Sekar sampai di tangga darurat lantai 5, tempat biasa ia makan siang dengan Arion.
Sudah ada Arion yang menunggu di sana, sedang berdiri memandangi suasana di luar Kantor melalui jendela.
"Maaf ya, Mas," ucap Sekar ketika dirinya telah berdiri di hadapan Arion. "Pasti Mas sudah menunggu lama, ya?"
Arion mengulum senyum ramah lalu menggelengkan kepalanya. Pria itu tidak berbohong. Ia memang baru saja tiba di sana tak sampai lima menit yang lalu.
Sekar mengajak Arion duduk di anak tangga untuk menyantap makan siang yang dibawa Sekar.
Kali ini, gadis itu memasak nasi kuning beserta lauk pauk sederhana. Sedangkan Arion membawa dua buah jus dingin yang ia beli dari Kantin Kantor. Pria itu kemudian mengambil jatah makanannya dan mulai memakan bekal yang dibawa Sekar.
"Mas, tadi aku habis mengantar berkas ke lantai tigapuluh. Kupikir, Mas Rion tadi ada di sana." Kata Sekar disela-sela makannya. Arion hanya melirik sekilas, enggan menanggapi omongan Sekar. Ia takut kelepasan bicara.
"Dan akhirnya, aku bisa bertemu dengan Pak Arion, CEO kita." Arion kontan mengangkat kepalanya setelah mendengar perkataan Sekar. Mata gadis itu berbinar-binar bak gadis remaja yang tengah kasmaran.
"Ternyata dia lumayan ganteng, ya? Kulitnya putih sekali, tubuhnya juga tinggi menjulang. Sedangkan rambutnya berwarna coklat kemerahan. Ahh, belum lagi warna matanya, hazel, unik sekali. Seperti bukan orang asli Indonesia, padahal namanya Indonesia sekali." Sambung gadis itu disertai tawa kecil.
Arion mengangkat sebelah alisnya. Mendengar pujian yang keluar dari mulut Sekar mengenai Aiden, membuat pria itu merasa sangat kesal.
"Memangnya kau tidak suka Pria Lokal?" tanya Arion kemudian.
"Yang seperti apa?" Sekar malah balik bertanya.
"Yang seperti aku!"
"Yang kulitnya tidak terlalu putih dan tingginya sekitar 175cm. Memiliki gaya rambut Slanted Sweep, juga memiliki bola mata sekelam malam." Jawab Arion tanpa pikir panjang. Semua merujuk pada dirinya sendiri.
Sekar terdiam sejenak. "Kayak kenal ciri-cirinya," gumamnya pada diri sendiri. Ia lalu menoleh pada Arion yang kembali sibuk dengan nasi kuningnya.
"Omong-omong, gaya rambut Slanted Sweep itu, seperti apa, Mas?"
Rasanya Arion ingin pulang saat ini juga.
...*...
Selesai makan, Sekar hendak pamit untuk kembali bekerja. Ia sudah terlambat masuk tiga menit dari waktu istirahat yang ditentukan.
"Nanti malam aku akan datang menjemputmu," ujar Arion tiba-tiba.
"Memang kita punya janji ya, Mas? Kok, aku tidak ingat." Sekar berhenti di ujung anak tangga, bersiap membuka pintu.
"Punya, baru saja aku buat." Jawab Arion. "Aku ingin mengajakmu berkeliling dan makan malam." Sambungnya.
Sekar mengangguk malu-malu. Ia lalu berpamitan dan pergi meninggalkan Arion.
Sesampainya di ruang ganti, tiba-tiba Bu Anita, Kepala Koordinatornya datang menghampiri Sekar.
"Sekar, bisa kita bicara?"
Mendengar nada bicara Bu Anita yang tidak biasa membuat Sekar gugup seketika. Apa yang terjadi? Apa ia berbuat salah hingga Kepala Koordinatornya datang menghampirinya secara langsung?
Atau mungkin, karena ia terlambat masuk setelah istirahat? Yang benar saja! Ia hanya terlambat masuk tak sampai lima menit.
Berbagai pertanyaan menghantui benak gadis itu.
"Ada apa, Bu? Saya minta maaf, saya telat masuk lima menit. Tadi saya harus ke toilet terlebih dahulu." Jawabnya berbohong. Sekar tidak mungkin mengaku, bahwa ia baru saja selesai makan bersama dengan salah seorang Karyawan Kantor.
Bu Anita mengulum senyumnya lalu menggeleng. "Tidak. Kamu tidak salah apa-apa."
"Begini Sekar, saya baru dapat mandat, bahwa mulai hari ini kamu hanya boleh berkeliaran dari lantai satu sampai lantai duapuluh saja. Selebihnya, kamu sama sekali dilarang menginjakan kaki di lantai duapuluh satu keatas, apapun yang terjadi."
Sekar berdiri kaku, ia mencoba mencerna setiap kata yang terucap dari bibir Bu Anita.
"Loh. kenapa, Bu?" tanyanya dengan raut wajah terkejut bercampur sedih. "Saya tadi memang mengantar berkas untuk Pak Arion di lantai tigapuluh. Itu hanya karena tidak ada orang yang bisa mengantarnya di jam istirahat. Maka dari itu saya yang menggantikan." lanjut gadis itu.
"Iya, saya tahu."
"Lalu, salah saya apa, Bu? Semua berkas tak ada yang hilang atau tercecer. Lengkap, selengkap-lengkapnya." Sekar hampir menangis. Bagaimana tidak, ia baru sekali naik ke sana tetapi langsung diblacklist.
"Saya sudah menanyakannya pada Bapak Aiden, Asisten Pribadi Beliau. Kamu tidak salah apa-apa. Pak Arion hanya tidak ingin Karyawannya keluar dari zona yang seharusnya. Tugasmu hanya di lantai-lantai tersebut, jadi tidak perlu sampai ke atas, sekalipun itu hanya sekedar membantu temanmu." Bu Anita mencoba menenangkan Sekar.
"Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Memang begitulah Pak Arion, terkadang ada saja hal-hal random yang ia lakukan. Kau tidak perlu cemas ya," ujar Bu Anita.
Sekar mengangguk pelan. Ia tak tahu harus berkata apa lagi.
"Ya sudah, lebih baik kamu kembali bekerja," kata Bu Anita sembari berlalu pergi.
Sekar mengerucutkan bibirnya kesal. Segala pujian yang sebelumnya dilontarkan gadis itu soal sang CEO hancur seketika. Ia tak sudi menyanjung pria tak jelas itu lagi.
"Cih! Lagi pula, siapa juga yang mau ke sana! Kalau tidak ada aku, mana mungkin dia bisa melanjutkan rapatnya." Tukas Sekar seraya pergi meninggalkan lokernya.
...*...
Aiden berdehem untuk kesekian kalinya. Jujur, ia sedikit gugup ditatap terus-terusan oleh Arion. Sekembalinya pria itu dari istirahat makan siang, Arion tak henti-hentinya menatap dingin Aiden, seolah-olah tengah bersiap untuk mencabik-cabik dirinya.
Setiap ditanya pun, Arion akan menjawab pertanyaan Aiden ogah-ogahan.
Entah habis dari mana atasannya kali ini. Tapi jika diingat-ingat, ada saja kelakuan Beliau setiap kembali dari jam istirahat.
Aiden menghela napas pasrah.
...***...
Arion mengulum senyum termanisnya kala melihat Sekar keluar dari tempat kostnya. Gadis itu terlihat sangat cantik meski hanya memakai dress berwarna pink selutut tanpa lengan, dibalut jaket jeans. Sebuah tas selempang kecil berwarna senada tersampir di bahunya.
Arion memerhatikan lambang tas yang dimiliki Sekar. Dilihat sekilas saja, ia dapat memastikan jika tas Sekar sudah sedikit usang. Palsu pula.
Raut wajahnya berubah sendu.
"Mas kenapa?" tanya Sekar saat melihat raut wajah Arion. "Aku jelek, ya?" sambungnya tak percaya diri. Gadis itu memilin ujung jaketnya. Ia lalu menutup bagian tas yang sudah usang menggunakan tangannya.
Arion meraih tangan Sekar. Memaksa gadis itu untuk membuka tangannya.
"Aku hanya sedang memikirkan pekerjaan. Tidak ada yang lain." Jawabnya lembut.
"Benar?" Sekar mencoba menelisik lebih dalam.
Arion mengangguk. "Ayo, cepat, nanti keburu ramai."
Sekar mengangguk. Ia lalu mengambil helm hello kitty yang disodorkan Arion, kemudian naik ke motor butut pria itu. Rencananya, Arion akan mengajak Sekar makan malam di Taman Jajan Kaki Lima, yang terletak sedikit jauh dari sana.
Arion tersenyum ketika Sekar memeluk pinggangnya. Ini adalah kali keenam mereka pergi bersama. Gadis itu tentu sudah tidak merasa canggung lagi.
...***...
Sekar menatap takjub pada tempat yang ia tuju kali ini. Di sepanjang perjalanan menuju Taman Jajan, musik-musik modern mengalun dari beberapa mobil yang berjejer di pinggir jalan. Ada banyak juga sekelompok motor-motor besar yang berkumpul di titik-titik tertentu.
Bahkan, para pedagang terlihat menjajakan berbagai dagangannya di dalam mobil pribadi mereka.
"Aku baru tahu kalau di Kota, kalian menggunakan mobil mahal untuk berdagang." Sekar mengeluarkan suaranya.
Arion melirik gadis itu lewat kaca spion motor. "Habis makan kita lihat-lihat, ya?"
Sekar mengangguk antusias.
Mereka sampai di pintu masuk Taman Jajan Kaki Lima. Sekar turun dari motor dan menunggu tak jauh dari sana. Seorang tukang parkir menghampiri Arion dan membantunya memarkirkan motor tersebut.
Sekilas tatapan tukang parkir tersebut nampak ambigu. Pasalnya, pakaian yang Arion kenakan terlihat sangat mahal dan rapi, tetapi motornya–
"Sini ya, Mas?" tanya Arion sembari turun dari motornya.
"Iya, Bang. Oh iya, jangan di standar dua ya, Bang, biar gampang kalau digeser-geser,"
"Kebetulan standar dua saya patah, Mas." Jawab Arion seraya tertawa.
Arion kemudian mengajak Sekar makan di salah satu kedai seafood yang lumayan ramai.
Sekar terbelalak ketika melihat harga menu yang tertera di sana. Dia kemudian mendekatkan bibirnya pada telinga Arion. "Nama tempatnya 'Taman Jajan Kaki Lima', tapi yang datang bermobil semua. Harga makanannya juga mahal-mahal. Kaki Limanya orang Kota 'tuh begini, ya?"
Arion meringis mendengar bisikan Sekar. Ia tak tahu harus menjawab apa.
"Sudah pesan saja, aku lapar," titah Arion.
"Mas punya uang lebih? Atau kita patungan saja ya kali ini? Aku bawa uang juga, kok." Beritahu Sekar.
Arion tak dapat menahan dirinya. Pria itu mencubit gemas hidung kecil Sekar. "Aku baru dapat bonus dari Bos, makanya ngajak kamu ke sini. Sudah pesan saja,"
Setelah berdebat selama lima menit, Sekar akhirnya mengalah. Gadis itu dengan enggan memilih menu yang paling murah.
"Nasi dan Cah Kangkung?" Arion meyakinkan Sekar.
"Harga Cah Kangkungnya saja bisa buat makanku tiga hari, Mas."
Arion menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu menulis menu tambahan yang lain. Melihat itu, Sekar sedikit merengut. "Kalau besok tidak bisa bayar Kost, jangan salahin aku, loh!" seru gadis itu jengkel.
Arion tertawa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Slanted Sweep: Model rambut ini mengutamakan area rambut bagian atas yang tebal hingga membentuk poni. Hanya bagian rambut bawah belakang saja yang dipangkas rapi.
Contoh Slanted Sweep adalah gaya rambut Lee Min Ho di Drakor 'The King: Eternal Monarch'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
buk e irul
Sekar gayamu i lho 😂
2022-05-19
1
Sabarita
baru tau gaya rambut slanted sweep xixixixi 🤣🤣🤣
2022-03-23
2
Sabarita
lucu.... seperti nya Arion cemburu ma Aiden 🥰🥰🥰
2022-03-23
1