"Kalau begitu, rapat akan kita lanjutkan satu setengah jam lagi. Terima kasih," Arion berdiri dari kursi kebesarannya, diikuti para Petinggi-petinggi Perusahaan. Mereka memang rutin mengadakan pertemuan sebulan sekali guna membahas masalah-masalah yang terjadi di Kantor.
Beberapa dari mereka ada yang langsung keluar dari ruangan untuk makan siang, atau menghampiri Arion terlebih dahulu.
"Bagaimana proyek Kecerdasan Buatan yang kau kerjakan bersama Tim 5?" tanya Daniel Gavriel Umbara, CFO sekaligus Kakak Sepupu Arion, begitu sampai di hadapannya.
"Sudah rampung enampuluh persen." Jawab Arion. Nada bicaranya terdengar sedikit percaya diri.
Daniel menepuk pundak adik sepupunya itu. Arion yang semula tidak terlihat begitu handal dimatanya, kini berhasil meneruskan kepemimpinan sang Ayah dengan sangat baik. Bahkan, sekarang ia juga tengah memegang sebuah proyek besar bernilai fantastis, yang digadang-gadang sebagai proyek terbesar Umbara Corporation selama sepuluh tahun terakhir ini.
Daniel optimis apa yang Arion kerjakan akan berhasil seperti proyek-proyek kecil sebelumnya. Skala bukanlah halangan bagi pria itu.
Mereka berbincang sejenak sampai ponsel milik Arion berbunyi.
Raut wajah pria itu berubah kala melihat identitas si penelepon.
"Siapa?" tanya Daniel penasaran.
Arion menunjukan layar ponselnya pada Daniel.
'Davina's Calling'
Daniel menahan dirinya untuk tidak tertawa. Ia lantas menyuruh Arion untuk mengangkat telepon dari wanita itu. "Lebih baik kau jawab dan katakan, kau tak ada di Kantor. Dari pada tiba-tiba dia berdiri di balik pintu ruanganmu."
Mendengar perkataan Daniel, Arion menghembuskan napasnya keras-keras.
...*...
"Lama juga," gumam Sekar seraya memerhatikan tombol angka lift yang menyala setiap ia tiba di lantai tertentu. Gadis itu hendak menuju lantai tigapuluh.
Selama dua bulan kerja di tempat ini, Sekar sama sekali belum pernah ditugaskan ke lantai tersebut. Itu memang bukan areanya. Namun, karena ini jam makan siang, tak ada seorang pun yang mau diminta mengantar tumpukan berkas ke ruangan meeting lantai paling atas tersebut. Padahal berkas-berkas itu harus segera di periksa CEO mereka, sebelum memulai kembali rapatnya.
Sekar yang memang penasaran dengan wajah sang CEO menawarkan diri untuk mengantarkannya. Hitung-hitung, sembari jalan-jalan, sebab ia belum pernah naik sampai ke lantai paling atas. Lantai tertinggi yang pernah ia kunjungi adalah lantai 12, seperti sekarang ini.
****TING****!
Lift berhenti tepat di lantai tigapuluh. Sekar keluar dan mulai berjalan menuju ruangan meeting.
*
Arion menutup teleponnya setelah berhasil membujuk Davina agar tidak datang ke Kantor. Ia beralasan akan mengadakan pertemuan di luar dengan beberapa klien setelah meeting ini selesai.
Sebuah kotak pesan yang masuk sejak beberapa saat lalu segera dibaca Arion.
📨Sekar❤
Mas, makan siang kita sepertinya akan terlambat. Aku harus mengantar berkas ke lantai 30 terlebih dahulu. Tunggu ya,
Arion membelalakan matanya begitu membaca pesan yang tertera dari Sekar. Bersamaan dengan itu, suara pintu ruangan terbuka.
"Permisi," Sekar masuk sembari membawa beberapa tumpuk berkas yang tersimpan rapi di map.
Arion yang kelimpungan lantas menyembunyikan dirinya di balik pintu ruangan kecil yang ada di sana.
"Ini berkas-berkas yang Bapak minta," Sekar menyerahkan berkas tersebut ke tangan Aiden yang kebetulan berdiri persis di sebelah kursi utama.
Aiden menoleh ke arah Arion. Beruntung posisi Sekar membelakangi Arion, jadi gadis itu tidak akan menyadari keberadaannya, asal Aiden bisa diajak kerja sama.
"Saya bu–" Aiden berhenti bicara tatkala Arion memandanginya tajam. Pria itu memberikan isyarat untuk diam pada Aiden.
Aiden mengangkat alisnya.
"Sudah terima saja, bodoh!" Ia dapat membaca gerak bibir Arion.
"Pak," Sekar membuka suaranya. Gadis itu menatap Aiden heran. "Bapak, Pak Arion, kan?"
Mendengar pertanyaan Sekar, Arion yang tengah bersembunyi mengangguk-anggukan kepalanya pada Aiden. Pria itu otomatis menuruti perintah atasannya tersebut, walau gerakannya kentara sekali sangat kaku.
"Ahh, i–iya ...." Jawab Aiden terbata-bata.
"Maaf, Bapak kenapa?" tanya Sekar lagi.
Arion ingin sekali melempar sepatunya saat ini juga ke wajah tampan Tangan Kanannya tersebut.
"Awas saja kalau sampai ketahuan!" batin pria itu.
Aiden berdehem, lalu menjawab, bahwa ia baik-baik saja. Ia segera memeriksa berkas yang dibawa Sekar, memastikan tak ada yang kurang ataupun tercecer.
"Sudah lengkap semua. Terima kasih," ujar Aiden setelah selesai memeriksa.
"Baik, Pak. Saya permisi," Sekar undur diri dan keluar dari ruangan.
Arion menghembuskan napas lega. Ia keluar dari tempat persembunyiaannya.
"Maaf, Pak," ucap Aiden sembari menunduk. Meski ia tak tahu apa kesalahannya dan apa maksud dari sikap Arion, entah mengapa, ia merasa wajib meminta maaf.
"Bagaimana dia bisa ada di sini?" gumam Arion tanpa menghiraukan permintaan maaf Aiden.
"Siapa, Pak?" Aiden reflek mengangkat kepalanya.
"Gadis itu, kenapa ada di sini?"
Aiden mengerutkan keningnya. "Dia karyawan sini, Pak." Jawabnya.
"Saya tahu!" seru Arion geram. "Mengapa ia bisa sampai di lantai ini?"
Belum sempat Aiden menjawab pertanyaan Arion, pria itu sudah menginterupsinya, "Hubungi kepala koordinatornya sekarang! Katakan pada Beliau, mulai detik ini gadis OG tadi dilarang naik ke lantai 20 sampai lantai ini. Mengerti?" Arion menekankan beberapa kata. Pria itu terlihat sangat kesal sekaligus ... gelisah?
"Baik, Pak."
***
Setelah mengantar berkas ke lantai tigapuluh, Sekar menuju ruang ganti untuk mengambil bekalnya. Ia hendak pergi menuju tangga darurat lantai lima. Ia tak ingin membiarkan Arion menunggu lama.
"Sekar, makan sendiri lagi?" Rani, salah seorang OG lain, berpapasan dengannya.
Sekar hanya menjawab pertanyaan Rani dengan kekehan.
"Ada siapa sih di sana?" tanya Rani sembari menyenggol lengan Sekar. Matanya mengerling jahil.
"Tidak ada." Kilah Sekar.
"Alaaah! Kau tahu tidak, beberapa dari kami pernah memergoki seorang pria keluar dari pintu darurat diwaktu yang hampir bersamaan denganmu, loh?"
Sekar terperanjat mendengarnya.
"Mateng!"
"Sayang, kita hanya bisa melihatnya sekilas dari belakang. Soalnya, pria itu langsung lari terbirit-birit setiap keluar dari sana. Lucu deh," sambung Rani disertai tawa kecil.
"Masa, Ran? Hanya kebetulan kali, hahaha ...." Sekar tertawa garing. Ia tak tahu harus bereaksi apa, sebab ia tahu, tangga darurat memang jarang sekali dilewati orang-orang, terkecuali jika lift dalam perbaikan atau ada hal mendesak.
Apa lagi. ia baru mengetahuinya beberapa waktu lalu. bahwa terdapat keangkeran di lantai-lantai tertentu. Mungkin itu yang menyebabkan tangga darurat begitu sepi.
Tiba-tiba raut wajah Sekar berubah, "Loh, kenapa kalian tidak lihat sendiri saja?" tanyanya kemudian.
Kalau memang mereka penasaran, seharusnya mereka bisa saja menerobos masuk dan memergokinya, bukan?
"Privasilah. Begini-begini kita paham batasan. Apa lagi kalau yang dikepoin salah satu karyawan high class. Tidak berani deh." Jawab Rani.
Sekar mengangkat alisnya, "Tahu dari mana?"
"Pakaiannya lah. Kau yang baru bekerja beberapa minggu di sini tentu saja belum bisa membedakan. Kalau kami sih, sudah hafal sekali."
Sekar mengangguk-anggukan kepalanya. Bisa-bisanya ada level-levelan macam itu. Ia pikir, itu hanya ada dalam pikirannya saja.
"Ya sudah, semangat sama si dia ya, Sekar? Lain kali kita makan bareng, oke?" tanpa menunggu jawaban dari Sekar, Rani segera pergi meninggalkannya.
"Aduh, malu!" pekik Sekar sembari menutup wajahnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Note: CFO (Chief Financial Officer): Direktur Keuangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Lisa Z
besok lanjut baca lagi hhe. salam dari readers Falling into your trap(author 'Chocooya') jangan lupa lanjut baca disana ya ka😊
2022-03-04
0
Endang Purwati
😂😂😂😂 lucuu aja pas bagian dimana mas Rion nyumput dibelakang pintu...kebayang bagaimana face nya ... 😂😂😂😜😜😜
sabaarrr yaa mas Aiden..kayaknya si bos lagi falling in love sma OG maniiss...penghuni tangga darurat lantai 5....tapi sama2 gak peka...😂😂😜😜✌✌
2022-02-26
2
Leli Leli
untung g kejepit pintu Arion🤣🤣🤣
2021-12-28
1