sesosok lelaki berotot yang dia pikirkan ternyata hanya sebuah ilusinya saja. Yang kini dia lihat sekarang adalah seorang wanita yang berpakaian sangat rapi dengan raut muka masam dan tidak ramah. Dari kesan pertama Rena bertemu dengannya, wanita itu kurang bersahabat. Ketika dia muncul di balik pintu untuk pertama kali bertemupun bibir yang seharusnya tersenyum terkunci rapat. Sikapnya itu seolah melihat Rena adalah makhluk menyebalkan dan hina.
Wanita itu berdiri saja sambil melihat Rena dari ujung rambut sampai kaki. Tatapan itu membuat Rena meringkuskan kedua tangannya kembali untuk menutupi tubuhnya. Gadis itupun memundurkan langkahnya sebagai kesiapannya untuk melawan jika wanita itu menyeretnya keluar dari kamar dengan paksa.
"Ikuti aku!" Ucapnya tegas dan langsung memutarkan tubuhnya melangkah meninggalkan Rena. Dia tidak memperdulikan sikap extrime Rena yang ketakutan.
Dalam pikiran Rena saat ini hanya satu, wanita itu mucikari Ibu pengasuh yang menjadi ratu di rumah bordir. Rena tidak mengikuti perintah dari wanita itu dia masih berdiri di tempatnya. Gadis itu tidak berniat mengikutinya karena rasa takut untuk memulai perbuatan dari hasil pemikirannya sejak tadi.
"Aku katakan sekali lagi padamu, ikut aku!" Gertak wanita itu membuat Rena terperanjat.
Rena akhirnya menyerahkan diri untuk menumpukan hidupnya pada takdir. Apalagi yang bisa di perbuat untuk mencegahnya, pada akhirnya dia akan mengikuti alur cerita yang tidak bisa di tolak. Gadis itu melangkah mengikutinya sambil memperhatikan setiap sudut ruangan.
Lorong yang memanjang dengan dinding yang terbuat dari kayu mengkilat. Kamar itu tidak hanya satu namun banyak, lorong yang ia lewati terbentuk dari beberapa kamar yang saling berhadapan seperti sebuah penginapan. Tempat dimana kelak di akan menyerahkan tubuhnya pada setiap lelaki hidung belang.
'Ya Tuhan, apa yang sudah aku duga ternyata benar? aku benar - benar akan bekerja sebagai pemuas nafsu untuk para hidung belang," jerit hati Rena matanya pun mulai berkaca - kaca lagi dan diapun berjalan sambil menunduk.
Rena terus menunduk mengikuti langkah wanita itu hanya dengan melihat langkah kakinya. Pikirannya tak karuan, langkah kaki wanita itu pun terhenti dan Rena pun langsung menghetikkan langkahnya. Dia menengadahkan wajahnya. Terlihat beberapa gadis yang memakai pakaian yang sama, mereka berdiri dengan rapi menghadap ke arah Rena dan wanita itu.
"Dia adalah pelayan baru disini! Dan kalian harus mengajarinya untuk bekerja dengan baik! Jangan sampai Tuan Devan marah dengan kecerobohnya!" Perintah wanita itu pada beberapa gadis yang sedang berdiri rapi itu.
Rena langsung terperangah mendengar ucapan wanita itu. Pelayan? Apakah yang dia maksud sekarang dirinya akan menjadi pelayan di rumah lelaki itu. Lelaki penagih hutang Ayahnya.
"Siska, urus dia dan berikan dia pakaian padanya!"
"Baik, Madam." jawab Siska patuh.
"Dan kau...,"
Rena menegakkan tubuhnya saat wanita itu berbicara padanya.
"Di rumah ini hanya satu yang harus di layani dengan baik yaitu Tuan Devan dan kau jangan pernah melakukan kesalahan! Jika kau ceroboh dan membuat Tuan Devan marah, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu," ucapnya masih dengan nada tegas dan sinis.
Rena hanya bisa terdiam, dia belum bisa mencerna semua pembicaraan yang dia terima. Apa yang di maksud Tuan Devan itu adalah pemilik rumah ini.
"Jawab!" Sentak wanita yang di panggil Madam itu.
"Ba..baik Madam." ucap Rena dengan terbata.
"Sekarang lakukan tugas kalian masing - masing! Dan Siska untuk beberapa hari ini kau bimbing dia!"
"Baik Madam." jawab semua wanita yang berseragam itu dengan serempak.
Wanita itu pergi begitu saja dan Rena hanya bisa berdiam diri.
"Ikutlah denganku!" Ucap seorang wanita yang di panggil Madam utuk mengajarinya yaitu Siska.
Rena hanya mengangguk dan mengikuti langkah Siska ke sebuah ruangan besar seperti sebuah gudang tetapi gudang yang besar dan luas.
Terlihat berbagai beragam perabotan, sayuran dan segala simpanan yang di perlukan rumah itu tersusun dengan rapi.
Siska membuka lemari besar dan berisi pakaian yang sama dengan yang dia kenakan.
"Pakailah baju ini! Kau bisa membersihkan diri disana dan semua kebutuhan alat mandimu tinggal kau ambil di rak di laci itu!"
"Tunggu Siska! Kita belum saling berkenalan dan aku belum paham apa yang sebenarnya terjadi?" keluh Siska pelan.
"Aku memahami perasaanmu saat ini, apa yang kini kau rasakan aku dulu pernah mengalaminya, setahun yang lalu,"
"Apa kau pun berada di sini karena tidak bisa membayar hutang pada...."
Siska mengangguk.
"Perkenalkan namaku Virkaninda Rena Clarista kau cukup panggil aku dengan Rena saja."
"Aku harap kau selalu mengikuti peraturan disini. Aku akan memberitahumu agar kau tidak mengalami masalah."
"Terima kasih Siska."
"Lebih baik kau cepat membersihkan diri! Karena Madam tidak suka anak buahnya lamban."
"Baiklah.."
Rena melakukan apa yang di perintahkan Siska, kini batinnya merasa tenang. Ternyata dia tidak akan menjadi korban penjualan organ tubuh ataupun di jadikan wanita penghibur. Tidak mengapa dia menjadi seorang pelayan, toh pekerjaan sehari - harinya di rumah makan dan di bar tak jauh berbeda.
Rena mengenakan pakaian seragam yang di kenakan oleh pelayan dan beberapa pelayan yang tadi dia lihat. Baju berwarna navy dengan atasan berkerah, lengannya bermodel balon dengan panjang di atas lutut tangan. Beruntung bawahannya bukan rok mini. Namun, celana panjang yang senada dengan warna atasan celananya. Sepatu pentopel hitam yang sesuai seukuran dengan kakinya telah siap pula.
'Luar biasa, pemilik rumah ini sangat kaya raya. Semua kebutuhan para pelayan pun sangat komplit dan tersedia. Tapi sayang kekayannya hasil dari meminum keringat dan darah orang yang lemah,' batin Rena.
Rena tidak memakai make up. Dia tidak terbiasa mengenakan alat kecantikan itu. Hanya menyisir rambutnya dan mengikatnya saja. Bedak pun tidak ia kenakan karena dia pikir pekerjaannya hanyalah membersihkan debu dan kotoran. Percuma saja kalau berdandan karena wajahnya tidak akan bersih.
Rena berjalan keluar gudang dan berjalan menghampiri Siska yang sedari menunggunya.Wajahnya terlihat cemas dia menatap tajam ke arah Rena.
"Aku tidak tahu apa yang telah kau lakukan padanya, Rena. Aku mendapatkan perintah dari Madam, kau harus melayani segala kebutuhan Tuan Devan."
"Aku mengingatnya, kalau tidak salah dia sempat aku layani di bar tempatku bekerja. Dan aku berbicara dengannya sebelum dia membawaku kesini."
"Semoga alasan kau langsung yang di jadikan pelayan yang melayani Tuan karena dia merasa puas dengan apa yang kau lakukan sebelumnya. Kalau tidak, aku tidak bisa memastikan kau akan hidup bahagia di rumah ini."
"Apa Tuan Devan memiliki temperamental yang sangat buruk?"
"Lebih baik kau tidak katakan sembarangan tentangannya, Rena! Dinding di rumah ini memiliki telinga," Siska langsung memperingati Rena.
Rena mengatupkan bibirnya dengan rapat.
Jangan lupa untuk like komen dan vote.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Jasmine
syukurlah masih dijadikan pelayan drpd jd pelacur
2022-04-10
0