Lucas membukakan pintu mobil untuk Tuannya yang baru saja sampai Bandara. Pertemuan yang sempat tertunda dengan salah seorang kolega pentingnya, membuat pria itu harus rela mengambil penerbangan malam.
Aiden menyusul masuk ke dalam mobil setelah menaruh koper mereka di bagasi.
"Bapak belum makan malam. Mau mampir ke tempat makan dulu atau saya pesankan saat di rumah?" tanya Aiden, begitu mobil sudah bergerak menjauh dari Bandara.
Mendengar pertanyaan Aiden, Arion tampak berpikir keras. "Siapa yang memiliki motor bebek dengan kondisi tidak begitu bagus?" tanya pria itu tiba-tiba.
Aiden menoleh ke belakang, tempat Tuannya duduk. "Untuk apa, Pak?" ia malah bertanya balik.
"Jawab saja." Kata Arion jengkel. Ia tak mungkin meminjam pada mereka berdua, sebab motor keduanya merupakan motor besar keluaran terbaru.
"Tidak ada, Pak."
"Ck!" Arion berdecak. Di sepanjang perjalanan dia hanya terdiam. Raut wajahnya terlihat sedikit kusut. Aiden dan Lucas yang menyadari hal tersebut, memilih fokus menatap jalanan.
Satu jam kemudian mereka sampai di depan gerbang rumah Arion.
Matanya memicing tajam tatkala mendapati sepasang pemuda pemudi yang dikenalnya tengah asyik mengobrol di depan gerbang rumahnya.
Mengetahui mobil Arion datang, mereka langsung menyingkir dari sana.
Tanpa banyak bicara, Arion turun dari mobil.
"Bapak sudah pulang? Kenapa tidak menelepon?" tanya Dini, seorang asisten rumah tangga yang Arion pekerjakan. Dini adalah anak dari Bi Ida, asisten rumah tangga yang bekerja di kediaman orang tuanya. Beliau telah bekerja sejak usia Arion 5 tahun.
Biasanya, Dini akan datang ke rumah Arion tiga hari sekali. Terkadang, Arion juga meminta gadis itu menginap untuk menjaga rumahnya, ketika ia harus pergi beberapa hari, seperti saat ini.
Arion tak pernah menganggap Bi Ida dan Dini orang lain, ia bahkan sudah menganggap Dini sebagai adik sendiri, sebab sewaktu kecil, Dini sering sekali diajak menginap di rumah utama oleh sang Ibu. Alhasil, mereka pun terbilang dekat walau memiliki jarak usia terpaut lebih dari 10 tahun.
Bukannya menjawab, Arion malah memandangi motor bebek keluaran tahun 2002 yang dikendarai Candra, kekasih Dini.
"Kau baru datang?" tanya Arion tiba-tiba.
"Iya, Pak." Jawab Candra.
"Mau ke mana?" tanyanya lagi.
Dini dan Candra saling bertatapan terlebih dahulu, sebelum menjawab pertanyaan Arion, "Candra baru datang. Kami berencana akan makan malam di warung tendaan depan Perumahan, Pak." Kali ini, Dini yang menjawab.
Arion segera membuka dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan, lalu menyerahkannya ke Candra. "Can, saya pinjam motormu dulu, ya? Kalian makan malam di rumah saja, delivery. Ajak Lucas dan Aiden juga," ujar Arion seraya meminta kunci motor Candra.
Candra yang menerima uang tersebut hanya bisa mengangguk kaku. Ia menyerahkan begitu saja kunci motornya pada Arion.
Karena Arion sudah memakai pakaian kasual, jadi ia tidak perlu lagi berganti pakaian.
Melihat Arion menaiki motor Candra, Aiden keluar dari dalam mobil dan menanyakan maksudnya.
"Aku pergi sebentar. Jangan ikuti aku!" Arion memberi peringatan sebelum melesat pelan dengan motor Candra.
Wajahnya luar biasa sumringah membayangkan betapa terkejutnya Sekar, jika melihat dirinya tahu-tahu berada di depan kost-kost'annya.
Masih jam 8 malam, semoga saja gadis itu belum tertidur.
...***...
Butuh perjuangan bagi Arion untuk bisa menemui Sekar, karena gadis itu ternyata tidak membawa ponselnya. Ia harus rela menunggu lama, ditemani puluhan nyamuk yang setia menggigiti tangan dan kakinya.
Tak ingin membuang waktu, ketika melihat gadis itu keluar dari gerbang, Arion langsung mengajaknya makan malam di luar.
Mereka makan di kedai sate ayam sederhana yang berdiri di pinggir jalan, tak jauh dari kost'an Sekar.
Arion melirik ke arah Sekar yang tampak sibuk melepaskan daging ayam dari tusuk sate menggunakan giginya. Daging tersebut tampak melekat kuat di tusuk sate.
Setelah beberapa kali berusaha, akhirnya Sekar berhasil memakan daging tersebut, tanpa menyadari bahwa bumbu satenya telah mengotori sisi-sisi bibir gadis itu.
Arion tersenyum. Kontan, ia mengelap bumbu sate yang berada di bibir Sekar menggunakan tisu yang ia ambil dari sudut meja.
Sekar terperanjat.
"Makanmu seperti anak kecil saja," mendengar perkataan Arion, Sekar lantas menundukan wajahnya dalam-dalam. Ia malu setengah mati. Hatinya kontan menjerit, membayangkan secemong apa wajahnya tadi.
"M–maaf," cicitnya.
Arion mendekatkan wajahnya pada Sekar. "Kenapa minta maaf? Memangnya kau berbuat salah?"
Sekar mengangkat wajahnya. Terlalu sering Arion menatapnya lekat-lekat dari jarak dekat, membuat Sekar tak lagi terkejut. Gadis itu malah membalas tatapan Arion dengan tatapan yang sama.
Deg!
Arion terkejut mendapati Sekar malah membalas tatapan matanya. Padahal biasanya, gadis itu akan terbelalak dengan wajah semerah tomat masak, tiap kali ia melakukan hal demikian.
Tak ingin Sekar menyadari suara detak jantungnya yang mulai menggila, Arion memilih berdeham dan menjauhkan diri darinya.
"Kenapa, Mas?" tanya Sekar kebingungan.
"Tidak." Jawab Arion datar, sembari melanjutkan makannya yang sempat tertunda.
Setelah makan, mereka menghabiskan waktu sejenak untuk mengobrol. Sekar yang tak dapat menahan diri lagi akhirnya bertanya perihal posisi Arion di Kantor.
"Aku hanya seorang Manajer Pemasaran." Jawab Arion berbohong. Sebenarnya, bukan niat Arion untuk membohongi Sekar. Ia hanya tidak ingin gadis itu menjauh jika tahu siapa dirinya.
Biarlah untuk sementara ini Sekar tidak mengetahui apapun. Ia akan membiarkan Sekar mengetahuinya sendiri nanti.
Sekar mengangguk-anggukan kepalanya. "Apa itu Manajer Pemasaran?" tanyanya kemudian.
Arion meringis. Ia pikir anggukan Sekar tanda mengerti.
"Dari pada 'apa', lebih baik aku jelaskan sedikit tugasku." Kata Arion. "Manajer Pemasaran bertanggung jawab penuh dalam suatu program atau kebijakan terkait pemasaran. Mereka yang mengembangkan strategi harga, memastikan kepuasan pelanggan, serta mengawasi perkembangan produk. Intinya berperan dalam pencapaian omset dan keuntungan Perusahaan." Arion menjelaskan panjang lebar.
"Oh," wajah Sekar mendadak murung. Benar dugaannya, Arion bukanlah karyawan level rendahan di Kantor. Seketika, ia merasa tak pantas bergaul dengan pria itu.
"Kau mengerti?" tanya Arion.
Sekar memasang senyum ceria kembali. "Mengerti. Tidak berbeda jauh dengan sales, kan? Pantas saja, Mas suka dikasih tugas pergi jauh, pasti disuruh masarin produk Perusahaan, ya?"
Arion tertawa mendengar pertanyaan polos Sekar.
...***...
Jam 11 malam Arion dan Sekar memutuskan pulang. Persis saat ia berbelok masuk ke dalam Gang tempat kost'an Sekar, motor yang dikendarai Arion mati.
Arion turun dari motor, diikuti gadis itu. "Mogok ya, Mas?"
"Sepertinya." Jawab Arion singkat.
Sekar mengerutkan keningnya. Arion sama sekali tidak berusaha memeriksa keadaan motornya. Pria itu malah mendorong motornya santai menuju kost'an Sekar. "Sudah dekat, kita jalan saja." Katanya.
"Memang tidak pernah di service?" Sekar bertanya lagi.
"Mana kutahu."
"Jarang."
Sekar menggigit bibirnya lalu berkata, "maaf ya Mas, gara-gara aku, motor Mas jadi mogok,"
Arion menghentikan langkahnya, membuat Sekar hampir saja menabrak punggung pria itu. "Berhenti menyalahkan diri sendiri. Ini memang motor tua, jadi wajar jika sesekali mogok." Kata Arion seraya menoleh ke belakang. "Jangan memikirkan hal-hal yang tidak perlu, yang penting kau sudah sampai rumah." Sambungnya.
Sekar mengangguk patuh. Mereka sampai di depan kost-kost'an Sekar 10 menit kemudian.
"Makasih ya Mas, makan malamnya," ucap Sekar.
"Sama-sama."
"Mas, benar tidak apa-apa? Pulangnya bagaimana?"
"Tidak ada apa-apa. Aku akan menelepon temanku untuk datang menjemput." Jawab Arion tersenyum. "Lebih baik kau masuk, ini sudah malam." Titahnya.
"Kabari jika sudah sampai rumah ya, Mas?"
"Hmm ...." Arion menganggukan kepalanya.
Sekar melambaikan tangannya sembari masuk ke dalam gerbang kost.
Sepeninggal Sekar, Arion menghela napas pasrah. Pria itu segera menelepon Aiden agar menjemputnya di depan Gang kost-kost'an Sekar.
Sembari menunggu, ia memilih duduk di sebuah warung pinggir jalan yang masih buka. Tak ingin hanya numpang duduk-duduk, ia membeli sebotol air putih di warung tersebut.
"Motornya ngapa, Bang?" tanya si pemilik warung dengan logat betawi kentalnya.
"Mogok, Bang."
"Oh, mana Bengkel di sini udah pada tutup. Ada satu tapi jauh, sekitar satu kilometer dari sini." Terang si pemilik warung.
"Tidak apa-apa, Bang, saya sudah menelepon teman untuk menjemput."
"Syukur dah kalo begitu. Malam-malam bahaya soalnya kalo sendirian." Sahutnya.
Mereka mengobrol ringan sampai Aiden datang bersama Candra dan Dini.
"Mentereng amat mobil temennya, Bang," Arion hanya meringis, tatkala mendengar kalimat blak-blakan si pemilik warung.
"Loh, Bapak ngapain di sini?" tanya Dini begitu turun dari mobil.
"Kebetulan lagi lewat sini dan mogok." Arion memberi alasan.
"Kok, bisa pas?"
Arion mengangkat sebelah alisnya tinggi-tinggi, tampak tak memahami apa maksud perkataan Dini.
Gadis itu kemudian menunjuk Gang yang berada di belakang Arion. Gang tempat tinggal Sekar. "Tempat tinggal Candra di sini, Pak."
"Mati!" batin Arion seketika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Hasna
novelmun selalu menarik..
2022-11-29
1
buk e irul
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-05-18
0
Aumy Re
ketahuan chanda ni bakalan
smngat lanjut terus, thor
Mampir juga Di Batas Cakrawala
2022-03-15
1