Elisa adalah teman dekat Jesika yang merupakan adik kesayangan Devan. Hanya Elisa yang di percaya oleh Devan sebagai teman baiknya. Pada saat penculikan, Elisa sedang bersama dengan Jesika dan mereka berdua menjadi korban pelecehan seksual yang di lakukan oleh anak pemimipin gengster lain yang kini telah menjadi musuh tebesar Devan. Saat mereka di temukan Elisa pun termasuk korban. Kondisinya saat itu mengenaskan. Namun, dia masih bisa di selamatkan berbeda dengan dengan adiknya yang telah meninggal karena luka tusuk di sekujur tubuhnya. Alasan itulah yang membuat Devan tidak bisa menolak kehadiran Elisa, gadis itu adalah perempuan yang ke dua Jesika sayangi setelah Ibunya meninggal.
Devan mengelus - ngelus lembut pipi mulus Rena, kulitnya begitu halus dan lembut. Rena bereaksi dia melenguh manja bagai anak kucing yang mendapatkan sentuhan kasih sayang dari pemiliknya.
"Apa yang telah kau lakukan padaku, Rena? Aku tidak pernah mengasihani wanita pun di dunia ini. Kecuali Ibu dan Adikku," gumam Devan pelan.
Sentuhan jemari yang Devan berikan pada gadis itu menyalurkan sebuah getaran di tubuh Rena, getaran bak aliran listrik membuat gairahnya tergugah. Rena membukakan matanya, wajah Devan terlihat samar di matanya orang kini dia lihat adalah Aldi. Ilusi yang menari - nari di kepala Rena dari tadi adalah sebuah adegan hot Devan bersama dengan Elisa yang saat itu dia lihat tanpa sensor sedikit pun. Tontonan manis itu masih membekas di matanya.
Rena tersenyum. Membuat kening Devan berkerut, di mata Rena Aldi sedang tersenyum padanya. Rena memegang tangan Devan yang sedang yang mengelus pipinya dan membantunya untuk terus melakukan hal yang sama sambil memejamkan matanya, gadis itu memperlihatkan dengan jelas bahwa dia menikmati sentuhan halus darinya. Devan mengikuti apa yang di inginkan oleh gadis itu, karena dia tahu Rena dalam pengaruh obat.
"Aku sangat merindukan sentuhan ini, ketika Ibuku masih hidup dia sering melakukannya," kicau Rena dengan mata yang terpejam tanpa rasa malu, dia masih memperlihatkan dirinya menikmati sentuhan itu dengan manja. Devan tidak membalas ucapannya, dia terus membiarkannya melakukan apapun yang dia inginkan.
"Ibu meninggalkan ku dan membiarkan ku bersama dengan Ayah yang selalu memerasku bahkan dia juga sering menyiksaku. Aku tidak bisa pergi darinya karena dia satu - satunya keluargaku. Saat aku memiliki kesempatan untuk menjauh darinya, aku malah terjebak bersama lelaki arogant itu. Tapi syukurlah sekarang kau sedang berada di sini menemaniku, Aldi."
Devan langsung menahan tangannya, ketika sebuah nama terucap tanpa ragu dari mulut Rena.
"Jadi dia tersenyum padaku karena yang di lihatnya adalah Aldi, dan lelaki arogant yang di maksud Rena adalah Aku,' batin Devan.
Devan langsung menarik kasar tangannya dan membelakangi Rena, dia sedikit kecewa dengan ucapan Rena. Tetapi apa yang gadis itu ucapkan wajar saja, semenjak bertemu dengannya Devan selalu berbuat kasar padanya.
Devan terperanjat saat Rena tiba - tiba memeluknya dari belakang. Kelakuannya itu tidak akan pernah terjadi bila Rena dalam keadaan sadar.
"Apa yang kau lakukan, Rena?!" Elak Devan namun tanpa perlawanan melepaskan pelukan gadis itu.
Rena mulai meraba dadang bidang Devan dan menyusupkan bibirnya ke punggung lelaki itu. Gadis itu sudah benar - benar kehilangan urat malunya. Dia tidak lagi memperdulikan harga dirinya, semuanya terdorong karena adegan panas itu terus berputar di kepalanya.
"Rena!" Bentak Devan yang sudah mulai tak nayaman dengan rabaan Rena di tubuhnya.
"Sentuh aku! Biarkan aku merasakannya..." bidik Rena tepat di telinga Devan dan sekali lagi dengan tak tahu malunya dia mengecup leher Devan membuat lelaki itu merasa geli.
Devan membalikkan badannya dan melepaskan pelukannya dari godaan jemari tangan Rena di tubuhnya. Mereka kini saling menatap dan Rena tersenyum manis padanya. Devan menelan salivanya susah payah. Meski sudah beberapa kali gadis yang ia dia tiduri tetapi perasaannya saaat ini sangat berbeda.
Gelombang birahi yang Rena rasakan saat ini begitu memuncak dan mendorong gadis itu ingin meluapkannya. Rena yang begitu polos tidak bisa menghindari naluri kewanitaannya setelah menonton adegan hot itu. Sentuhan manis yang Devan berikan membuat dirinya ingin melakukan kegiatan menggairahkan dan dia tidak bisa untuk mengendalikan untuk melancarkan keinginannya itu.
"Apa yang akan kau...."
Tanpa meminta ijin terlebih dahulu, pada pemilik bibir seksi di depannya. Rena langsung menarik leher Devan dan menautkan bibirnya. Dia mempraktekkan apa yang di lakukan oleh Elisa. Awalnya Devan menepisnya, tapi gairahnya langsung tergugah hingga dia membalas tautan yang Rena mulai. Devan yang sudah piwai melakukan adegan itu, membimbing Rena yang masih kaku hingga gadis itu mulai menyeimbangkan diri mengikuti permainan panas mereka.
Rena benar - benar terhanyut dalam kesenangan yang baru pertama kali di rasakannya, bibir Devan beralih menyusuri leher Rena yang lembut. Rena mendesah, suaranya itu cukup membuat gairah Devan semakin menggebu. Devan mengangkat tubuh kecil Rena ke dalam pangkuannya. Naluri lelakinya tergugah oleh sikap Rena yang mulai menyulutkan gairah di dalam tubuhnya.
Rena terus mendesah di saat miliknya yang berharga terus bergesekan walaupun terhalang oleh kain yang mereka kenakan. ******* yang kuat dari bibir Rena membuat gairah Devan semakin bergelombang dan memuncak. Devan mengecap dengan sangat rakus bibir Rena dan menyusuri lehernya hingga meninggalkan tanda merah di lehernya.
******* yang khas terdengar Devan dari mulut Rena yang cantik, membuat Devan semakin hilang kendali. Rena pun tanpa malu menggoyangkan pinggangnya hingga milik mereka terus bergesekan dan membuat gelombang hasrat keduanya semakin memuncak.
Saat Devan menyusuri tangannya ke arah dua gunung kembar Rena, Devan melihat wajah Rena menyerupai Jesika. Terlintas wajah adiknya itu merintih saat dirinya di tiduri oleh lelaki itu dengan linangan air mata yang mengalir di pipinya. Devan langsung melepaskan dirinya dari peraduan penuh gairah itu.
"Ah..., aku tidak bisa menidurimu dalam keadaanmu seperti ini," tepus Devan dan menurunkan Rena dari pangkuannya.
Rena terlentang di atas kasur dengan kondisi yang sama, berbicara sekenanya dengan mata yang terpejam.
"Dasar gadis nakal, kau hampir saja mendorongku untuk melahap mu, sampai habis, Rena" gumam Devan.
Walaupun Devan terkenal jahat dan kejam, namun dia tidak bisa meniduri wanita manapun dalam keadaan tidak sadar. Wajah adiknya selalu melintas di matanya. Devan merasa menjadi orang sama dengan lelaki yang telah memperkosa dan membunuh adiknya bila melakukan itu.
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca. Jika masih banyak typho.
Jangan lupa untuk selalu like, komen, vote dan hadiahnya. Kalau berkenan jangan lupa untuk selalu tekan tombol like.. like.. like.. yang banyak yah dan selalu tinggalkan jejak komentar kalian ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Jasmine
masih ada rasa takut akan dosa ternyata d3van ini...salut buatmu...
meskipun dlm keadaan bi*ahi memuncak bisa jg sadar akan perbuatannya
2022-04-11
0