Setelah diusir dari Kantor oleh Daniel, Erlina datang ke Kantor Adhisty yang berada tak jauh dari sana. Wanita itu melampiaskan amarahnya di ruangan Adhisty dengan cara membuang-buang semua barang yang ada di tempat itu. Ia bahkan tidak berhenti mengumpat Daniel dan Arion yang telah mempermalukannya.
Adhisty yang memahami kelakuan sang Ibu hanya bisa mendengkus pasrah. Untung saja ruangan kerjanya memang tidak dihiasi banyak barang berharga atau pajangan mahal.
Wanita itu sebenarnya ikut sakit hati setelah mendengar penjelasan Erlina sebelumnya. Namun untuk sekarang, ia tidak dapat berbuat apapun. Jika ia bertindak saat ini juga, bisa dipastikan posisinya sebagai Manager Bank akan berada di ujung tanduk. Ia akan menunggu sampai Arion yang mencari gara-gara terlebih dahulu.
"Sudah, Ma," ucap Adhisty sembari menepuk punggung sang Ibunda.
Erlina terduduk lemas di sofa. Wanita paruh baya itu begitu kelelahan setelah puas melampiaskan amarahnya. Kendati begitu, matanya masih memicing tajam, kala mengingat penghinaan yang baru saja ia dapatkan dari kedua pria ingusan itu.
"Tidak bisa," gumam Erlina.
Mendengar gumaman Erlina, Adhisty lantas duduk di sebelahnya. "Kenapa, Ma?"
"Tidak bisa. Aku tidak bisa terus-terusan diinjak seperti ini," ujar Erlina dengan sorot mata bengis. "Aku akan menghancurkan mereka dengan perlahan dan sangat menyakitkan. Ya, aku akan melakukannya cepat atau lambat!" sambung Erlina diakhiri tawa mengerikan.
"Sekar! Kau adalah sasaranku, untuk mencapai target utamaku!" batin wanita itu.
...***...
Sekar membuka gerbang kost-nya lebar-lebar. Dengan langkah tertatih ia menghampiri seseorang yang sudah menunggunya di luar.
"Mas benar-benar sudah pulang?" tanya Sekar sekali lagi. Pasalnya, gadis itu sudah bertanya lebih dari tiga kali hari ini melalui telepon, ketika Arion memberitahu dirinya bahwa ia sudah di rumah. Gadis itu tidak berhenti menelisik Arion dari atas ke bawah. Memastikan bahwa pria yang ada di depannya itu benar-benar Arion.
"Iya, aku baru sampai pagi tadi. Pekerjaanku di sana lebih cepat selesai." Katanya setengah berbohong. Ia tidak mungkin mengatakan telah pulang sejak kemarin siang. Bisa-bisa Sekar menyadari kejadian kemarin.
"Kau baik-baik saja?" tanya Arion lirih. Matanya tak lepas memerhatikan Sekar dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Sekar mengangguk canggung. Gadis itu memaksakan diri untuk tersenyum. "Aku baik-baik saja. Kenapa memangnya, Mas?"
"Tidak. Soalnya kulihat, wajahmu hari ini sedikit kuyu," Arion turun dari motor bututnya dan menghampiri Sekar.
Sekar reflek memegang pipinya. Gadis itu melebarkan senyumnya. "Aku memang sedang sakit. Jadi hari ini absen bekerja."
Arion memegang dahi Sekar yang agak panas. "Sepertinya, aku datang bukan diwaktu yang tepat. Makan dan beristirahatlah," Arion mengambil bungkusan makanan dari motor dan menyerahkannya pada Sekar.
"Terima kasih," ucap Sekar tulus.
Arion memandangi gadis itu cukup lama. Matanya lagi-lagi menelisik setiap bagian wajah Sekar yang masih tampak pucat. Pandangannya kemudian beralih pada lutut Sekar yang tertutup celana panjang.
Dia tahu, ada memar di kedua lutut gadis itu. Tangan Sekar pun tak luput dari pandangannya. Kedua kulit telapak tangan gadis itu terkelupas, karena terlalu lama memeras kain pel kotor. Wajahnya mengeras sesaat. setiap mengingat perlakuan Erlina pada Sekar.
Diraihnya kedua tangan gadis itu dengan gerakan selembut mungkin. "Kau benar baik-baik saja?" tanya Arion parau.
Sekar mencoba menarik tangannya, namun tenaganya tentu kalah dengan pria itu. "Tanganku jelek, Mas," ucapnya tak enak hati. Ia malu, Arion melihat kondisi tangannya yang sedang tidak baik-baik saja.
"Ini karena aku terlalu lama bermain air, hehe ...," Sekar mencoba memberi alasan yang masuk akal. Tawanya jelas sekali terdengar dibuat-buat.
Arion tidak merespon perkataan Sekar, ia sibuk mengelus kedua telapak tangan gadis itu sebelum kemudian mengecupnya lembut.
Sekar terperanjat atas tindakan Arion. Gadis itu panik bukan main. Kendati suasana sedang sepi, tetap saja ia merasa takut, kalau-kalau ada orang yang memergoki mereka.
"Besok, aku akan menjemputmu," kata Arion.
"Ke mana, Mas?" tanya Sekar.
"Ke dokter."
Sekar menggigit bibirnya. Sepertinya gadis itu tidak bisa membohongi Arion.
...***...
Pagi harinya Sekar dibuat terkejut oleh Arion yang sudah berdiri di depan rumah kostnya. Kali ini pria itu tidak membawa motor butut kesayangannya seperti biasa, melainkan sebuah kendaraan roda empat yang cukup mengkilap.
"Mas Rion mau ke mana?" tanya Sekar keheranan.
Arion mengangkat sebelah alisnya tinggi-tinggi. "Kan sudah kubilang, aku akan menjemputmu," jawabnya.
"Kamu sendiri mau ke mana membawa-bawa tas itu?" Arion balik bertanya. Matanya menelisik Sekar yang sudah berpakaian rapi sambil membawa sebuah tas olah raga, yang biasanya suka ia bawa saat berangkat bekerja.
"Kerja. Aku bosan di rumah terus,"
Benar dugaannya. Sekar pasti akan keras kepala dan memilih tetap bekerja meskipun kondisinya tidak memungkinkan.
"Aku sudah bilang pada Kepala Koordinatormu untuk ijin selama beberapa hari. Sekarang kita ke dokter dulu," ujar Arion sembari membuka pintu mobil.
Sekar menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu memeriksa setiap sudut mobil dengan matanya. "Mobil siapa, Mas?" tanya Sekar kemudian.
"Ini mobil kantor. Aku pinjam sebentar." Jawab Arion.
"Nanti dimarahi loh, Mas, pakai-pakai mobil kantor untuk urusan pribadi." Sekar memperingatkan pria itu.
"Tidak apa-apa. Kau tidak mungkin naik motor dengan kondisi seperti itu," ujarnya sembari mengerling pada kedua lutut Sekar yang memar.
Butuh waktu lima menit bagi Arion hingga ia berhasil membujuk Sekar untuk ikut dengannya masuk ke dalam mobil.
"Bisakah kita tak perlu berdebat setiap kali aku ingin melakukan sesuatu?" tanya Arion begitu mereka berada di dalam kendaraan tersebut.
"Tidak." Jawaban Sekar membuat Arion mendengkus jengkel. Tanpa banyak bicara lagi, ia menjalankan mobilnya keluar dari gang rumah Sekar.
Sekar memandang takjub interior yang terdapat di dalam mobil sedan mewah ini. Semua terlihat sangat mahal dan sangat elegan. Di dalamnya terdapat banyak tombol-tombol yang entah apa fungsinya. Hatinya sedikit kurang percaya bahwa itu adalah mobil dinas milik Kantor.
"Ini benar mobil Kantor, Mas? Kok, ya bagus banget," tutur Sekar polos.
"Iya, ini mobil khusus untuk sekelas Manajer keatas." Jawab Arion tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.
Sekar termangu. Kalau memang benar seperti itu, berarti benar apa yang dikatakan Rani. Arion bukanlah Karyawan sembarangan. Memikirkan hal tersebut membuat kepercayaan diri Sekar tiba-tiba turun limapuluh persen.
Mengetahui Sekar tiba-tiba melamun, Arion membuka suaranya, "Kenapa?" tanya pria itu sembari menyentuh tangan Sekar.
Sekar kontan tersadar dari lamunannya. "Tidak apa-apa, Mas." Jawabnya getir.
"Yakin?"
"Mmm," angguknya.
"Selesai dari dokter, kita jalan-jalan sebentar, ya? Mumpung kita sedang memakai mobil ini." ajak Arion. Wajahnya nampak sumringah.
"Tidak, Mas. Aku takut nanti Mas dimarahi," Sekar menolak mentah-mentah ajakan Arion.
"Tidak apa-apa, aku meminjam langsung dari CEO kita, dan dia memperbolehkanku memakai mobil ini sesuka hati. Jadi, lebih baik kita manfaatkan, bukan?" Arion menoleh ke arah Sekar sembari memasang senyum jenaka.
Sekar tertawa kecil lalu mengangguk malu-malu. Gadis itu baru ingat, bahwa mobil inilah yang ia lihat dulu saat datang pertama kali ke Kantor Umbara untuk melakukan wawancara kerja.
Siapa sangka, khayalannya bisa menaiki mobil bagus ini ternyata menjadi kenyataan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
buk e irul
impian yang jadi nyata
2022-05-20
1
Lisa Z
jangan kan mobilnya, kantor nya juga punya arion
2022-03-23
1
Lisa Z
inget umur nek lampir.. udh bau tanah 😃
2022-03-23
0