Di sepanjang perjalanan menuju rumah utama, Arion tampak termenung. Ia sama sekali tidak mengeluarkan suaranya. Pandangan mata pria itu terlihat fokus menatap jalanan dari kaca jendela mobil. Namun siapa yang tahu, bahwa pikirannya saat ini sedang melayang ke mana-mana.
Arion sudah tak ingat, kapan terakhir kali mengunjungi rumah utama. Rumah yang penuh kenangan akan sosok mendiang ayah dan ibunya.
Rossane Opalina Umbara, meninggal pada saat usia Arion genap 20 tahun. Beliau meninggal dalam sebuah kecelakaan saat hendak menghadiri peresmian salah satu hotel mewah yang didirikan teman dekatnya. Sedangkan sang ayah meninggal 2 tahun lalu, akibat penyakit jantung yang ia derita sejak lama.
5 tahun setelah kepergian sang ibunda, Dewandaru Umbara, ayahnya, menikah lagi dengan seorang janda beranak satu yang merupakan kawan semasa kuliah beliau. Tak butuh waktu lama bagi Dewandaru hingga memutuskan menikahi Erlina Kenes Bramantyo.
Pernikahan yang sebenarnya tak pernah direstui oleh Arion. Sebab baginya, hanya ada satu orang yang pantas menjadi pendamping ayahnya, yaitu sang ibu.
Perselisihan sempat terjadi di antara mereka berdua, sampai Arion memutuskan hengkang dari rumah dan memilih hidup sendiri di luar tanpa embel-embel Umbara. Tetapi itu hanya berlangsung selama setahun, sebab setelah mendengar diagnosa pertama penyakit sang ayah, Arion memutuskan menurunkan egonya dan kembali ke rumah. Pria itu mencoba berdamai dengan keadaan.
Kendati demikian, tetap saja ia sulit menerima kehadiran Erlina dan Adhisty Pratista Abraham, kakak tirinya.
Maka dari itu, ketika sang ayah meninggal, Arion memilih mundur dari rumah utama dan pergi hidup menyendiri, sembari mengurus perusahaan peninggalan kedua orang tuanya.
Arion sempat menyelidiki asal usul Erlina. Wanita itu ternyata telah menikah selama tiga kali. Dua pernikahan sebelumnya kandas karena ia kerap berselingkuh dengan pria kaya raya. Erlina bahkan berani membawa pulang selingkuhannya saat sang suami sedang tidak di rumah. Berbekal informasi itulah, Arion memberi peringatan pada Erlina untuk tidak menikah lagi atau dengan lancang membawa masuk pria lain ke rumah utama. Sebab jika sampai ia melakukannya, maka ia harus langsung angkat kaki dari rumah.
Tentu saja Erlina tidak ingin hal itu terjadi. Dengan alasan usianya yang sudah tidak muda lagi, Erlina hanya akan fokus memikirkan Arion dan Adhisty.
Tidak ingin menelan mentah-mentah alasan Erlina, Arion tetap meminta seseorang untuk mengawasi mereka setiap waktu.
Sementara sang kakak tiri, Adhisty, bekerja sebagai manager di salah satu bank swasta milik keluarga Umbara yang letaknya persis di sebelah gedung utama.
Komplek perkantoran yang didirikan Dewandaru memang semula hanya diisi oleh perusahaan miliknya saja. Tetapi setelah beliau meninggal, Arion menyewakan beberapa gedung yang hanya terpakai 50 persen untuk perusahaan lainnya.
Mobil hitam Arion memasuki gerbang rumah utama. Lucas menghentikan mobilnya tepat di depan pintu masuk.
Sudah ada Erlina yang berdiri di sana, bersiap menyambut kedatangannya. Wanita berusia 54 tahun itu memasang wajah sumringah ketika melihat mobil Arion.
Arion turun dari mobil dan menghampiri Erlina. Ia mencium tangan dan juga memeluk ibu tirinya tersebut. Biar bagaimanapun, Arion tetap mencoba santun padanya.
"Bagaimana kabarmu, Nak?" tanya Erlina seraya menggandeng tangan Arion, masuk ke dalam rumah.
"Baik, Ma." Jawab Arion singkat.
"Mau mandi dulu atau langsung ke ruang makan? Kakakmu sudah menunggu,"
"Aku akan mandi dulu," jawab Arion sembari pamit ke lantai atas, menuju kamar lamanya.
Erlina memerhatikan Arion hingga menghilang dari pandangannya. Wanita itu lalu pergi menuju ruang makan.
"Arion mana, Ma?" tanya Adhisty begitu melihat ibunya datang seorang diri.
"Sedang mandi." Jawab Erlina. Raut wajahnya yang semula ramah berubah ketus.
"Entah sampai kapan Mama harus terus bersikap seperti ini. Sungguh memuakan!" keluh wanita itu.
"Sabar, Ma," ujar Adhisty.
"Jangan lupa pembicaraan kita, Dhis. Kau harus terus mencecar Arion soal Abiyan!Bagaimanapun caranya, dia harus masuk ke dalam Perusahaan Umbara!" Erlina menatap tajam anak semata wayangnya tersebut.
"Beres."
Arion turun satu jam kemudian. Ia langsung pergi menuju ruang makan.
"Rion, kau tampak sehat," Adhisty bersuara tatkala Arion sampai di meja makan.
"Kakak juga tampak sehat," kata Arion tersenyum. Erlina langsung membantu Arion dan Adhisty menuangkan makanan. Setelah itu mereka makan dalam keheningan.
Selesai makan, Adhisty membicarakan perihal Kekasihnya, Abiyan Mahendra, yang tengah mencari pekerjaan. Ini adalah kali keempat Adhisty berusaha mengajaknya bicara soal Abiyan.
"Tidak perlu posisi yang tinggi, manajer tim saja sudah cukup untuknya," pinta Adhisty.
Arion mengerutkan keningnya. Dia tahu betul, pria yang telah menjadi kekasih Adhisty selama tiga tahun itu adalah mantan narapidana dan pecandu narkoba. Abiyan diketahui selalu dipecat dari beberapa perusahaan, karena tingkah lakunya. Bahkan pria itu juga sempat terlibat kasus penggelapan uang di perusahaan terakhir tempatnya bekerja.
Maka dari itu, Arion mewanti-wanti Adhisty untuk tidak membawa masuk pria tersebut ke rumah utama, selain hanya berkunjung sebentar.
Singkatnya, Abiyan tidak pernah becus bekerja. Itulah sebabnya Arion tidak membiarkan Abiyan masuk ke dalam perusahaannya. Jangankan sebagai manajer tim, sebagai OB pun ia tak akan pernah sudi.
"Sayang, kita memang tahu bagaimana sepak terjang kehidupan Abiyan. Tetapi percayalah, ia telah berubah dan menyesali segala sikapnya. Pria itu serius ingin meminang kakakmu, maka dari itu ia bertekad untuk membenahi hidupnya agar terlihat pantas bersanding dengan Adhisty." Erlina membuka suara.
Arion bergeming sesaat. Pantas saja Erlina dan Adhisty ngotot meminta dirinya pulang. Ternyata inilah alasan utama mereka.
"Akan aku pikirkan." Tak ingin mendengar ocehan keduanya lagi, Arion memilih menjawab demikian.
Wajah kedua wanita itu berubah sumringah. Dengan bersemangat Adhisty berterima kasih pada Arion. Meski jawaban itu hanya memiliki kemungkinan 50 persen, itu jauh lebih baik dari pada jawaban-jawaban Arion tempo lalu yang langsung menolak secara tegas.
Pukul 10 malam Arion pulang ke rumahnya. Ia menolak tawaran Erlina untuk menginap di sana dengan alasan jarak ke kantor lebih dekat dari rumahnya.
Sesampainya di rumah, Arion langsung masuk ke dalam kamar. Ia melempar asal Jas dan dasinya, lalu merebahkan diri di ranjang.
Ia meletakan lengan kanannya di dahi, sedangkan matanya fokus menatap lampu kamar.
Jika sudah begini, kenangan-kenangan masa kecil bersama mendiang kedua orang tuanya akan hadir memenuhi kepala pria itu.
Setetes air mata mengalir tatkala Arion memejamkan matanya.
...***...
Raut wajah Sekar berubah lega saat mendapati Arion tengah berada di tangga darurat lantai 5. Pria itu sedang berdiri menatap pemandangan di luar gedung.
"Mas Rion," sapa Sekar.
Mendengar panggilan tersebut, Arion kontan menoleh. Ia sudah hafal di luar kepala, karena hanya ada satu orang di kantor ini yang memanggilnya demikian.
"Sedang apa di sini?" tanya Sekar.
"Cari angin." Jawab Arion. Matanya menelisik rantang susun yang Sekar bawa, lalu tersenyum.
Mengetahui ke mana arah pandang Arion, wajah Sekar berubah merah.
"Seingatku, aku sama sekali belum menghubungimu," Arion bermaksud menggoda Sekar. "atau kau ingin makan dengan orang lain?" sambungnya.
Wajah Sekar semakin merah. "Hanya untuk berjaga-jaga, kok!" kilahnya.
Arion mengangkat sebelah alisnya tinggi-tinggi. Melihat itu, Sekar dengan malu-malu berjalan menuju tangga dan duduk di sana.
Arion tertawa kecil sebelum menghampiri Sekar.
Mereka kembali makan bersama. Meski hari ini Arion sedikit kecewa karena Sekar membawa dua buah sendok, tetapi ia tetap menikmati kebersamaannya dengan gadis pembawa koper itu.
"Lain kali, tunggu aku menghubungimu terlebih dahulu agar bekal yang kau buat tidak mubazir. Bagaimana jadinya kalau hari ini aku makan siang di luar?" ujar Arion setelah selesai makan.
"Aku bisa makan dengan temanku yang lain." Jawab Sekar percaya diri. Kendati demikian, ia tidak bisa memungkiri perkataan Arion. Gadis itu memang sempat putus asa mencari keberadaannya dari lantai satu. Beruntung ia menemukan Arion tengah berada di lantai lima.
Alih-alih tertawa, Arion malah bergeming. Raut wajahnya tampak sedang memikirkan sesuatu.
"Ada apa, Mas? Makanannya tidak enak, ya?" Sekar bertanya dengan mimik muka penuh kekhawatiran.
Arion mengalihkan pandangannya. "Bukan begitu Percayalah, masakanmu enak sekali, hanya aku sedang memikirkan sesuatu,"
"Apa? Mungkin saja aku bisa membantu memberikan pendapat."
Arion yang tidak kunjung bicara membuat Sekar merasa tak enak hati. "Ahh, aku tak bermaksud ikut campur."
"Kau ingin mendengar ceritaku?" tanya Arion.
Sekar mengangguk perlahan tanpa menjawab. Segera Arion menceritakan perihal Abiyan, tanpa menggunakan identitas. Ia hanya bertanya, bagaimana pendapat Sekar jika ada seorang mantan napi dan pecandu narkoba dengan segudang masalah yang pernah menimpanya, tiba-tiba datang dan meminta tolong untuk dicarikan pekerjaan? Apakah ia sudi mengajak orang tersebut bekerja di tempat yang sama dengannya?
"Setiap manusia mempunyai masa lalu. Tuhan saja mau memberikan kesempatan, jadi mengapa kita yang hanya manusia biasa tidak bisa?" Sekar mengeluarkan pendapatnya setelah mendengar penjelasan singkat Arion.
"Lagi pula, Mas bisa minta pada CEO kita untuk mempekerjaan dia dengan sistem kontrak. Tentu dengan jangka waktu lebih pendek dari pegawai kontrak lainnya, guna meminimalisir resiko jikalau hasil kerja orang tersebut ternyata tidak begitu bagus." lanjut gadis itu.
"Benar juga!" batin Arion senang. Tidak semua Karyawan di kantornya adalah pegawai tetap, dan dia bisa memberlakukan hal yang sama pada Abiyan.
Arion reflek mengusap kepala Sekar seraya mengucapkan terima kasih.
Sekar menjawab malu-malu. Diam-diam ia memerhatikan wajah Arion yang sudah tidak sesuram tadi.
Deg!
Lagi-lagi jantungnya berdetak tak karuan.
Ia sadar, ada yang salah dengan dirinya setiap kali bertemu dengan Arion.
Arion adalah Pria pertama yang mampu membuat detak jantung Sekar berdetak tidak normal.
Sekar tak ingin mengambil kesimpulan. Ia berusaha memungkiri perasaannya sendiri, karena gadis itu sadar, seorang office girl tidak pantas menyukai pria kantoran seperti Arion.
Dilihat dari luarnya saja, Sekar sudah bisa menebak bahwa posisi Arion pastilah tinggi di perusahaan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Rice Btamban
tetap semangat Thor,mf jaringan ada gangguan
2022-10-20
1
Sukes Shukes
next kk semangat
2022-04-12
0
Lisa Z
dasar wanita penggila harta ckck
2022-03-04
0