hp ku berdering dan ternyata itu dari Yulia. Dia bilang kalo pemilik mol itu tidak bisa ditemui karna dia ada kesibukan yang tidak bisa diganggu dan baru bisa ditemui kurang lebih setahun lagi bahkan bisa lebih dari itu. Aku merasa ada yang aneh, karna ingin ketemu saja kok selalu ada kendala. "1 tahun bukan waktu yang sebentar, ini sebenarnya ada apa? Kenapa sulit sekali hanya sekedar bertemu saja. Ya Allah semoga bukan hal yang buruk, dan semoga saja nanti semua urusannya jadi lancar, Amin" kataku sambil melajukan mobil menuju butik.
"Saya ingin ketemu sama desainernya" taka salah satu pelanggan yang ku dengar saat aku baru saja sampai. "Maaf bu apa ada yang bisa saya bantu? Saya desainer butik ini" kataku sopan pada pelanggan itu, yang aku merasa sedikit familiar sama posturnya yang ku lihat dari belakang itu. "Oh, jadi....ya ampun dinda?!" teriak orang itu saat melihat ku. Dan aku pun terkejud "Tante Anggel?" triakku dan langsung memeluknya. "Ya ampun aku gak nyangka ini butik mu dinda." katanya lagi dengan histeris. Dan semua mata pegawe itu melihat ke arah kami dengan bingung, karna bagi mereka Yulia lah pemilik butik ini. "Hahaha...ayo ikut dinda tante nanti dinda jelaskan" kataku sambil menarik tangan tante Anggel.
Setelah aku jelaskan dan aku tau maksud kedatangan tante Anggel, aku dan Yulia pun setuju dengan rencana tante Anggel yang ingin mengadakan fesen show dengan brend butikku dan desain-desain yang selama ini ku buat. Aku pun bekerja sama dengan tante Anggel, aku sangat bersyukur, dari satu masalah yang belum teratasi sudah ada jalan keluar yang sangat baik. Dengan bekerja sama bersama tante Anggel aku bisa menaikkan pamor butik ku dan juga pemasaran yang lebih luas lagi. "Amin ya rabb, engkau telah memberi jalan keluar yang indah dalam masalah butik ku, semoga dalam rumah tanggaku juga akan ada jalan keluar yang baik" ucapku bersyukur dengan segala pemberian rabb ku.
Setelah beberapa hari berjalan kerja sama antara aku dan tante Anggel semuanya seolah berjalan dengan sangat lancar. Butik mu mulai terkenal, pesanan yang masuk juga mulai banyak, pemasukan melebihi dari target sebelumnya. "Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah. Apa pun yang Engkau berikan kepadaku, itu adalah yang terbaik. Jika bukan untuk hari ini, aku yakin pasti untuk masa yang akan datang". Ucap syukurku yang tak henti-henti untuk Rabb ku yang selalu memberikan kemudahan dan kelancara disetiap jalan bisnisku.
Selesai pertemuanku dengan tante Anggel di sebuah hotel tempatnya menginap. Tak sengaja aku melihat mexca berjalan bergandengan dengan wanita laen. Ada rasa yang aneh dalam diriku saat melihatnya, namun dengan cepat aku menepis rasa itu karna aku telah bersuami.
"Lihat lah, setelah kau bertemu pria yang kau kenal dengan wanita laen, sekarang kau melihat suamimu sendiri juga berjalan dan bergandengan dengan wanita Laen. Kau sungguh tak beruntung ya dinda" gerutuku dalam hati yang juga melihat suamiku mas Bram sedang bergandengan dan bercanda dengan wanita laen di depan mataku sendiri.
"Mas Bram" sapa ku pada suamiku saat kami mau berpapasan. "Oh, dinda kamu ada disini" jawabnya santai. "Dia siapa sayang?" kata wanita yang ada di samping suamiku. "Oh iya dinda kenalkan dia Monica kekasihku" katanya mengenalkan wanita itu pada ku. Aku pun tersenyum kecut, dan langsung pamit pergi. Hatiku seperti tersayat-sayat dan air mataku tak bisa terbendung lagi, aku masuk ke dalam toilet dan ku tumpahkan air mataku disana, sesak dan juga nyeri rasa dadaku. Dalam isak tangisku aku justru teringat pada mexca yang selalu ada dan menghibur ku disetiap sedihku, dan itu membuat tangisku semakin pecah.
"Mbak dinda, ada even di daerah ku lusa. Ayo mbak din ikutan, nanti aku ajak jalan-jalan keliling kampung ku mbak Din. Mbak dinda pasti suka nanti keliling di daerahku, karna masih asri" kata Wati pegawe ku di butik. "Wah iya enak itu mbak, aku pernah ke daerahnya wati sejuk banget mbak, masih rimbun dan juga seger air disana karna masih alamami" Yusni menimpali. "Benarkah? Apa daerah mu masih banyak pepohonan? Emang daerah mana desa mu Wati?" tanyaku. "Ya masih asri banget mbak dan masih banyak pepohonan dan jalan setapaknya juga masih banyak, daerah pasuruan pedalaman mbak" jawabnya antusias menceritakan daerahnya pada ku.
Mendengar penjelasan Wati dan juga Yusni aku jadi punya keinginan untuk kesana sekalian liburan. "mas Bram dinda mau minta izin sama mas Bram untuk pergi ke daerah rumah pegawe dinda apa boleh mas?" tanyaku pada mas Bram begitu aku nyampek rumah. "Emangnya kamu akan pergi dengan siapa kesana?" jawabnya sambil tak menatapku dan sibuk dengan ponselnya. "Aku akan mengajak Yulia dan juga putranya, kalo mas Bram mau juga boleh ikut pasti akan lebih menyenangkan kalo pergi rame-rame" jawabku berharap. Namun langsung ditolak karna dia ingin pergi liburan sendiri dengan wanita yang dicintainya.
Pagi itu setelah aku mendapat izin dari mas Bram aku pun berangkat ke daerah Wati bersama dengan Yulia dan juga putranya Yoni. Dalam perjalanan kami banyak mendengar cerita dari Wati tentang apa saja yang ada di daerahnya itu, dan Oni yang selalu berceloteh tentang dirinya yang selalu di pukul oleh mamanya kalo gak mau makan atau gak mau mandi. Suasananya sangat ceria dan bisa sejenak membantu merilekskan pikiranku. Dan tepat pada sore hari kami sampai di daerah Wati yang memang sangat sejuk, udaranya disana sangat bersih dan dengan sekali menghirupnya bisa membuat pikiran tenang.
Kami semua bermalam di rumah Wati dan masakan ibunya sangat nikmat dan lezat. "Ibu masakan ibu enak sekali, ini sangat-sangat lezat" pujiku pada masakan bu Lasmi ibundanya Wati. "Iya bu ini lezat sekali, coba ibu buka warung pasta sangat rame pengunjung" timpal Yulia pada kata-kataku. "Oalah nak mana ada dana, modalnya sudah habis. Sejak ayah wati meninggal ibu sudah tak bisa lagi buka warung, karna ibu terlalu putus asah dulu" jawab bu Lasmi dengan nada sendu. "Jadi, dulu ibu punya warung?" tanyaku penasaran. "Iya mbak, dulu ibu buka warung makan, tapi sejak ayah meninggal jadi tidak bisa meneruskan karna Wati gak bisa masak dan ibu masih dalam masa berkabung dulu, jadi sewa tempatnya di minta dan disewakan ke orang lain" jawab Wati. Mendengar itu aku jadi memiliki pikiran untuk membantu dengan bemberinya modal dan juga lahan jualan.
Setelah berunding dengan Yulia teman ku, akhirnya aku membeli sebuah kios di perempatan jalan besar yang mau masuk ke gang rumah Wati, untuk ku berikan pada ibunda Wati buat buka warung nantinya. Dan keesokan harinya kami mendatangi event menyayi yang akan disiarkan ke radio, disana juga banyak sekali permainan dan penjual makanan, sehingga membuat Oni lari kesana-kemari dengan riang. Liburan yang sangat menyenangkan bagi ku. Dan aku pun ikut dalam event nyanyi itu.
Tak pernah terbayang
Akan jadi seperti ini pada akhirnya
Semua waktu yang pernah kita lewati
Bersama nyata hilang dan sirna
Hitam putih berlalu
Janji kita menunggu
Tapi kita tak mampu
Seribu satu cara kita lewati
Tuk dapatkan semua jawaban ini
Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Memang tak mudah
Tapi ku tegar menjalani kosongnya hati
Buanglah mimpi kita yang pernah terjadi
Tersimpan tuk jadi histori
Hitam putih berlalu
Janji kita menunggu
Tapi kita tak mampu
Seribu satu cara kita lewati
Tuk dapatkan semua jawaban ini
Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda (dunia kita berbeda)
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda (dunia kita berbeda)
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang ini ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Setelah selesai kami semua kembali ke rumah Wati dan aku memberikan kunci kios dan juga sejumlah uang untuk dijadikan modal buka warung oleh ibunda Wati bu Lasmi. Suasana haru dan tangis-tangisan pun terjadi di moment itu membuat aku merindukan alm. ibu dan ayahku.
Malamnya aku ikut keluarga Wati ke sebuah pesantren untuk mengikuti acara maulid Nabi. Ya di desa itu setiap ada acara agama selalu diadakan di dalam pesantren itu, suasana kekeluargaan antara warga dan para santri sangat baik, begitu juga dengan pemiliknya umi dan abah Abdul Manaf.
Muhammad Nabina
Muhammad Nabina
Binuru hadina
Min Makkah habibi nuru
Sata'al Madinah
Min solla solatuh
With'halab sifatuh
Ya bakhtilif duluh ma'shi
Yushfa'lu fi mamatuh
Muhammad Nabina
Binuru hadina
Min Makkah habibi nuru
Sata'al Madinah
Min solla solatuh
Wit'halab sifatuh
Ya bakhtilif duluh ma'shi
Yushfa'lu fi mamatuh
Ya imamna ya amin
Ya sanad lil muslimin
Ya Habibi Ya Muhammad
Ya-bna Abdillah
Tammiti risalah tamam
Wal habib miskil khitam
Thul hayati wufsolati
Bada'a solli waro
Muhammad Nabina
Binuru hadina
Min Makkah habibi nuru
Sata'al Madinah
Min solla solatuh
Wit'halab sifatuh
Ya bahtilif duluh ma'shi
Yushfa'lu fi mamatuh
Min awwil yaumfa 'umri
Sam'atabu ya 'ummi
Bi sollu 'alaik
(Allahumma solli 'alaik)
Habbibni fil iman
Hassisni bil aman
Wata'alat thibi
(Allahumma solli wasallim wabarak 'alaih)
(Allahumma solli wasallim wabarak 'alaih)
Nafsi ashufak fil manam...
(Ya Rasulallah)
Waabki 'ala kitfak wanam...
(Ya Habiballah)
Wanul sharaf lu'a sohbitak
Wakhatti fi s'fuf ummitak
Wat'hama fik
Muhammad Nabina
Binuru hadina
Min Makkah habibi nuru
Sata'al Madinah
Ya habibi Ya To-ha
Ya nagat mil mataha
Ghayyart ad-donya fa 'inina
Bin lilau dhu'haha
Min solla solatu,
Wit'khalab sifatu
Ya bakhtil-lif dhulou m'ashi,
Yushfa'alu fi mamatu
"Assalamu'alaikum" suara seseorang menyapa kami setelah selesai acara dan aku hendak pulang ke rumah Wati bersama Wati dan Ibundanya. "Wa'alaikumsalam" jawab kami semua yang mendenngar ucapan salam itu. "Wah ternyata tamunya bu Lasmi ya" katanya sambil tersenyu Rama. "Iya pak yai, bos putri saya bekerja di kota besar" jawab bu Lasmi. "Suaramu sangat merdu tadi, terima kasih sudah ikut meramaikan acara malam ini" katanya pada ku dan sembari memberikan bingkisan lagi pada ku. "Kakek Oni ndak dikasik? Kenapa cuma bunda yang dikasik" kata Oni dengan ekspresi lucu karna iri pada ku. "Masya Allah lupa, ini buat anak ganteng yang baik. Semoga nanti jadi anak yang bertanggung jawab dan berbakti pada kedua orang tua" kata pak yai itu sembari memberikan uang pada Oni. "Amin" jawab kami semua. "Trima kasih kakek, amin" jawab Oni sambil mencium punggung tangan pak yai itu.
"Hahaha...siapa yang mengajarkan ini padamu anak baik?" Tanya pak yai pada Oni. "Bunda, karna kata bunda Oni harus mencium tangan orang yang lebih tua" jawab Oni dengan suara lucunya dan memeluk kakiku. "Sikap seorang putra mencerminkan ibunya karna madrasa utama anak adalah seorang ibu" kata pak yai itu sembari menatap ku, dan ku balas dengan senyuman. "Sepertinya pak yai ini salah paham dan menganggap Oni putraku" kataku dalam hati. Dan kami pun pamit pulang pada pak yai Abdul Manaf.
Setelah 3 hari menginap di rumah Wati kami pun kembali pulang. Yulia dijemput sama suaminya di butik, karna aku sengaja menurunkan mereka di butik, sebab itu dekat dengan kos Wati. Lalu aku pun melajukan mobil menuju rumah. "Deg, apa ini? Kenapa ada baju dan pakaian dalam wanita, ini bukan milik ku. Terus ini milik siap?" Aku bertanya-tanya karna melihat itu saat aku mau memasukkan pakean kotor ku ke dalam mesin cuci. Ku cari mas Bram tidak ada di rumah, saat ku coba untuk telpon hp-nya di alihkan dan chat ku juga tak dibalz.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Yunni Kris Budi Yanthi
pakean....pakaian, laen....lain bisa lihat penulisan dri author yg lain sprti ridz, lunoxs, momy tree...ok ttp smngt utk menulis ya,
2022-07-03
1