Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, ketika Sekar keluar dari dalam kamar kosnya. Gara-gara mengobrol semalaman dengan sang bude lewat telepon, ia harus tidur larut malam.
Secepat kilat Sekar berlari menuju jalan raya untuk mencari angkutan umum. Meski hanya sekali naik angkutan umum, tetap saja ia bisa terlambat jika kendaraan tersebut harus ngetem demi mendapatkan lebih banyak penumpang.
Syukurlah sebuah angkutan umum dengan kapasitas penumpang yang nyaris penuh berhenti tepat di depan Sekar. Biarlah jika ia harus duduk di dekat pintu, asalkan tidak terlambat.
...***...
Hanya ada keheningan yang menemani perjalanan Arion menuju kantor, karena ia sedang fokus mengutak-atik tabletnya untuk mengecek beberapa hasil pekerjaan para karyawan.
"Jadwalku?" tanya pria itu, pada Aiden yang duduk di sebelah Lucas, supir pribadinya.
"Pagi ini, Anda akan bertemu dengan Mr. George di kantor. Siang harinya, Anda akan membahas hasil presentasi yang tim 5 lakukan kemarin, sebelum kemudian dilanjut meeting dengan tim 9 dan tim 12." Aiden memberi penjelasan singkat.
"Ok, kala–"
Mobil yang ia kendarai tiba-tiba berhenti mendadak. Tubuh Arion hampir saja menabrak kursi depan, jika ia tidak memakai seatbelt-nya.
"Ada apa ini?" tanya Arion kesal.
"Maaf Pak, angkutan umum di depan berhenti mendadak. Saya akan keluar untuk memeriksanya!" Lucas yang panik segera keluar dari dalam mobil.
"Bapak tidak apa-apa?" tanya Aiden khawatir. Pria itu mengamati tubuh Arion guna memastikan keadaan sang bos baik-baik saja.
"Ya, tidak apa-apa!" Arion pun mengalihkan pandangannya keluar jendela, tepat dimana Lucas sedang memarahi supir angkutan umum berusia 50 tahunan itu.
"Bilang pada Lucas untuk tidak memperpanjang masalah. Bapak itu dan aku sama-sama sedang mencari nafkah. Ribut-ribut seperti ini hanya akan menghambat kami saja!" kata Arion tegas.
"Baik, Pak!" Aiden langsung menyusul Lucas, lalu menepuk pundaknya dua kali, sebelum mengajak si supir angkot untuk bicara.
Tak berapa lama, si bapak supir angkot terlihat membungkukkan badannya sambil mengucapkan terima kasih berkali-kali. Ia juga membungkukkan badannya persis di hadapan mobil, tepat ke arah Arion.
Arion lantas membalas si supir dengan anggukkan kepala.
Lucas dan Aiden kemudian masuk kembali ke dalam mobil. "Maafkan sikap saya, Pak," ucap Lucas penuh penyesalan.
"Tidak apa. Mobil angkutan umum itu bagaimana?" alih-alih memikirkan keadaan mobilnya, Arion malah mengkhawatirkan kendaraan tersebut. Sebab ia tahu, si bapak supi angkot pasti harus membayar ganti rugi, jika terjadi sesuatu pada kendaraan yang ia bawa.
"Tidak apa-apa, Pak. Mobil kita saja yang lecet lampunya."
Arion mengangguk dan menyuruh Lucas kembali menjalankan mobilnya.
Sekar dan beberapa penumpang lain turut bersyukur, ketika si bapak supir diijinkan pergi tanpa ganti rugi. Padahal, jelas-jelas mobil mewah tersebut lecet setelah tidak sengaja menyenggol mobil angkutannya yang berhenti mendadak.
"Jarang sekali ada orang kaya baik hati seperti mereka!" Komentar salah seorang penumpang.
Sekar menyetujuinya. Gadis iru optimis, Jakarta tidak semengerikan yang ia dengar.
...***...
Sekar turun dari angkutan umum dan berlari masuk ke dalam komplek gedung perkantoran. Kaki jenjangnya harus mencapai gedung utama Umbara dalam waktu lima menit.
Sekar sempat mengatur napasnya terlebih dahulu saat tiba di depan lobi, sebelum kembali berlari ke dalam.
"Pagi, Pak!"
Beberapa karyawan nampak menganggukkan kepalanya, saat menyapa pimpinan mereka yang baru tiba.
Arion membalas ramah sapaan itu. Ia bahkan sempat berhenti untuk berbincang singkat dengan beberapa karyawan yang dikenalnya. Sampai tiba-tiba, dari arah belakang seseorang menabrak lengannya keras, hingga membuat pria itu terhuyung.
Arion kelepasan mengumpat, sedangkan Sekar, yang ternyata menabrak, dengan sigap berbalik menghadapnya.
Tanpa melihat wajah Arion, Sekar membungkukkan badannya dalam-dalam untuk meminta maaf.
"Maafkan saya! Tolong, maafkan saya!" serunya beberapa kali sebelum kembali berlari meninggalkan Arion begitu saja.
Arion tercengang sesaat. "Apa-apaan dia?" batinnya kesal.
Beberapa karyawan mendekati Arion untuk menanyakan keadaannya, termasuk Aiden.
"Apa perlu saya cari tahu identitas gadis itu, Pak? Wajahnya tidak familiar, mungkin dia karyawan baru di sini," tawar Aiden.
"Kau senang sekali memperpanjang masalah kecil seperti Lucas. Sudah, biarkan saja!" Arion tak mengindahkan tawaran Aiden.
Di sisi lain, Sekar baru sampai di ruang ganti para karyawan hampir sepuluh menit kemudian.
Anita, kepala koordinator office girl di sana, segera menceramahi Sekar atas tindakan keterlambatannya di hari pertama bekerja. Beruntung wanita itu sudi memaafkan, kendati dengan tegas, ia memberi peringatan pada Sekar untuk tidak mengulanginya lagi.
...***...
Estiana, sekretaris Arion di kantor, segera berdiri dari kursinya saat melihat Arion datang. Wanita cantik itu mengambil beberapa berkas dan langsung mengikuti Arion ke dalam ruangan.
"Pak, Mr. George meminta Bapak untuk segera menyetujui perjanjian kontrak kerjasama yang beliau ajukan. Ia mengatakan tidak akan datang sampai Bapak mau menandatangani berkas-berkas ini." Estiana meletakkan sebuah map di atas meja kerja Arion.
Arion duduk dan memijit keningnya. Baru juga sampai, kepalanya sudah dibuat pening bukan main.
Mr. George adalah CEO dari salah satu agensi entertainment yang cukup terkenal. Beliau meminta kerjasama untuk membuat ponsel pintar dengan ciri khas salah satu artis kebanggaannya, Nathanael.
Arion sebenarnya tidak keberatan dengan itu. Namun, waktu yang ditetapkan Mr. George membuatnya harus berpikir masak-masak untuk meneken Kontrak.
Maklum saja, orang-orangnya bukanlah Bandung Bondowoso yang dapat membangun candi hanya dalam semalam!
"Biarkan saja dulu," kata Arion. "buatkan aku teh hangat!"
"Baik, Pak." Estiana pamit undur diri.
...***...
Sekar mematut diri di depan sebuah cermin yang ia letakan dalam lokernya. Wajah gadis itu tampak sumringah.
Kendati hanya bekerja sebagai office girl, tetapi baginya itu adalah hal yang sangat membanggakan. Terlebih, ia bisa mendapatkan penghasilan tetap sekarang.
Tak ingin berlama-lama, Sekar lantas keluar dari tempat istirahatnya untuk memulai bekerja. "Ayo, Sekar!" serunya bersemangat.
...***...
Pembicaraan dengan Mr. George berjalan alot dan lama. Kendati demikian, kesepakatan yang mereka inginkan masing-masing telah tercapai. Arion bernapas lega, sebab akhirnya dapat meluluhkan sikap keras kepala orang tersebut.
"Hampir menjelang makan siang. Bapak ingin memesan makanan atau keluar?" tanya Aiden begitu masuk ke dalam ruangannya.
"Kepalaku pening, biarkan aku menyendiri sejenak!" Arion langsung berdiri dari tempat duduknya. Ia hendak keluar dari ruangan seraya mengantongi sekotak rokok.
Melihat itu Aiden segera menahan Arion. "Pak, Anda dilarang keras merokok!"
"Jangan memulai pertengkaran denganku. Sebatang rokok tidak akan membuatku mati begitu saja!" Arion berkata dingin sambil menghempaskan tangan Aiden kasar.
Arion segera memasuki lift dan turun sampai ke lantai 5. Setelah sampai di sana, Arion lalu berjalan menuju tangga darurat di lantai tersebut. Itu adalah tempat yang biasa ia datangi seorang diri jika sedang suntuk. Sebab baginya, pemandangan di luar ruangan serasa paling pas jika dilihat dari lantai itu.
Arion mulai menyalakan rokoknya dan menikmati setiap hembusan asap yang ia keluarkan. Tak ada siapa pun yang mengetahui kebiasaan jeleknya kecuali Aiden. Ia tak ingin orang-orang menceramahinya seperti yang Aiden lakukan, hanya karena ia memiliki penyakit asma.
...***...
"Antar berkas untuk Pak Iman di bagian Produksi, lantai tiga. Lalu, ambil lembar proposal Bu Indah di lantai 4, dan fotokopi berkas map hijau satu kali, semua halaman!" Sekar mencatat baik-baik semua pesan yang ia terima dalam kepalanya. Meski lelah karena harus berlarian ke sana kemari sejak tadi, ia tetap terlihat bersemangat.
Pintu lift di lantai 7 terbuka. Ia dan beberapa karyawan mulai berdesak-desakan masuk ke dalam sana.
Namun, alarm peringatan segera berbunyi begitu Sekar masuk terakhir. Pintu lift tidak dapat tertutup karena muatan melebihi kapasitas yang seharusnya.
Semua orang memandangi Sekar yang berdiri kikuk di barisan paling depan. Sekar yang sadar diri akhirnya keluar dari lift.
Gadis itu menghela napas pasrah. Tak ingin membuang-buang waktu, ia memilih turun lewat tangga darurat.
"Hah!" Sekar tiba di lantai enam dengan cepat, dan ia masih harus menuruni satu tangga lantai lagi untuk sampai ke lantai empat.
Saat Sekar melanjutkan langkahnya, ia tiba-tiba berhenti mendadak, ketika mendapati seorang pria sedang duduk terengah-engah di tangga lantai lima sambil memegangi dadanya. Raut wajah pria itu tampak sedang menahan kesakitan.
Perlahan, Sekar menghampiri pria itu. "Pak, Mas, Bang, ada apa?" tanyanya khawatir.
Pria itu menarik napasnya dengan susah payah lalu berkata, "In–inhaler–ku!"
"Hah?" Sekar duduk di samping pria itu, untuk mendengar lebih jelas perkataan yang keluar dari mulutnya.
"In–ha–lerku!" sahut si pria lagi, sembari menunjuk-nunjuk tangga yang berada di bawah mereka.
Sekar pun mengikuti arah yang ditunjuk olehnya.
Tepat di tangga lantai empat ia melihat sebuah benda kecil berwarna putih, abu-abu, mirip potongan pipa. Matanya memicing guna melihat lebih jelas benda apa yang dimaksud oleh si pria tampan bernetra coklat itu.
"Ya Allah!" pekik Sekar terkejut, saat menyadari benda itu adalah inhaler untuk penderita asma.
"Tunggu ya, Mas!" Tanpa menunggu lama, Sekar langsung berlari turun ke lantai empat, dan kembali naik menuju tempat pria yang sudah sangat pucat itu.
Sekar juga turut membantunya menggunakan Inhaler, dan dengan sukarela menjadikan pahanya sebagai bantalan kepala si pria.
Setelah merasa lebih baik, Arion bangun dari posisi tidurnya yang berada di atas paha Sekar. "Terima kasih," ucapnya tulus.
"Sama-sama. Masnya beneran udah nggak apa-apa?" tanya Sekar memastikan.
"Ya, seperti yang kau lihat," jawab Arion tersenyum.
"Syukurlah!" Sekar bernapas lega. "Bahaya banget Mas, sendirian di sini, untung saja ada saya, coba kalau tidak!" sambungnya seraya memekik tertahan.
"Memangnya lagi ngapain Mas di jam kerja begini? Nggak takut di pecat, ya? Saya dengar, CEO kita orangnya tegas dan galak, loh! Jadi jangan sampai Masnya kena masalah!" Sekar berbicara dengan ekspresi wajah seolah sedang menakut-nakuti anak kecil.
Arion mengangkat sebelah alisnya. "Kau office girl baru?" tanyanya kala melihat seragam kerja Sekar.
"Iya, ini adalah hari pertama saya kerja.l!" jawab Sekar percaya diri.
"Pantas!"
"Kau bekerja di sini, tapi tidak tahu wajah CEO kita?" tanya Arion sekali lagi.
Sekar meringis sembari menggelengkan kepalanya.
Arion kontan tertawa geli. Pria itu kemudian menatap Sekar dari atas ke bawah, dan ia ingat, kalau Sekar adalah gadis si pembawa koper.
"Nama Masnya siapa? Kalau saya, Sekar!" Sekar mengulurkan tangannya di hadapan Arion.
Arion menerima uluran tangan Sekar. "Rion," jawabnya singkat.
"Ya sudah, Mas Rion, saya buru-buru, nih! Lain kali hati-hati, ya?" Tanpa menunggu jawaban Arion, Sekar langsung pergi meninggalkan dirinya di sana.
Arion lagi-lagi tertawa geli mengingat keluguan Sekar.
Sepertinya, ia harus bertemu lagi dengan gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
buk e irul
cukup menarik perhatian nih 🤣
2022-05-18
1
Nur hikmah
ceo kita tuh.... yg kna asma......kasihan....td hbs rokok c...
2022-03-25
1
Lisa Z
waduh Sekar
2022-02-27
0