Motor butut Candra

Keesokan harinya, Candra datang ke rumah Arion atas perintah Aiden.

Remaja berusia 22 tahun itu nampak gugup ketika Dini mempersilakannya masuk ke dalam rumah.

Bagaimana Candra tidak gugup, pasalnya, ia dan Arion tidak pernah benar-benar saling berkomunikasi, lantaran mereka jarang sekali bertemu. Saat bertemu pun, mereka hanya akan saling sapa. Bukan karena Arion menjaga jarak darinya, melainkan dialah yang menjaga jarak dari Arion. Candra tak ingin dianggap cari muka oleh orang-orang yang melihatnya.

"Ada apa, sih? Aku salah apa?" bisik Candra pada Dini.

Dini mengangkat bahunya. Raut wajah gadis itu tak kalah gugup darinya.

Melihat reaksi Dini, Candra makin panas dingin. Otaknya mencoba mengingat-ingat sesuatu, mungkin saja ia pernah tak sengaja berbuat salah pada Arion.

Namun sampai kepalanya mengebul pun, Candra tetap tak dapat mengingat apa-apa selain soal Dini. Ia tahu betul, Dini bukan hanya sekedar asisten rumah tangga bagi Arion, oleh sebab itu, selama hampir dua tahun berpacaran, Candra tidak pernah berani berbuat macam-macam. Pacaran mereka sehat-sehat saja.

Sesekali memang ia sempat mencuri-curi ciuman dari gadis itu. Tetapi, masa iya Arion sampai tahu.

Candra hampir menangis. Ia lupa, kalau Arion memiliki segalanya dan dapat melakukan apapun meski itu di luar akal sehat manusia.

Candra sampai di ruang tamu. Sudah ada Arion yang duduk santai di atas sofa. Sepertinya, ia tidak masuk kantor hari ini.

Arion mempersilakan Candra duduk.

Tetapi, alih-alih duduk di sofa, Candra malah duduk di atas karpet bulu miliknya.

"Kenapa duduk di bawah? Sofa saya kotor?" tanya Arion.

"A–anu, Pak, di sini saja." Cicit Candra. Arion mengerutkan keningnya.

"Duduk di atas atau saya juga akan ikut duduk di bawah."

Candra bergeming, wajahnya tampak ragu-ragu. Melihat itu, tanpa basa-basi Arion langsung beringsut duduk di atas karpet.

"Pak, jangan duduk di bawah!" pekik Dini spontan. Candra juga membelalakan matanya.

"Sudah, sudah. Ada yang mau saya bahas, soal motormu kemarin," ujar Arion. Ia meminta Dini ikut duduk dengan mereka.

"Kenapa sama motor saya, Pak?" tanya Candra ketakutan. Ia baru ingat kejadian semalam. Dia yakin Arion pasti ingin memarahinya, karena telah membuat pria itu kesusahan.

"Pak, maafkan saya. Motor saya memang motor tua jadi sering mogok. Saya bukannya tidak mau memberitahu soal kondisi motor saya, tetapi Bapak sem–"

"Berapa harga motormu?" Arion tiba-tiba memotong pembicaraan Candra.

"Ha?"

"Saya beli." Kata Arion tanpa basa-basi.

Candra mematung sejenak.

"Bapak tidak salah ngomong? Motor Candra sudah butut, Pak." Kali ini Dini yang buka suara.

"Justru itu saya mau beli." Arion menegaskan. "untuk jaga-jaga juga." sambungnya dalam hati. Bukan tidak mungkin, sewaktu-waktu Sekar bisa melihat motor itu dibawa Candra. Oleh sebab itu, guna mengantisipasi hal demikian lebih baik ia beli. Hitung-hitung, sekalian bisa ia gunakan sebagai kendaraan pribadinya saat bertemu Sekar.

Candra menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Entah angin apa yang datang pada diri Arion, hingga membuat pria itu tertarik dengan motor butut miliknya. Padahal sebelum-sebelumnya, dia tidak pernah melirik kendaraannya sama sekali. Jangankan melirik, sadar pun sepertinya tidak.

"Berapa harganya?" tanya Arion sekali lagi, seraya memandang Candra serius.

"Mmm," Candra bergumam, matanya tertunduk menatap jutaan helai bulu-bulu halus yang terdapat pada karpet mewah Arion.

"10 juta? 20 juta?"

Candra nyaris tersedak salivanya sendiri. Matanya kontan melotot. Ia terkejut.

"Ya Allah, Pak, Bapak ngeledek atau bagaimana? Motor begitu 3 juta saja masih pada nawar," ucap Candra spontan.

"Oh." Respon Arion singkat. Ia segera mengambil ponselnya dari atas meja tamu lalu meminta nomor rekening Candra.

Mau tak mau, Candra menyebutkan nomor rekeningnya. Biarlah, soal motor ia bisa membeli lagi yang bekas, yang terpenting urusan dengan Arion bisa segera selesai.

"Sudah ya," ucap Arion beberapa saat kemudian. Bersamaan dengan itu, ponsel Candra berbunyi.

Lagi-lagi Candra dibuat terkejut oleh Arion. Nominal yang di transfer pria itu sangat besar. Cukup untuk membeli motor matic besar keluaran terbaru, cash. Itupun masih sisa.

"Ya Allah, Pak, ini kelebihan banyak sekali. Jangan begini Pak, saya tidak punya jaminan apa-apa. Jangankan barang berharga untuk jaminan, diri saya saja tidak ada harganya, Pak."

Suara hantaman terdengar nyaring seketika, diikuti teriakan Candra yang mengaduh kesakitan setelah punggungnya di pukul sang kekasih.

"Kebiasaan bercanda kamu tuh, jangan dibawa-bawa ke Bapak kenapa, sih!" geram Dini.

"Kelepasan."

Arion tertawa nyaris terbahak. Pria itu kemudian berkata, "Kamu bisa pakai itu untuk membeli motor baru. Saya tidak mau adik saya dibonceng motor butut seperti itu lagi. Sisanya bisa kamu pakai untuk menyicil uang kuliahmu."

Air mata menggenang di pelupuk mata Candra. Jika bukan Arion, mungkin ia sudah menerjang dan memeluknya seerat mungkin.

Candra membungkukan badannya dalam-dalam, mulutnya tak berhenti mengucapkan kata terima kasih. Tak lupa, ia pun berjanji untuk menyelesaikan kuliahnya dengan baik, agar bisa memberi kehidupan yang layak untuk Dini kelak.

...***...

"Jadwal hari ini apa?" tanya Arion begitu masuk ke dalam mobil.

"Hari ini kita tidak ke Kantor, Pak. Pagi ini, Bapak akan meeting dengan Mr. George di Kantor Beliau, lalu kemudian Bapak akan temu janji dengan Pimpinan Redaksi Sun Magazine sekaligus makan bersama. Setelah itu, malam harinya Bapak harus memenuhi undangan Mrs. Vinna, untuk menonton penampilan Orkestranya." Aiden menjelaskan schedule Arion.

Arion menghela napasnya. Janji bertemu dan makan siang bersama dengan Sekar pupus sudah. Menyesal rasanya mengambil cuti sehari, setelah pulang dari Luar Kota.

Sepertinya, besok-besok ia harus menghafal schedule-nya sendiri, supaya bisa mengatur jadwal pribadinya.

...***...

📨 Mas Rion:

Hari ini aku tidak datang ke Kantor. Aku harus mewakili Perusahaan untuk meeting di luar.

Jika kau membawa makan siang lebih, makanlah bersama teman wanitamu.

Sampai bertemu besok.

Sekar memasang raut wajah kecewa setelah membaca pesan dari Arion. Padahal ia sudah membawa bekal yang lumayan mewah demi menyambut kepulangannya. Kendati mereka sudah bertemu malam lalu, tetap saja Sekar ingin membuatkan sesuatu yang istimewa untuk pria itu.

Semoga saja, besok mereka bisa bertemu dan makan siang bersama kembali.

...***...

"Mas Rion?" Sekar terperanjat mendapati Arion berdiri di depan gerbang kost-kost'annya sembari menenteng bungkusan.

"Dari mana?" tanya Arion, tersenyum penuh kelegaan.

"Habis beli token. Mas baru pulang? Kenapa tidak bilang kalau mau kemari? Terus, mana motornya?" Sekar memberondong Arion dengan berbagai pertanyaan. Ia heran, karena sama sekali tidak melihat kendaraan miliknya. Pria itu juga masih memakai kemeja Kantor yang kini digulung sampai siku.

"Aku memang sedang dalam perjalanan pulang bersama teman. Kebetulan lewat rumahmu. Ini kubelikan makan malam. Anggap saja sebagai permintaan maafku karena tidak bisa ke Kantor tadi." Kata Arion sembari memberikan bungkusan yang sedari tadi ia pegang.

Sekar menerima pemberian Arion dan berterima kasih.

"Aku pulang dulu, ya? Jangan lupa dimakan." Pamitnya.

Sekar mengangguk. Ia tidak bisa mengajak Arion makan bersama, karena para penghuni kost dilarang membawa laki-laki.

"Mas," panggil Sekar. Gadis itu berlari kecil menghampiri Arion.

Ia mengeluarkan minyak kayu putih yang baru dibelinya dari Minimarket, lalu meminta Arion mengulurkan lengannya.

"Lain kali kabari dulu kalau mau datang, biar Mas tidak digigit nyamuk karena menunggu di luar terlalu lama." Kata Sekar sembari mengoles kedua lengan Arion menggunakan minyak kayu putih tersebut.

Arion terpaku. Telinganya sama sekali tidak mendengar perkataan Sekar, sebab terhalang suara detak jantungnya yang kini mulai menggila.

Tangan Sekar memang tidak sehalus tangan wanita pada umumnya. Justru itulah yang membuat Arion menyukai sentuhan gadis itu. Bukti betapa hebat perjuangan hidupnya selama ini.

Pria itu memejamkan matanya sesaat. Berusaha menjernihkan isi kepalanya sekuat tenaga, agar tidak lancang menarik Sekar ke dalam dekapannya.

Ya Tuhan, ia berharap waktu bisa berjalan lebih lambat dari biasanya.

Terpopuler

Comments

Sukes Shukes

Sukes Shukes

sabar mas jodoh ditangan author

2022-04-12

1

Chi ajjah

Chi ajjah

sampe bab ini udah suka bgt sm jalan cerita nya. 😍😍

2022-04-05

1

Hesti Ariani

Hesti Ariani

ceritanya ngalir aja..kata2nya enak.dibaca👍
arion..hati2 jantungnya yaa

2022-02-26

1

lihat semua
Episodes
1 Berangkat ke Jakarta
2 Wawancara kerja
3 Tempat Kost Sekar
4 Hari Pertama Bekerja
5 Makan siang bersama
6 Mengunjungi Rumah Utama
7 Kedatangan Arion tiba-tiba
8 Makan malam berdua
9 Motor butut Candra
10 Karyawan baru, Abiyan Mahendra
11 Hampir ketahuan
12 Jalan-jalan
13 "Aku mencintaimu,"
14 Abiyan dan Sekar
15 "Aku merindukanmu,"
16 Erlina Kenes Umbara
17 Siksaan Erlina
18 Pingsan
19 Ke dokter dengan mobil Kantor
20 Ancaman Arion
21 Rumah Bi Ida
22 Resmi
23 Cracking!
24 Rencana Abiyan
25 Kecurigaan Aiden
26 Rencana Erlina
27 Mbah Bhanuwati
28 Bertemu Davina
29 Davina bergabung dengan mereka
30 Ulah Davina
31 First Kiss
32 Cemburu
33 Penolakan Arion
34 Benci Pembohong
35 Office Girl Senior, Ningrum
36 Pulang Kampung
37 Mendapat Donatur
38 Pertemuan Arion dan Dino
39 Kejujuran Dino
40 Persaingan
41 Arion kembali ke Jakarta
42 Kemarahan Arion
43 Ambisi Dino
44 Kedatangan Nimas
45 Abiyan dan Sekar
46 "Aku mencintaimu,"
47 Terjebak di lift
48 Terjebak di lift (2)
49 Hari H
50 Hari H (2)
51 Insiden
52 Terbongkar
53 "Kita sudah bukan siapa-siapa!"
54 Rumah Rani
55 Dipecat
56 Mencari keberadaan Sekar
57 Arion kembali bertindak
58 Rumor beredar
59 Pindah
60 Pertemuan
61 Pertengkaran
62 Rencana lainnya
63 Dihadapkan pada pilihan sulit
64 Surat Pemutusan Kontrak Kerja
65 "Aku juga merindukanmu,"
66 Pulang
67 Tiba di rumah
68 Bertemu Dino
69 Pertemuan Davina dan Erlina
70 Permintaan Arion
71 Arion berhasil menelepon Sekar
72 Arion tiba di kantor baru
73 Pertemuan
74 Usaha Arion
75 Ketegasan Ben
76 Ben turun tangan
77 Memutus ekor
78 Kiss?
79 Keributan
80 Berbaikan?
81 Ingatan Mbah Bhanuwati
82 Pasar Malam
83 Pesan tersirat
84 Tragedi (Bude Gayatri dan Mbah Bhanuwati)
85 Petunjuk
86 Titik terang
87 Ketika Cinta diuji
88 Kembali bersama?
89 Mimpi Adhisty
90 Sepotong mimpi yang lain
91 Amnesia Disosiatif
92 Sebuah pilihan
93 Pertemuan terakhir
94 Barang bukti utama
95 Vonis persidangan
96 Kunjungan
97 Kejutan
98 Akhir kisah
99 (Ekstra bab) Kebahagiaan terbesar
100 Pengumuman Karya Baru
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Berangkat ke Jakarta
2
Wawancara kerja
3
Tempat Kost Sekar
4
Hari Pertama Bekerja
5
Makan siang bersama
6
Mengunjungi Rumah Utama
7
Kedatangan Arion tiba-tiba
8
Makan malam berdua
9
Motor butut Candra
10
Karyawan baru, Abiyan Mahendra
11
Hampir ketahuan
12
Jalan-jalan
13
"Aku mencintaimu,"
14
Abiyan dan Sekar
15
"Aku merindukanmu,"
16
Erlina Kenes Umbara
17
Siksaan Erlina
18
Pingsan
19
Ke dokter dengan mobil Kantor
20
Ancaman Arion
21
Rumah Bi Ida
22
Resmi
23
Cracking!
24
Rencana Abiyan
25
Kecurigaan Aiden
26
Rencana Erlina
27
Mbah Bhanuwati
28
Bertemu Davina
29
Davina bergabung dengan mereka
30
Ulah Davina
31
First Kiss
32
Cemburu
33
Penolakan Arion
34
Benci Pembohong
35
Office Girl Senior, Ningrum
36
Pulang Kampung
37
Mendapat Donatur
38
Pertemuan Arion dan Dino
39
Kejujuran Dino
40
Persaingan
41
Arion kembali ke Jakarta
42
Kemarahan Arion
43
Ambisi Dino
44
Kedatangan Nimas
45
Abiyan dan Sekar
46
"Aku mencintaimu,"
47
Terjebak di lift
48
Terjebak di lift (2)
49
Hari H
50
Hari H (2)
51
Insiden
52
Terbongkar
53
"Kita sudah bukan siapa-siapa!"
54
Rumah Rani
55
Dipecat
56
Mencari keberadaan Sekar
57
Arion kembali bertindak
58
Rumor beredar
59
Pindah
60
Pertemuan
61
Pertengkaran
62
Rencana lainnya
63
Dihadapkan pada pilihan sulit
64
Surat Pemutusan Kontrak Kerja
65
"Aku juga merindukanmu,"
66
Pulang
67
Tiba di rumah
68
Bertemu Dino
69
Pertemuan Davina dan Erlina
70
Permintaan Arion
71
Arion berhasil menelepon Sekar
72
Arion tiba di kantor baru
73
Pertemuan
74
Usaha Arion
75
Ketegasan Ben
76
Ben turun tangan
77
Memutus ekor
78
Kiss?
79
Keributan
80
Berbaikan?
81
Ingatan Mbah Bhanuwati
82
Pasar Malam
83
Pesan tersirat
84
Tragedi (Bude Gayatri dan Mbah Bhanuwati)
85
Petunjuk
86
Titik terang
87
Ketika Cinta diuji
88
Kembali bersama?
89
Mimpi Adhisty
90
Sepotong mimpi yang lain
91
Amnesia Disosiatif
92
Sebuah pilihan
93
Pertemuan terakhir
94
Barang bukti utama
95
Vonis persidangan
96
Kunjungan
97
Kejutan
98
Akhir kisah
99
(Ekstra bab) Kebahagiaan terbesar
100
Pengumuman Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!