Beberapa hari setelah kejadian tersebut, Sekar tak lagi bertemu dengan Arion. Pria itu tengah bertugas menemani CEO mereka keluar Kota selama dua pekan.
Selama Arion pergi, Sekar sama sekali tidak pernah menghubunginya terlebih dahulu, seperti biasa. Dia hanya akan membalas pesan singkat atau mengangkat telepon, jika Arion menghubunginya lebih dulu.
Kini, Sekar hanya menghabiskan waktu libur kerjanya dengan melamun di atas kasur seharian.
"Kumohon, jangan katakan apapun."
"Kenapa?" tanya Arion lembut. Entah mengapa suara pria itu jadi terdengar seksi di telinga Sekar.
"Aku ...," Sekar terdiam cukup lama. Gadis itu terlihat gamang. Meskipun Arion belum mengatakan apa-apa, namun ia sudah bisa menebak apa yang akan pria itu katakan.
"Baiklah, aku tak akan mengatakan apapun padamu saat ini." Arion mengalah. "Besok, aku ada tugas keluar Kota selama kurang lebih dua pekan. Itu waktu yang cukup bagimu untuk memikirkan segalanya, karena saat aku pulang nanti, aku akan mengatakan hal yang ingin kukatakan sekarang. Kau tak boleh melarang atau menginterupsiku lagi dan aku menuntut jawaban darimu saat itu juga."
"Ih!" sahut Sekar ketus. Ingatan tempo hari masih terekam jelas di ingatan Sekar. Ada perasaan takut membuncah dalam dadanya. Sekar mencoba menggali-gali perasaan tersebut, mencari arti akan apa yang tengah dirasakannya saat itu hingga kini. Dan ia telah mendapat jawabannya.
Sebenarnya, apa yang ada di pikiran Arion hingga tertarik padanya? Ia hanyalah seorang gadis kampung tamatan SMP yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kedua orang tuanya hanya bekerja sebagai petani kecil di lahan orang. Mereka bahkan tidak mengenyam pendidikan apapun, karena sedari kecil harus membantu Mbah Bhanuwati mencari nafkah. Dari seluruh anak keturunan Mbah Bhanuwati, hanya Sekar lah yang mengenyam pendidikan paling tinggi.
Memang, ada salah seorang sanak saudara yang bersekolah hingga Universitas. Dia adalah Bayu, sepupu jauh Sekar. Adik Mbah Bhanuwati adalah Neneknya Bayu. Kini Bayu bekerja di Luar Negeri dan menetap di sana.
Sadar akan kehidupannya yang sedemikian menyedihkan, Oleh sebab itu ia tak pernah berani memikirkan soal asmara. Ia merasa tak pantas mendapatkan laki-laki manapun. Gadis itu bahkan menolak lamaran Dino, tetangga sekaligus sahabat baiknya di sana. Seorang Duda tanpa anak yang sudah menyukainya sejak lama. Dino adalah anak orang terkaya dan terpandang di kampung mereka, orang tuanya adalah mantan Kepala Desa.
Saat kedua orang tuanya tahu bahwa Dino pernah melamarnya, mereka segera menikahkan Dino dengan anak kerabat jauhnya yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil. Hal itu dilakukan agar Dino tak lagi mengejar-ngejar Sekar. Namun sayang, pernikahan Dino hanya berlangsung dua tahun, sebab sang Istri ternyata berselingkuh dengan pria lain.
Sekar menjadi semakin tak percaya diri. Bertemu dengan Arion pun, ia tak pernah mengharapkan apa-apa. Bisa terus berada di dekat pria itu saja, merupakan sesuatu yang Sekar amat syukuri. Sekar tak akan egois dengan meminta lebih dari ini. Ia sadar betul siapa dirinya.
Meski tak dapat dipungkiri, ada segenggam perasaan lebih yang ia sisihkan untuk Arion.
Sekar memeluk gulingnya lebih erat. Bayangan Arion kembali datang menghantui isi kepalanya.
Ia masih mengingat betul, bagaimana Arion mencium pipinya mesra tanpa permisi. Bagian kecil dari bibirnya bahkan tersentuh bibir lembut pria itu.
Meski Arion perokok, napasnya begitu harum. Begitu pula dengan tekstur bibirnya yang lembut dan kenyal. Ia juga bisa melihat dengan jelas warna bibir Arion dari dekat, pink kemerah-merahan. Arion pasti merawat dirinya dengan baik.
Kendati hanya sebuah ciuman ringan, namun entah mengapa rasanya begitu istimewa dan ... memabukan.
"Aaargh!" pekik Sekar sembari berguling di ranjang kamar kostnya. "Pergi! Pergi! Pergi!" gadis itu menggigit ujung bantalnya sekuat tenaga agar suara teriakannya tak terdengar sampai keluar.
...***...
Arion baru saja sampai ke kamar hotelnya. Selama kurang lebih dua minggu, ia akan berkeliling kota guna memonitor kantor-kantor cabang yang sedang dibangun.
"Makan malam di bawah atau di sini, Pak?" tanya Aiden yang sedang menyiapkan teh hangat untuk pria itu.
"Di sini saja, aku lelah." Jawab Arion sembari berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Aiden segera memesan makanan melalui telepon, sebelum berlalu pergi ke kamarnya sendiri yang terletak di sebelah kamar Arion.
Selesai mandi dan berganti pakaian, Arion duduk di sofa. Sudah ada beberapa hidangan yang menggugah selera tersaji di atas meja.
Arion mengecek ponselnya. Raut wajahnya seketika berubah saat mengetahui, tak ada satupun pesan dari Sekar, di antara puluhan pesan singkat yang datang ke ponselnya.
Ia bukannya tak menyadari perubahan Sekar. Pria itu hanya tak ingin membenarkan penolakan tak langsung yang Sekar berikan. Arion bertekad untuk egois kali ini.
Ia meletakan ponselnya kembali di atas meja, lalu menyantap makan malamnya.
...***...
Sekar lagi-lagi harus makan siang seorang diri di tempat kerjanya. Alih-alih tangga darurat, gadis itu memilih makan di sudut halaman belakang Kantor agar tidak terlalu merasa kesepian.
"Sekar?" Gadis itu baru saja menandaskan suapan terakhirnya, ketika seorang pria memanggil dan menghampirinya.
"Mas Abiyan,"
Abiyan mengangkat tangannya dan duduk di samping Sekar. Matanya tertuju pada kotak makan Sekar yang telah kosong.
"Yah, sayang sekali makananmu sudah habis, padahal aku ingin mencicipinya juga."
Sekar mengerutkan keningnya kala mendengar perkataan Abiyan. "Juga?" gumamnya pelan.
"Ya. Apa kau tak tahu, segelintir orang sudah mengetahui kebiasaanmu makan di tangga darurat bersama seorang pria?" tanya Abiyan sembari memasang senyum jahilnya.
Mata Sekar membola. "Ha?"
Abiyan mengangguk. "Iya. Tetapi untuk mengetahui lebih lanjut siapa identitas si pria, mereka tidak berani melakukannya. Kau tahu sebabnya bukan?"
Sekar termangu sesaat. Mimik wajahnya berubah sedih. Arion memang bukan orang sembarangan.
Melihat Sekar demikian, Abiyan kembali membuka suaranya. "Kenapa berwajah masam seperti itu? Memangnya kau tak tahu, siapa pria yang selalu kau ajak makan siang, hampir setiap hari?" tanyanya.
Sekar menggeleng. Ia hanya tahu Arion Karyawan terdekat CEO mereka. Mungkin, karena ia memiliki kinerja yang baik, Pemimpin Perusahaan selalu melibatkan Arion dalam setiap kegiatannya, baik di dalam Kantor maupun di luar. Terlebih, Arion adalah salah satu anggota tim dalam proyek besar yang tengah dikerjakan Umbara Corporation.
Abiyan mengangguk-anggukan kepalanya lagi. Ia lalu menoleh pada Sekar. "Selagi dia pergi, bagaimana jika aku yang menggantikannya?" tanya pria itu.
"Menggantikan apa?" tanya Sekar yang tak mengerti apa maksud pertanyaan Abiyan.
"Makan siang bersama. Kau bisa membawa porsi lebih untukku." Jawab Abiyan.
Sekar tak menjawab pertanyaan Abiyan. Perasaan bimbang menggelayuti dirinya seketika.
Ia merasa seperti seorang gadis yang doyan merayu pria dengan iming-iming makan siang.
Sekar ingin sekali menolak permintaan pria itu. Bagaimanapun, ia tidak begitu mengenal Abiyan. Mereka hanya bertemu dua kali –tiga, jika hari ini dihitung juga–, namun di sisi lain, Sekar memiliki hutang budi padanya.
"Bagaimana kalau tiga kali saja?" tawar Sekar.
Abiyan tertawa merdu.
"Aku hanya tak ingin orang-orang Kantor berpikiran macam-macam soal diriku." Gadis itu meringis tak enak.
Abiyan pura-pura berpikir sebelum akhirnya menyetujui penawaran Sekar. "Baiklah, kau benar. Tiga kali saja."
Sekar tersenyum. Biarlah, kalau hanya tiga kali mungkin tidak akan apa-apa. Anggap saja sebagai penebusan hutang yang Abiyan lakukan tempo hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Endang Purwati
wwaallaahh...sikutu mulai beraksi. .🙈🙈🙈
sekali lagi thoorr...dan akan sering saya tulis nantinya... pleaseee..jangn dibuat terllu sakit utk Sekar dan mas Rion...🙏🙏
2022-02-26
2
🐰Far Choinice🐰
nyiciill bacaaaa..
lanjuuttttttt
2022-02-15
1
FollowIG👉 author Three Ono
pengin ksih tau Sekar jadinya
2022-02-15
1