Roby dimakamkan, Sinta terkulai lemas di samping tanah gundukan itu.
"Sinta, kamu yang tabah ya..."Jangan terlalu bersedih. kasihan anak kamu yang ada diperut juga akan terganggu." ucap Nisa.
"Sudah lah mbak, semua ini kan karena mbak." mbak yang sudah membuat mas Roby meninggal." ucap Sinta.
"Mbak gak usah mencoba menghibur ku dengan kata - kata."Bagaimana anak ini nanti lahir tanpa ayah nya." Walaupun ini sebenarnya bukan anak nya." ucap Sinta didepan ramainya para kerabat dan saudara.
"Sinta apa maksudmu Sin?" Semua orang bertanya - tanya.
"Jelaskan dong mas Aldi ?!"
"Jelaskan dan bilang bahwa ini anak mu didalam rahim ku." kata Sinta.
Semua orang terkejut dan tidak percaya, mama Aldi terkejut mendengarkannya dan jatuh lemas ke tanah.
"Ma, mama..." Nisa berteriak membangunkan mamanya.
"Ma, bangun ma..." Nisa memanggil - manggil.
Mama Aldi dibawa ke rumah sakit, dan Aldi ikut kesana. Sinta juga ikut di mobil Aldi, sementara Nisa, mama dan papa ada dimobil Nisa. Mereka semua menjadi panik dan cemas. Sinta tidak perduli dengan keadaan yang ada, dia terus mendekati Nisa dan berbicara padanya saat dirumah sakit.
"Mbak, aku tidak mau tau tentang hal ini." Mbak harus tanggung jawab atas meninggalnya mas Roby." Aku tidak mau anak aku lahir tanpa ayahnya."
"Aku akan menikahi mas Aldi agar anak ku memiliki seorang ayah." ucap Sinta ke Nisa.
"Sinta tolong mengerti lah sekarang kondisi masih seperti ini." Kalau tentang bertanggung jawab, mbak akan bertanggung jawab." Tapi tidak untuk sekarang kita bicarakan." Mbak mohon mengertilah akan hal ini."Dan mbak mohon, kamu pergilh dulu dari sini." Nanti mbak akan bicara lagi kepada mu." ucap Nisa.
Sinta pun pergi dan dia mengirim pesan kepada Aldi.
"Mas, Sinta pulang dulu." Kasihan anak kita bila aku kecapean." ucap Sinta.
Aldi membacanya dan membalas pesan itu.
"Iya sayang, istirahatlah dan jangan lupa makan siang." kata Aldi.
Begitu perdulinya Aldi kepada Sinta hanya karena dia sedang hamil.
Sinta tak tahu bahwa Aldi hanya menginginkan anak itu saja dan dia tidak memperdulikan dirinya. Aldi hanya menantikan kehadiran anak itu saja. Setelah itu dia tidak akan memperdulikanSinta lagi.
Dokter telah keluar dari ruangan dan papa menanyakan keadaan mama.
"Bagaimana istri saya dok ?"
"Apa ada hal yang serius ?" tanya papa cemas.
"Ibu tidak apa - apa kok pak, dia cuma terkejut dan jantungnya melemah." Saya sarankan ibu banyak istirahat dan jangan membuat dia cemas dulu ya pak." ucap dokter.
Papa sangat lega mendengarnya, mama pun sudah boleh pulang. Nisa tiba - tiba pergi ke dokter Aisyah diam - diam, dia konsultasi ke dokter tersebut. Nisa tidak menyadari kalau Aldi memperhatikannya.
Nisa hanya ingin bertanya kalau dia ingin beraktivitas seperti biasa apakah tidak terganggu oleh janainnya.
Selama ini tidak ada yang aneh, dan biasa saja. Nisa juga minta resep agar dia tidak selalu mual dan muntah.
Dokter Aisyah memberi resep,dan mengizinkan untuk beraktivitas seperti biasa. Nisa pun keluar dari ruangan dokter Aisyah. Dan pergi mengambil obat mama dan resep obat dia sendiri.
Seluruh kerabat dan saudara pun pada pulang kerumahnya. Aldi masih bertanya dalam hatinya, saat Nisa masuk ke ruangan dokter Aisyah.
"Apa mungkin Nisa?" menerka dalam hatinya.
Namun Aldi hanya berfikir saja. Dia langsung ingat perkataan dokter hari itu.
"Mana mungkin Nisa hamil." berkata dalam hatinya.
Mereka semua pulang, Nisa dan Aldi ikut kerumah papa. Mereka mengantar mama dan papa dulu pulang kerumah.
Setelah sampai mama dibawa langsung kekamar untuk istirahat, dan tidak diizinkan papa untuk banyak aktivitas dulu.
Mbak dirumah membawakan minum dan Nisa menyuapi mama makan. Agar nanti setelah itu mama bisa tidur sesudah minum obatnya.
Nisa dan Aldi pamit ke papa ingin pulang. Mereka masih ada urusan yang mau diselesaikan.
"Pa, Nisa pergi dulu ya?" Urusan rumah tangga Nisa bisa Nisa sendiri yang tangani kok pa..," Papa jangan khawatir ya pa?" yang penting papa Terus kasih semangat dan percaya kepada Nisa." ucap Nisa.
"Iya nak, papa selalu mendukung apapun yang Nisa putuskan." Sekali pun harus Aldi tersakiti kalau memang dia yang bersalah." ucap papa.
"Terima kasih ya pa, papa sudah percayakan kepada Nisa." Nisa sayang papa." Nisa memeluk papa mertuanya.
Sementara Aldi sudah didepan dan menunggu didalam mobilnya.
Aldi mengirim pesan kepada Nisa untuk bertemu di sebuah Cafe saja.
Aldi menyuruh Sinta juga kesana. Aldi juga langsung menuju ke tempat tujuannya.
Nisa membaca pesan dan langsung pamit pergi kesana.
...****************...
Disana sudah ada Sinta dan Aldi, mereka saling mengobrol berdua.
"Mas, aku mau mbak Nisa bertanggung jawab akan hal ini mas." ucap Sinta.
"Tapi Sin, itu bukan salah dia. Roby sendiri yang mengemudi dengan kecepatan tinggi, polisi juga sudah bilang begitu." Aldi menjelaskan.
"Mas..!
"Kenapa kamu jadi membela mbak Nisa sih ?!" Oh, atau kamu tidak menginginkan anak kamu ya mas?" Sinta mengancam Aldi.
"Bukan begitu Sin, tapi kan..?" pembicaraan terputus.
"Mas...
"Sinta...
"Kalian sudah lama ya menunggu?" ucap Nisa.
"Langsung ke inti saja kita ya mbak...?" Sinta mau mbak bertanggung jawab atas mas Roby dan anak ini..?!" kata Sinta.
"Mbak tadi sudah bilang akan bertanggung jawab atas anak ini."
"Mbak akan jaga dia, dan merawatnya bila sudah lahir, dan tinggal bersama mbak dan mas Aldi sebagai papanya." ucap Nisa.
"Gak mbak, aku tidak mau begitu." Aku mau mas Aldi nikahi aku dan membesarkan anak ini bersama ku." Dan aku mau mbak bercerai dengan mas Aldi." Ucap Sinta.
Aldi terkejut akan hal itu, dan dia menampar Sinta yang ada didepannya.
"Apa - apaan kamu Sinta?" Kamu tidak berhak meminta itu kepada Nisa..!" ucap Aldi emosi.
"Terus, kamu mau aku mengandung anak mu lalu aku kamu campakan, gitu mas?" Kamu fikir aku apa mas?" Aku mau kamu ceraikan dia..!" Sinta menangis dan kecewa.
"Mas.., tolong tenangkan diri, dan kamu juga Sin." Kasihan anak kamu kalau emosi seperti itu." ucap Nisa.
"Begini saja, mbak izinkan kamu menikah dengan mas Aldi. Bagaimana mas?" Tetapi kalau untuk menceraikan itu mbak tidak akan setuju." Kata Nisa lagi.
"Kenapa mbak, aku tidak mau kalau kamu masih menjadi istri mas Aldi." Mas Aldi sekarang tidak mencintai kamu mbak..?" Buat apa mbak pertahankan...?" ucap Sinta.
"Mbak sudah pernah bilang kepada mas, biar bagaimana pun mas Aldi berubah mbak akan tetap pertahankan rumah tangga ini." Tetapi kalau mas Aldi yang mau tetap menceraikan, mbak akan ikhlas dan terima perceraian itu." Ucap Nisa.
"Coba kamu tanya kan sendiri pada mas Aldi. Dan mbak tetap bertanggung jawab atas kamu dan anak itu." Mbak sudah memberikan izin untuk kamu menikah dengan mas Aldi." ucap Nisa.
Dan Nisa lalu pergi meninggalkan mereka. Nisa berjalan keparkiran mobil untuk pulang kerumah, karena dia juga harus istirahat untuk calon buah hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
abu😻acii
duh nisa jgn bego dong
2022-05-10
3
amalia gati subagio
halu biru... w baper & dungu trus penasaran ma nasib perempuan halu pengen jd malaikat neng
2022-05-06
3
amalia gati subagio
bingungnya w
2022-05-06
2