Sekar masih tak mempercayai apa yang telah ia lakukan hari ini. Dia benar-benar membuatkan makan siang ekstra untuk Abiyan di Kantor.
Gadis itu sudah terlanjur berjanji akan membuatkan Abiyan bekal makan siang, yang ia anggap sebagai penebusan hutang akan pertolongan Abiyan tempo hari, perihal minuman-minuman yang ia tumpahkan.
Abiyan memang tidak meminta ganti rugi, karena biar bagaimanapun juga dirinya pun punya andil atas apa yang terjadi waktu itu. Namun perasaan tak enak benar-benar menggelayuti pikiran Sekar.
Alhasil, seperti yang telah disepakati pula, Sekar meminta Abiyan untuk datang ke gudang peralatan yang berada di lantai basement Kantor. Ia sungguh tidak ingin ada satu manusia manapun memergoki dirinya sedang bersama seorang pria lain lagi.
Mereka pun makan siang bersama untuk pertama kalinya.
"Nasi goreng buatanmu sangat enak. Terima kasih," puji Abiyan setelah menandaskan suapan terakhirnya.
"Sama-sama, Mas." Jawab Sekar seraya mengangguk canggung. Gadis itu dengan cekatan merapikan kotak bekalnya yang sudah kosong.
"Besok, kau mau membawakanku apa lagi?" tanya Abiyan kemudian. Matanya tak berhenti memperhatikan gadis itu.
Sekar menghentikan kegiatannya sejenak untuk berpikir. Kalau diingat-ingat, selama ini Arion tidak pernah menanyakan hal yang seperti itu padanya. Pria itu hanya akan memakan apapun bekal yang ia bawa dengan sangat lahap. Oleh sebab itu, mendapat pertanyaan tersebut dari Abiyan, membuat Sekar jadi kebingungan sendiri.
"Aku ... tidak tahu." Jawab Sekar jujur. Ia kembali sibuk menyusun kotak makannya dan memasukan benda tersebut ke dalam tas bekal.
Abiyan mengerutkan dahinya. "Biasanya, apa yang diminta pria itu?" tanyanya.
"Tidak ada. Dia selalu memakan apapun makanan yang aku bawa." Jawab Sekar. Abiyan dapat melihat jelas sinar mata Sekar yang berbinar sepersekian detik ketika membicarakan Arion.
"Cih!"
"Baiklah, aku juga." Katanya percaya diri.
"Kuharap kau tidak keberatan ya, Mas? Sebisa mungkin aku pasti akan membawakan makanan yang layak dipandang dan dimakan." Janji Sekar padanya.
Abiyan tertawa mendengar perkataan Sekar.
"Baiklah kalau begitu. Aku tak sabar menunggu jatah makanku dua kali lagi," ucapnya sambil tersenyum ramah.
***
Para Karyawan terlihat membungkukan badannya tatkala Adhisty masuk ke dalam gedung utama Umbara Corporation. Wanita itu berniat menemui kekasih tercintanya, Abiyan.
Ia baru saja hendak masuk ke dalam lift, menuju ruang kerja sang kekasih, sebelum sebuah suara menginterupsi langkahnya.
"Sayang, kau habis dari mana?" tanya Adhisty begitu mendapati Abiyan datang dari arah yang sama dengannya tadi.
Abiyan merangkul pinggang Adhisty dan mengajaknya masuk ke dalam lift. "Aku baru saja dari toilet. Perutku terkontaminasi dengan makanan sampah gadis kampung itu!" sahut Abiyan kesal.
Adhisty kontan tertawa terbahak-bahak mendengarnya, "Jadi kau benar-benar memakannya? Siapa suruh meminta dibuatkan bekal! Beruntung gadis itu tidak mengiyakan permintaanmu yang ingin menggantikan Arion, selama dia tugas keluar,"
Abiyan merengut. Dia memang selalu melaporkan segala hal pada Adhisty, termasuk perkembangan kedekatannya dengan Sekar, seperti yang mereka rencanakan.
"Aku benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa Arion memakan makanan sampah seperti itu hampir setiap hari? Meski kuakui masakannya enak, namun tetap saja kita tak tahu bahan apa yang digunakan gadis itu!" kata Abiyan ketus, seraya memasang raut wajah jijik.
Adhisty menepuk-nepuk punggung Abiyan penuh sayang. "Aku sudah memesan makan siang di restoran langganan kita. Kita makan siang bersama," ujar wanita itu.
Abiyan segera mengecup bibir Adhisty sekilas. "Terima kasih atas perhatiannya, sayang," ucapnya.
"Oh iya, sayang, sepertinya Credit Card-ku macet lagi. Jadi, bisakah aku ...?" Abiyan sengaja tak meneruskan kalimatnya.
"Tenang saja, kau bisa pakai Credit Card-ku dulu," Adhisty segera mengeluarkan kartu kreditnya dari dalam dompet dan memberikan kartu itu kepada Abiyan.
Abiyan menerimanya dengan senang hati. Ia memeluk Adhisty lebih erat. "Kau memang yang terbaik,"
...***...
Sekar merapikan tumpukan-tumpukan kertas yang baru saja selesai di fotokopi. Gadis itu kemudian mengisi kembali kertas pada mesin fotokopi yang sudah hampir kosong.
Setelah selesai, ia pun langsung mengantarkan kertas-kertas tersebut kepada salah seorang karyawan magang yang tampak sibuk mengerjakan beberapa tugas yang diberikan atasannya.
"Terima kasih ya, Sekar, aku jadi tak harus membuang-buang waktu meski hanya lima menit," ujar Bimo, salah seorang karyawan magang yang meminta tolong bantuan Sekar.
"Sama-sama, Mas Bimo. Jangan sungkan jika butuh bantuanku lagi," Sekar tersenyum ramah sebelum akhirnya pamit menuju tempat lain.
Selepas makan siang dia memang jadi sedikit lebih sibuk. Kakinya lincah melangkah kesana kemari guna mengerjakan beberapa tugasnya, sekaligus memberikan bantuan pada para karyawan yang membutuhkan tenaganya.
Sekar sangat senang melakukannya, karena selain tidak terlalu sulit, beberapa karyawan atau atasan mereka sesekali memberikannya sedikit uang tips. Dan uang itulah yang Sekar gunakan untuk menabung di celengan besar miliknya selama ini, sebagai dana tak terduga jika sewaktu-waktu ia butuh sesuatu hal yang mendesak.
Lumayan, sehari Sekar bisa mendapat uang tips setidaknya duapuluh sampai tigapuluh ribu. Sedangkan gaji ia bagi dua, untuk Bude dan Mbahnya di kampung, juga untuk dirinya sendiri.
Kling!
Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Sekar. Gadis itu segera membaca pesan tersebut.
📩 Mas Rion
Sudah makan siang?
^^^Sudah. Mas?^^^
Baru akan.
^^^Kalau begitu, selamat makan siang,^^^
Kau juga, selamat bekerja,
Aku merindukanmu,
Membaca pesan terakhir yang Arion kirim seketika membuat Sekar gamang. Apa yang harus ia balas? Mengatakan hal yang sama atau membiarkannya saja?
Sekar menggigit ujung bibirnya.
^^^Aku juga.^^^
Setelah mengetik dua kata tersebut, gadis itu buru-buru menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku bajunya. Ia berharap Arion tidak membalas pesannya lagi. Ia terlalu malu melihat balasan dari pria itu.
...***...
Sekar ❤
Aku juga.
Arion tersenyum-senyum sendiri saat membaca pesan balasan Sekar. Ia pikir, gadis itu tidak akan sudi menanggapi balasan terakhirnya.
Aiden yang melihat tingkah Tuannya, segera memberi isyarat pada Beliau untuk kembali fokus.
Menyadari bahwa ia masih berada di tengah-tengah rapat bersama beberapa klien penting sekaligus, mata Arion kembali fokus pada tabel yang tertera di layar monitor.
...***...
Sekar menatap cemas ponselnya yang teronggok tak berdaya di sudut tempat tidur. Pasalnya, setelah ia mengirim pesan balasan untuk Arion, pria itu tidak lagi membalasnya. Sekar jadi malu sendiri. Ia tak tenang memikirkan apa yang Arion pikirkan saat membaca pesannya.
"Iihh! Kok gini, sih!" pekik Sekar seraya menutup wajahnya dengan bantal. Irama jantungnya sudah mulai tidak beraturan.
Gadis itu menoleh ke arah jam yang berada di atas meja televisi.
Padahal sudah pukul sembilan malam, tetapi Arion belum juga menghubunginya. Apa sebaiknya, dia menghubungi Arion terlebih dahulu?
Sekar segera menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tidak! Ia tak ingin terlihat cemas. Arion adalah pria cerdas, sudah pasti ia akan menyadari hal tersebut, jika Sekar menghubunginya terlebih dahulu.
Drrt ... Drrt ...
Sekar kontan terperanjat tatkala mendapati ponselnya bergetar tanpa henti.
Gadis itu langsung terduduk di atas ranjang saat mengetahui siapa yang meneleponnya.
Sekar berdehem sebelum mengangkat panggilan tersebut.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam. Apa aku menganggu?" suara merdu Arion langsung menerpa indera pendengaran Sekar.
"Tidak."
"Aku ingin menghubungimu sejak sore tadi, tetapi pekerjaanku baru saja selesai."
"Ahh, begitu," ucap Sekar lega. "Mas, di mana sekarang?" tanyanya.
"Jalan pulang, menuju Hotel." Jawab Arion.
"Masih di jalan kok, nelepon? Bahaya." Sekar memperingati.
"Kan ada supir?" Arion keceplosan. Pria itu kontan mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
"Hah, supir?"
"Ma–maksudku, supir taksi." Kilah Arion. Sebisa mungkin nada bicaranya stabil agar tidak menimbulkan kecurigaan.
"Oh,"
Mereka kemudian berbincang selama duapuluh menit sebelum akhirnya Sekar pamit terlebih dahulu untuk tidur.
"Besok aku akan menghubungimu lagi," ujar Arion.
"Iya. Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam. Aku merindukanmu," katanya terus terang.
Sekar terdiam beberapa saat. " ... aku juga."
Mendengar jawaban Sekar, Arion tersenyum lebar. "Juga apa?" ia mencoba menggoda gadis itu.
"Juga ... itu,"
"Itu apa?" Arion menahan diri agar tidak kelepasan tertawa.
"Yang tadi Mas bilang,"
"Memang, aku bilang apa?"
"Iihh!" mendengar sahutan jengkel Sekar, Arion akhirnya tertawa. Ia membayangkan bagaimana manisnya wajah kesal Sekar saat ini.
"Aku tutup, ya? Kan sudah ucap salam."
"Jawab dulu pertanyaanku," katanya memaksa.
Sekar menghela napas pasrah. Wajahnya kini sudah semerah tomat busuk. "AkujugarinduMas," ucapnya secepat kilat sebelum menutup teleponnya sepihak.
Arion lagi-lagi tertawa. Walau kata-kata yang Sekar ucapkan tidak terlalu jelas, namun tetap saja sudah mampu membuat hati Arion mengembang berkali-kali lipat. Rasanya, ia jadi ingin cepat-cepat pulang ke Jakarta dan menemui gadisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
buk e irul
rindu itu Berat'Tapi...
2022-05-20
0
Sukes Shukes
semangat 👌👌👌👌
2022-04-12
0
Sabarita
😗😗😗ku juga rindu mas....ma isi dompet mu suamiku wkwkwkw 🤣🤣🤣
2022-03-23
2