Selesai makan, Arion benar-benar mengajak Sekar berkeliling. Ia membiarkan motornya terparkir di dalam foodcourt lebih lama.
Arion menggandeng tangan Sekar, menyusuri jalan sembari mengamati setiap stand yang ada di sana. Ada berbagai macam jenis barang yang bisa mereka lihat. Mulai dari makanan ringan, boneka, kaos kaki, sepatu, pakaian, hingga tas-tas.
Arion menghentikan langkahnya tiba-tiba. "Seingatku, aku tak pernah membelikanmu sesuatu selama ini. Benar?" tanya Arion tatkala matanya menangkap sekumpulan tas-tas buatan lokal yang dijajakan salah seorang pedagang.
Sekar menoleh padanya. "Memang kenapa? Makanan juga 'kan, termasuk 'membelikan'."
"Barang. Aku ingin membelikan barang untukmu. Tetapi aku minta, kau tidak berpikiran macam-macam terhadapku." Kata Arion dengan mimik wajah serius.
Tidak ada jawaban dari Sekar. Arion mengeratkan genggaman tangannya pada gadis itu guna meminta jawaban.
"Bolehkah?" tanyanya kembali.
Sekar tampak termangu. "Hari ini, Mas sudah mengajakku makan di tempat tak masuk akal. Lalu Mas masih ingin membelikanku sesuatu. Memangnya berapa bonus yang Mas punya? Lebih baik uang itu digunakan untuk keperluan Mas sendiri." Sahut Sekar. Matanya memandang Arion tak kalah serius.
Mendengar perkataan tersebut, Arion sedikit terperangah. Sekar memang gadis berbeda. Yang ia tahu, sebagian besar para wanita biasanya senang sekali meminta pada pria, tak peduli pria itu memiliki cukup uang atau tidak.
Bagi Arion, wanita adalah mahluk ciptaan paling indah dengan segala keegoisannnya. Maka dari itu, sampai menginjak usia ke-33 tahun, ia tidak pernah benar-benar menjalani hubungan serius dengan wanita manapun.
Namun, pola pikir yang telah ia pegang teguh sekian lama, hancur begitu saja setelah bertemu dengan gadis seperti Sekar. Gadis polos nan sederhana yang hampir tidak memiliki ambisi dalam hidupnya, selain hanya ingin membahagiakan keluarganya di kampung.
Gadis yang memiliki kecantikan alami, dibalik penampilannya yang begitu apa adanya.
Selama mereka berhubungan, Sekar tak pernah menuntut apapun darinya, baik berupa barang maupun kejelasan status mereka. Gadis itu membiarkan semuanya mengalir begitu saja.
Arion tersenyum, ibu jarinya tanpa sadar mengelus tangan Sekar yang berada dalam genggamannya. "Membelikanmu sesuatu tidak akan membuatku kelaparan." Matanya memandangi Sekar dalam-dalam.
Sekar tersipu. Detak jantungnya kembali bertalu tak karuan.
Gadis itu akhirnya mengalah. Ia mengangguk pelan.
Mendapat respon baik dari Sekar, Arion segera mengajaknya mendekat ke salah satu mobil. Pria itu membantu Sekar memilih tas-tas yang cocok untuk ia gunakan saat pergi maupun bekerja.
"Satu untuk semua!" sahut Arion keheranan, saat Sekar meminta saran pada si pedagang, tentang tas seperti apa yang cocok dipakai di segala kegiatan.
"Bukankah setiap tas memiliki fungsi yang berbeda-beda?" tanya pria itu.
"Memang Mas punya banyak tas, sampai-sampai harus dipakai bergantian? Itu namanya pemborosan. Tidak baik diterapkan pada kita yang hidup seperti ini." Sekar memberi nasihat.
"Baiklah, terserah kau saja," Arion tak mampu lagi bersuara. Ia memilih mengunci mulutnya rapat-rapat dan membiarkan Sekar melakukan apapun sesuka hati.
Setelah membeli tas, Arion lalu mengajaknya membeli jaket dan juga sepatu. Sama seperti di tempat sebelumnya, Sekar tidak membiarkan usaha Arion berjalan mulus begitu saja. Mereka kembali berdebat sengit selama beberapa saat, sebelum akhirnya Sekar lagi-lagi harus mengalah.
"Mas 'tuh, orangnya tidak bisa dibantah!" sahut Sekar ketika mereka berjalan menuju tempat parkir untuk pulang.
"Kamu orangnya senang sekali membantah."
Mendengar Arion memutar balikan kalimatnya, Sekar kontan terdiam. Ia mengerucutkan bibirnya.
Arion meminta Sekar untuk menunggu, sementara ia mengambil motornya.
...*...
Arion sadar, selama dalam perjalanan Sekar sama sekali tidak membuka suaranya. Bibir gadis itu seolah terkunci rapat-rapat sampai mereka tiba di depan kost-annya.
"Kamu marah?" tanya Arion. Ia jadi merasa bersalah.
Sekar menggeleng.
"Maaf, karena aku menyebutmu senang sekali membantah," sesalnya.
Sekar lagi-lagi menggeleng lalu berkata, "aku hanya merasa tak enak menerima semua pemberian Mas."
Arion tersenyum. "Bagaimana denganmu? Hampir setiap hari aku tak perlu mengeluarkan uang untuk makan siang di Kantor. Maka dari itu, aku ingin membalas semua kebaikanmu hari ini. Kurasa itu cukup adil, bukan?"
"Itu ...," Sekar tak tahu harus berkata apa lagi.
"Sudah, jangan dipikirkan. Lebih baik kau masuk dan istirahat."
Sekar menganggukan kepalanya. "Terima kasih banyak ya, Mas," ucap gadis itu. "Kalau begitu, aku masuk dulu. Hati-hati di jalan. Kabari aku, jika sudah di rumah." Sambungnya.
Baru saja Sekar berjalan tiga langkah, Arion sudah memanggilnya.
"Kenapa, Mas?"
Arion nampak sedang memikirkan sesuatu, sebelum turun dari motor dan menghampiri Sekar.
Pria itu merogoh kantong jaketnya.
Tanpa disangka, Arion memakaikan sebuah kalung emas berinisial 'S' pada leher Sekar.
Sekar membelalakan matanya. "Ini apa lagi, sih!" pekik gadis itu.
"Kumohon, untuk yang ini kau tak boleh membantah." Suara Arion terdengar lebih dalam.
"Ta–tapi, ini ... Mas–" belum sempat Sekar menyelesaikan kalimatnya, Arion sudah mencium pipi gadis itu lembut. Bibirnya bahkan menyentuh pinggiran bibir Sekar.
Arion benar-benar tidak peduli jika setelah ini, Sekar akan menggampar atau memakinya habis-habisan. Ia sudah tidak dapat menahan perasaannya lebih lama lagi.
Ia ... mencintai Sekar.
Sekar terkejut bukan main. Tubuhnya mendadak kaku, tak mampu bergerak. Otaknya berusaha keras memerintahkan seluruh anggota tubuhnya untuk menolak dan mendorong Arion, tetapi tak ada respon sama sekali. Jangankan mendorong, menggerakan ujung jarinya saja tak mampu Sekar lakukan.
Ia malah merasa, jantungnya seolah-olah sudah turun sampai ke kaki.
Sejak masa remajanya datang hingga saat ini, Sekar memang tidak pernah sekalipun menjalin hubungan dengan seorang pria. Ia tak begitu memahami akan arti dari perasaan terhadap lawan jenis, sebelum akhirnya bertemu dengan Arion.
Sekar sadar betul, ada sesuatu yang berbeda di dirinya, tiap kali berhadapan dengan pria itu. Kendati demikian, Sekar tak berani mengambil kesimpulan.
Ia takut, sebab latar belakang mereka sepertinya sangat bertolak belakang.
Bagi Sekar, orang kantoran seperti Arion terlalu jauh untuk diraih. Terlebih, Arion adalah Karyawan kelas atas, seperti yang Rina katakan.
Arion menekan sedikit bibir Sekar, sebelum akhirnya menjauhkan diri. Ia kemudian menempelkan keningnya pada kening Sekar. Perbedaan tinggi tubuh mereka yang sangat kentara, tak begitu berarti bagi Arion.
"Aku–"
"Jangan katakan apapun!" Sekar buru-buru memotong kalimat Arion.
"Kumohon, jangan katakan apapun."
...***...
Erlina dan Adhisty terlihat sangat emosional mendengar semua laporan Abiyan perihal keadaan Kantor, terutama soal proyek besar yang Arion tengah kerjakan saat ini. Namun, pikiran mereka segera teralihkan oleh cerita Abiyan mengenai seorang gadis miskin bernama Sekar.
"Gila, seleranya benar-benar sangat kampungan!" sahut Adhisty dengan raut wajah jijik.
Erlina tersenyum licik. "Gunakan gadis itu untuk menghancurkan Arion." Katanya.
"Caranya, Ma?" Abiyan tampak tertarik dengan apa yang dikatakan Erlina.
"Ambil hati gadis itu, buat Arion cemburu. Setelah itu, kita buang gadis itu kembali ketempat asalnya."
"Bagaimana cara membuang gadis itu, Ma?" Abiyan menautkan alisnya.
"Itu urusan Mama. Kamu cukup jalankan apa yang Mama perintahkan. Oke?"
"Beres, Ma."
Adhisty terperanjat mendengar jawaban Abiyan. "Mama, jangan Abiyan, donk!" protes wanita itu.
"Lalu, siapa lagi? Kau takut Abiyan berpaling pada gadis miskin itu?" tanya Erlina sinis. Matanya lalu beralih pada Abiyan.
"N4jis." Jawab Abiyan seketika.
Adhisty mendengkus. "Terserah lah, tapi awas saja kalau kau sampai terjebak pesona gadis miskin itu. Ingat! Ini hanya misi yang diberikan oleh Mama. Jika berhasil, bukan hanya Arion yang hancur, tetapi Umbara Corporation bisa jatuh ke tangan kita."
Abiyan segera menarik pinggang Adhsity dan memeluknya mesra. "Percaya padaku, Sayang," ucapnya.
Erlina mematikan rokoknya yang masih tersisa setengah. Netranya kemudian menatap sebuah foto keluarga yang terpampang di ruang tamu.
"Dewandaru, lihatlah baik-baik bagaimana aku menghancurkan anak semata wayangmu. Akan kupastikan, jiwamu tak tenang di alam baka." batin wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Rice Btamban
lanjutkan
2022-10-25
0
Aumy Re
semngat ka.
di batas cakrawala mampir lagi
2022-03-17
0
Arianti
next Thor
2022-03-12
0