Sekar menaiki tangga menuju kamar kostnya. Gadis itu baru saja pulang dari Minimarket untuk membeli perlengkapan mandi tambahan, sekaligus membeli berbagai macam makanan instan.
"Sekar ya?" seorang gadis tomboy bertubuh tinggi tegap segera menyapa Sekar, ketika ia sampai di depan kamarnya. Gadis tomboy itu hendak membuka kunci pintu kamar yang berada persis di sebelah kamar Sekar.
Sekar menoleh ke arah gadis tersebut. "Lastri?" tebaknya.
"Eh, akhirnya papasan juga," ujar Lastri kegirangan. Dia sudah mengetahui perihal Sekar dari Pak Dirman beberapa hari yang lalu. Mereka lantas saling memperkenalkan diri.
"Dua minggu ini aku dapat shift ketiga, maka dari itu kita tidak pernah bertemu." Terang Lastri ketika Sekar menanyakan keberadaannya selama ini.
"Pantas." Kata Sekar. "Kalau begitu, istirahatlah dulu, kau pasti lelah." sambungnya.
"Oke. Nanti sore kita ngobrol-ngobrol lagi ya, Sekar?" Nada bicara gadis itu terdengar ceria.
"Ok." Jawab Sekar. Lastri segera melambaikan tangannya dan masuk ke dalam kamar.
...***...
Sore harinya, Lastri mengundang Sekar untuk datang ke kamarnya. Dia merasa senang bisa berkenalan dengan Sekar yang notabene teman kerjanya, meskipun posisi dan gedung tempat mereka bekerja berbeda.
Sekar berdiri di ambang pintu kamar Lastri. Ia menahan diri untuk tidak menggeleng-gelengkan kepalanya, tatkala melihat pemandangan di dalam kamar gadis itu. Kamar tersebut sama sekali tidak mencerminkan kamar seorang gadis. Beberapa tumpuk pakaian yang belum disetrika dan dilipat teronggok begitu saja di atas kasur. Beberapa piring kotor juga terlihat menumpuk di dapur kecilnya. Belum lagi, keranjang pakaian kotor yang sudah penuh, tergeletak manis di samping meja televisi.
"Aduh, maaf ya, kamarnya kotor. Aku memang tak pernah sempat membereskan kamar. Baju saja aku laundry seminggu sekali. Kuharap kau tak keberatan berada di sini," ujar Lastri seraya menggaruk belakang lehernya, "atau, kita ke kamarmu saja? Aku takut kau merasa tidak nyaman." Sambungnya.
"Tidak apa-apa, kok, aku mengerti." Sekar duduk di bangku plastik yang Lastri sediakan. Ia sungguh memahami betapa beratnya pekerjaan sebagai Security, terlebih Lastri adalah seorang perempuan.
Aroma parfum pria seketika menyeruak sesaat setelah Sekar duduk, membuatnya kontan memandangi sekeliling kamar Lastri.
"Jangan salah paham ya, Sekar, aku lebih menyukai parfum pria dari pada wanita." Kata Lastri tiba-tiba, seolah tahu apa yang tengah dipikirkan Sekar.
Sekar tersenyum malu, lalu mengangguk.
Mereka menikmati Jus dingin yang Lastri buat, sembari mengobrol perihal asal usul masing-masing.
Lastri ternyata berasal dari Kota Bandung. Ia merantau ke Jakarta 3 tahun yang lalu, selepas lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan. Anak sulung dari empat bersaudara itu mau tak mau, harus mengubur dalam-dalam keinginannya untuk berkuliah, demi membantu biaya sekolah ketiga adiknya yang masih kecil-kecil. Penghasilan sang Ayah yang merupakan seorang Pensiunan Guru tentu saja tak cukup memenuhi semua kebutuhan hidup keluarganya.
Mendengar cerita Lastri tersebut, membuat Sekar merasa seperti memiliki teman senasib. Mereka sama-sama bekerja demi menyambung hidup dan membahagiakan keluarga.
Mereka juga berbicara panjang lebar perihal Umbara Corporation. Lastri yang sudah bekerja selama tiga tahun segera memberitahu semua hal tentang Umbara Corporation pada Sekar sedetail-detailnya. Mulai dari, bagaimana sejarah Perusahaan itu berdiri, sampai sikap Pemimpin terdahulu mereka.
"Jika para orang-orang kaya kebanyakan memiliki sifat yang arogan dan sombong, namun tidak demikian dengan keluarga Umbara. Maka dari itu banyak karyawan yang kerasan bekerja di Perusahaan mereka." Kata Lastri panjang lebar.
"Walaupun Pak Arion baru memimpin Perusahaan dua tahunan ini, tetapi ia sudah mampu membawa Perusahaan tersebut ke puncak tertinggi. Beliau adalah Pria berbakat dan juga tampan." Puji Lastri kemudian. Gadis itu terkikik genit di akhir kalimatnya.
"Dia belum menikah?" tanya Sekar penasaran.
Lastri mengendikan bahunya lalau berkata, "kata beberapa karyawan di sana, memang ada seorang wanita yang rajin mengunjunginya di Kantor. Namun mereka tidak pernah melihat kemesraan keduanya. Jangankan berpegangan tangan, berjalan beriringan saja tidak pernah. Pak Arion selalu membiarkan wanita itu berjalan tiga langkah lebih dulu."
"Privasi mungkin."
"Bisa jadi." Jawab Lastri cuek.
"Kau sendiri, sudah berapa kali bertemu dengan Pak Arion?" tanya Lastri. "Kalau aku, selama pindah ke gedung C, jarang sekali bisa melihat Beliau, kalau bukan karena kunjungannya ke sana." Lanjutnya.
Sekar tertawa geli. Sebab, sudah lebih dari dua minggu bekerja di sana, ia sama sekali belum melihat wajah CEO mereka secara langsung.
"Yang benar saja!" pekik Lastri setelah mendengar pengakuan Sekar. Gadis itu kontan tertawa terbahak-bahak.
"Kau terlalu fokus bekerja, padahal wajah Pak Arion bisa membuatmu tidak bisa tidur, loh," ucap Lastri, bermaksud menggoda Sekar.
Sekar tersenyum malu. Pikiran gadis itu malah menerawang pada sesosok Pria yang akhir-akhir ini selalu menemani istirahat kerjanya. Tak hanya itu, hampir setiap malam mereka akan saling bertukar pesan atau mengobrol lewat telepon.
Bagi Sekar, sosok Pria itulah yang lebih mampu membuat dirinya susah tidur, dari pada sang CEO yang belum pernah ia temui.
Mendadak Sekar jadi merindukan sosok Mas Rion. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu, karena Pria itu tengah diberikan tugas keluar Kota.
Melihat Sekar yang tiba-tiba senyum-senyum sendiri, membuat Lastri menepuk pundaknya agak keras.
"Hayo, ngelamunin siapa?" tanyanya dengan mimik wajah jahil.
Pipi Sekar bersemu merah. "Bukan siapa-siapa." Kilahnya.
Lastri tersenyum aneh. Meski dari luar ia terlihat sangat tomboy, tapi tetap saja ia adalah seorang gadis yang memiliki kepekaan tingkat tinggi.
Lastri mendesak Sekar untuk mau bercerita. Mau tak mau, Sekar mengalah. Gadis itu menceritakan pertemuannya dengan seorang karyawan Pria tanpa menyebutkan identitasnya.
"Aiihh, berani sekali Pria itu." Komentar Lastri setelah mendengar cerita Sekar. "Lalu, selain makan siang bersama dan saling menghubungi, apa lagi? Apa dia sudah mengajakmu keluar rumah?" tanya Lastri penasaran.
Sekar menggeleng. Pria itu memang pernah menanyakan alamat kostnya, tetapi itu mungkin hanya sekedar basa-basi.
Raut kekecewaan terpancar dari wajah Sekar. Mengetahui hal itu, Lastri memberinya kata-kata penyemangat, "mudah-mudahan hubunganmu dengan Pria itu berakhir baik, jadi kau bisa membawa dua kabar baik ke kampung halaman, yaitu: Pekerjaan dan Jodoh."
Mereka mengakhiri percakapan dengan tawa.
Sekar kembali ke kamarnya pukul 9 malam. Ia berniat langsung tidur, agar besok pagi tidak telat sampai di tempat kerja.
Matanya terperanjat ketika mendapati ada 11 panggilan tak terjawab dari Arion. Dia memang sengaja tidak membawa ponselnya saat ke kamar Lastri.
Drrt.. Drrt..
Ponsel Sekar kembali bergetar. Arion lagi-lagi meneleponnya.
"Assalamualaikum,"
"Wa'alaikumsalam. Kenapa baru diangkat? Kau membuatku khawatir." Sekar meringis. Suara Arion terdengar sedikit kesal.
"Maaf, Mas, aku baru kembali ke kamar. Tadi asik mengobrol dengan teman sebelah kamarku." Sekar memberi alasan.
Arion terdengar menghembuskan napasnya. "Sudah makan?" tanya Pria itu kemudian.
"Belum. Aku mau langsung tidur saja."
"Makan dulu, ayo,"
Sekar mengerutkan keningnya. "Ayo?"
"Ya, ayo turun, aku sudah menunggu di bawah hampir setengah jam. Pakai jaketmu, cuaca sedang dingin. Aku tunggu di sini lima menit lagi." Setelah berkata demikian, Arion segera menutup teleponnya tanpa menunggu respon dari Sekar.
Sekar termangu sesaat. Pasalnya, Pria itu berkata baru akan pulang dua hari lagi. Lalu kenapa tiba-tiba ia ada di depan kost-kostannya?
Tak ingin membuat Arion menunggu lebih lama, gadis itu segera melesat ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Tak lupa, ia juga memakai bedak tipis dan parfum sebelum akhirnya keluar dari dalam kamar.
Sekar terkejut mendapati Arion benar-benar berada di sana. Pria itu bersandar di motor bebeknya sendirian, sembari sesekali menepuk-nepuk tangan dan kakinya yang mulai dihinggapi nyamuk.
"Mas," sapa Sekar.
Arion berdiri tegak saat mendengar suara Sekar.
"Maaf ya, Mas, jadi menunggu lama sampai digigit nyamuk." Kata Sekar tak enakan. "Salah sendiri tidak memberitahuku!" sambung gadis itu. Nada bicaranya berubah ketus.
Arion tertawa kecil. "Jadi, kau menyesal karena membuatku menunggu atau kesal karena aku tidak memberitahu?"
"Dua-duanya." Jawab Sekar cepat.
Arion kembali tertawa.
"Ya sudah, ayo, kita cari makan," kata Arion sembari memberikan helm bermotif Hello Kitty pada Sekar.
"Maaf ya, kalau motornya kurang nyaman," ujar Arion setelah Sekar naik di belakangnya.
"Ini jauh lebih baik dari pada milik Ayahku dulu." Sekar tersenyum. Matanya tiba-tiba membelalak, tatkala Arion mengambil kedua tangan Sekar dan melilitkannya ke pinggang Pria itu.
Dia pun segera melajukan motornya keluar dari gang kost-kostan Sekar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
buk e irul
iih co cuit..🤣
2022-05-18
0
Lisa Z
padahal udh sering, makan bareng lagii😆
2022-03-04
0
Endang Purwati
low profile bangeeetttt ini mass CEO nyaaa....😍😍😍 kek nya bukan Sekar aja yg bakakan jatuh hati ini maahh...saiyaa jugaaa...ehehehehe ✌✌✌✌ saingan sehat kita yaa Sekar... wekekekekek....
2022-02-26
2