Aiden mengangkat alisnya tinggi-tinggi saat melihat Arion masuk ke dalam ruangan dengan wajah sumringah. Arion memang dikenal sebagai pemimpin ramah dan murah senyum. Tetapi sepertinya ada yang berbeda dari senyumannya saat ini.
"Pak," panggil Aiden.
"Ya." Arion duduk di kursi kebesarannya.
"Jadi, Bapak ingin makan siang apa hari ini?" tanya pria itu.
Bukannya menjawab, Arion malah tertawa kecil. "Kira-kira, karyawan macam apa yang bekerja tapi tidak mengetahui siapa atasannya?" tanya Arion tiba-tiba.
"Ha?" Aiden mengerutkan keningnya dalam-dalam.
...***...
Seorang wanita cantik nan seksi berjalan angkuh memasuki gedung kantor Umbara. Ia terlihat menjinjing sebuah rantang makanan mewah bermotif emas. Beberapa karyawan yang melihat wanita itu reflek membungkukan badannya guna memberi hormat.
"Siang, Bu," sapa beberapa dari mereka.
Sang wanita hanya menatap sekilas sembari berlalu pergi.
Setelah memastikannya pergi, beberapa karyawan mulai berkasak-kusuk. "Seperti biasa, sombong sekali dia! Entah sebesar apa kepalanya nanti, jika kelak berhasil menjadi Nyonya Umbara!"
"Sayang sekali jika orang sebaik Pak Arion, sampai memiliki istri seperti dirinya," suara-suara sumbang mulai terdengar.
Estiana kontan berdiri dari tempat duduknya saat Davina sampai di depan ruangan Arion. "Bapak ada?" tanya wanita itu.
"Ada. Silakan, Bu," Estiana mempersilahkan Davina masuk ke dalam ruangan tersebut.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Davina masuk ke dalam. Aiden dan Arion kompak menoleh ke arah pintu. Wajah Arion yang semula bahagia, kini berubah datar.
"Nona Davina," sapa Aiden seraya menundukan kepalanya.
"Hari ini Arion akan makan siang denganku." Davina mengangkat kotak bekal yang ia jinjing di tangan kanannya.
Aiden menoleh pada Arion, meminta persetujuan. Mau tak mau Arion menganggukan kepalanya. "Baik, saya permisi," ia pun segera pergi meninggalkan keduanya.
Sepeninggal Aiden, Davina lantas mendekati Arion yang kembali sibuk membaca beberapa berkas. Wanita itu memutar kursi Arion dan duduk di pangkuannya.
"Selama aku pergi, kenapa kau tidak pernah menghubungiku sama sekali?" Davina berbisik seksi di telinga Arion.
"Sibuk." Jawab Arion datar.
"Sesibuk apa sampai kau tega mengabaikanku, hmm?" tangan Davina meraba dada Arion sebelum akhirnya memainkan dasi pria itu.
Arion tersenyum. Ia menggenggam tangan Davina dan perlahan-lahan melepaskan genggaman tangan wanita itu pada dasinya. "Bukannya kau ingin makan siang denganku?"
"Ups!" Davina reflek turun dari pangkuan Arion, saat pria itu bangkit dari tempat duduknya. Wanita itu sedikit tersinggung akan sikap Arion.
"Mama meneleponku. Katanya kau membatalkan makan siang bersamanya kemarin?" Davina kembali memasang wajah manisnya. Wanita itu berjalan menghampiri Arion yang sudah duduk di sofa tamu.
"Aku sibuk." Jawab Arion tanpa menoleh. Ia fokus membuka kotak bekal yang Davina bawa.
"Sesekali temuilah Beliau. Kau kan sudah tidak pernah pulang ke rumah selama beberapa bulan ini." Davina duduk di samping Arion, membantunya menata kotak bekal di atas meja.
"Terima kasih makanannya,"
Arion mulai memakan makanan tersebut tanpa berniat menanggapi perkataan Davina sebelumnya. Seperti biasa, makanan Davina selalu enak di lidahnya. Arion memang selalu menerima apapun makanan yang Davina masak. Hanya makanannya, tidak dengan hatinya.
...***...
Hari ini Sekar datang ke tempat kerjanya setengah jam lebih awal. Gadis itu segera mengganti kaosnya dengan seragam yang sudah ia bawa.
"Sekar, biar aku yang bertugas di pantry. Kamu isi kertas print dan fotokopi di lantai 4 dan 5. Jangan lupa, periksa galon air minum yang sudah kosong, ya? Bisa, kan?" Ani, salah seorang Office Girl lain, memberi Sekar instruksi.
"Ok." Dengan bersemangat Sekar segera menjalankan tugasnya.
Gadis itu mengambil beberapa tumpuk kertas HVS dari ruang penyimpanan dan pergi mengisi mesin-mesin print dan fotokopi yang sudah kosong. Tidak lupa, ia juga mencatat berapa galon air minum yang telah kosong sebelum menelepon agen air mineral langganan kantor.
...***...
Arion dan Aiden berada di dalam lift menuju lantai satu. Mereka berencana makan siang di tempat Bu Saroh hari ini.
"Ya, aku akan mampir ke rumah saat pulang nanti." Arion menutup teleponnya. Pria itu baru saja menerima telepon dari Adhisty, kakak tirinya. Gadis yang lebih tua setahun darinya itu meminta Arion untuk pulang dan makan malam bersama di rumah utama.
"Nanti sore kita pulang ke rumah utama," titahnya pada Aiden. Meski Arion tidak suka, mau tak mau ia harus tetap pulang ke rumah sesekali. Sebab biar bagaimanapun, rumah itu adalah milik mendiang sang ayah.
"Baik, Pak."
Pintu lift terbuka, mereka melangkahkan kakinya keluar dari sana. Bersamaan dengan itu, sesosok gadis yang Arion kenal berjalan melewati mereka, menuju pintu tangga darurat.
Wajahnya berubah sumringah setelah memastikan bahwa gadis itu adalah Sekar.
"Aiden, aku akan makan siang di tempat lain." Kata Arion tiba-tiba.
"Di mana, Pak? Biar saya–"
"Aku akan pergi sendiri. Jangan ikuti aku!" seru Arion tanpa mengindahkan tatapan heran Aiden. Pria itu bergegas meninggalkan Aiden, menyusul Sekar.
Sekar nyaris saja menjatuhkan kotak bekalnya, saat mendengar suara Arion memanggil namanya.
"Mas Rion?"
Arion berjalan menghampiri Sekar dan duduk di sebelah gadis itu. "Kenapa makan siang di sini?" tanyanya penasaran.
"Ingin saja." Jawab Sekar asal. Gadis itu menutup kembali kotak bekalnya.
Melihat Sekar menutup kotak bekalnya, Arion lantas bertanya, "Kenapa ditutup?"
Sekar meringis malu. Gadis itu tidak percaya diri jika seseorang melihat menu makan siangnya yang sangat sederhana. Ia memang memilih membawa bekal ke tempat kerja demi menghemat uang makan sehari-hari.
"Tidak apa-apa. Mas sendiri tidak makan siang?" Sekar mencoba mengalihkan perhatian Arion.
"Bagaimana aku akan makan kalau kau tidak membuka bekalmu!" mendengar hal tersebut, Sekar membuka mulutnya lebar-lebar. Arion tertawa geli.
Tanpa memperdulikan adab kesopanan, ia mengambil kotak bekal Sekar dan membukanya. Gadis itu rupanya membuat nasi goreng dengan telur mata sapi dan taburan bawang goreng di atasnya. Meski tampilannya terlihat sangat sederhana, tetapi harum masakan Sekar mampu menggoda indera penciuman Arion.
"Bolehkah?" tanya Arion seraya mengangkat sebelah alisnya.
Sekar mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Bekal yang ia bawa memang lebih banyak dari porsi yang biasa ia makan. Tetapi makan berdua dengan seorang pria yang baru dikenalnya, membuat Sekar merasa tak enakan.
"Kalau tidak boleh, tidak apa-apa, aku akan pergi ke kantin kan–"
"Sendoknya hanya satu!" belum sempat Arion menyelesaikan kalimatnya, Sekar sudah memotong.
"Lalu?" tanya Arion lagi.
Sekar mengerutkan keningnya. Entah apa yang ada di benak Arion ketika bertanya seperti itu. Tak mungkin pria itu tidak memahami akan maksud Sekar.
"Aku hanya seorang OG. Sangat tidak pantas rasanya kau makan dengan orang sepertiku," jawab Sekar seraya menunduk.
"Memang apa perbedaan OG dan pekerja kantoran? Aku juga makan nasi, sama sepertimu." Arion memutar tubuhnya menghadap Sekar.
"Anu–" Sekar tidak melanjutkan kata-katanya. Perlahan gadis itu mengangkat kepalanya.
Matanya terbelalak kala mendapati wajah Arion hanya berjarak beberapa inchi dari wajahnya. Degup jantung gadis itu kontan berdetak lebih cepat. Sekar panik, ia takut Arion mendengar jelas suara detak jantungnya yang tidak normal.
Arion tersenyum lalu membuka mulutnya. Ia memberi isyarat pada Sekar. Dengan wajah yang sudah semerah tomat masak, Sekar menyendokan nasi goreng tersebut dan menyuapkannya ke mulut Arion.
Arion mengunyah makanan itu perlahan-lahan sebelum kemudian menelannya. "Enak! Ternyata kau jago memasak," pujian tulus meluncur dari bibir Arion.
Arion menatap Sekar tanpa berkedip. Alisnya terangkat guna memberi Sekar isyarat. Mau tak mau, Sekar pun ikut memakan bekalnya dengan sendok yang sama. Mereka menandaskan bekal tersebut tak sampai sepuluh menit.
"Terima kasih atas makanannya," ucap Arion seraya mengelap bibirnya dengan sapu tangannya miliknya.
Sekar mengangguk dan menjawab, "sama-sama."
"Jika lain kali aku meminta bekalmu lagi, apa kau keberatan?" tanya Arion.
Sekar menggeleng malu-malu.
Arion tersenyum. Ia mengambil ponselnya dan memberikan ponsel tersebut pada Sekar. "Nomormu, agar aku bisa menghubungi jika ingin makan siang denganmu lagi."
Sekar mengangguk lalu mengambil ponsel tersebut dan mengetik nomor teleponnya.
Drrt ... Drrt ...
Ponsel Sekar langsung berdering ketika Arion memegang kembali ponselnya.
"Itu nomorku." Sekar lagi-lagi menganggukan kepalanya, membuat Arion tertawa kecil.
"Kenapa?" tanya Sekar heran.
"Terlalu banyak mengangguk dan menggeleng, apa tidak membuat lehermu pegal?" tanyanya dengan nada jenaka.
Sekar menggeleng.
Arion kontan tertawa geli. Ia pun segera berdiri dari duduknya, diikuti Sekar. "Terima kasih sekali lagi. Aku harap kita bisa berteman baik," Arion mengulurkan tangannya.
Dengan malu-malu Sekar mengambil tangan Arion dan menggenggamnya lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
buk e irul
cieeeee yang makan siang bareng
2022-05-18
0
Lisa Z
ha?
2022-03-03
0
Lisa Z
eww cewek genit
2022-03-03
0