Rena melangkah semangat dan berdiri tegap di depan pintu kamar yang tidak terkunci seperti semalam. Ya, Pintu kamar itu tidak terkunci seperti semalam. Pintu itu tidak tertutup rapat hanya setengah saja yang tertutup. Rena bermaksud untuk meminta ijin karena dia yakin pemilik kamar sedang berada di dalam.
Namun, mata sucinya kembali ternodai. Saat melihat Devan dan Elisa sedang bercumbu di kursi yang semalam yang Devan duduki. Terlihat Devan hanya mengenakan celana panjangnya, otot - otot di perutnya yang begitu menggoda terbuka tanpa ada sehelai pun yang menutupinya. Entah kemana baju yang ia kenakan tadi? begitu pun Elisa dia hanya menggunakan kedua pakaian dalamnya saja yang menutupi gunung kembarnya dan miliknya yang berharga.
Mereka saling menautkan bibir dengan gairah yang begitu besar, Devan begitu piawai memperlakukan Elisa saat bercumbu. Karena begitu hotnya mereka tidak menyadari kedatangan Rena. Elisa begitu menguasai Devan mebuat lelaki itu terbuai dalam gelombang kenikmatan duniawi. Elisa duduk di pangkuan Devan yang memeluknya dan mencumbunya dengan gairah yang membuat mata Rena tidak bisa berkedip sedikit pun.
Rena tersadar atas sikapnya yang tidak terpuji itu, karena dia mengintip sepasang kekasih yang sedang bercinta. Ini kali pertama ia melihat adegan panas secara nyata, saat dia menonton drama romantis pun Rena sering menghindar untuk melihatnya. Usia yang telah dia lewati 20 tahun lamanya bagi Rena belum cukup untuk mengenal kegiatan semacam itu. Bersentuhan bibir dengan lawan jenis pun Rena belum pernah melakukannya. Rena seakan menjadi gadis kuno yang tertinggal.
Rena menepis pandangannya dan berlari meninggalkan tempat itu, tanpa di sadari Devan sedari tadi melirik ke arah Rena yang sedang berdiri. Lelaki itu tidak menyudahi kegiatan bercintanya bersama Elisa walaupun dia mengetahui Rena sedang berdiri mematung untuk sesaat menyaksikannya.
Rena berjalan ke arah kamarnya sambil menunduk, semuanya yang dia lihat saat berada dalam rumah ini terus beruntun di depan matanya. Rena bisa gila bila terus - terusan di terjang oleh pemandangan di luar nalarnya ini. Penindasan dan penyiksaan memang kerap dia dapatkan dari Ayahnya, pelecehan pun sering kali dia dapatkan saat berada di bar. Tetapi melihat penyiksaan yang sangat extrim dan hal berbau porno dengan nyata di depannya membuat Rena tertekan. Akankah pemandangan demikian akan sering dia jumpai kedepannya. Pikir Rena.
Siska selalu mengatakan agar dirinya menutup mata dan telinganya ketika melihat dan mendengar semua hal yang terjadi di rumah ini. Agar tidak mendapatkan masalah yang besar dari lelaki arogan itu, tetapi apakah Rena akan bertahan?
Semalam dia menghardikku, mempersoalkan tata karma karena aku tidak melihat wajahnya ketika berbicara dengannya, tetapi kelakuannya tidak beretika. Sudah tahu di rumah ini banyak pelayan, seenaknya saja bercinta dengan pintu kamar yang terbuka. Apa memang dia sangat suka aksi mesumnya terlihat oleh orang lain?
"Ya Tuhan, tidak ada kesan baik sedikit pun yang aku dapatkan darinya," gerutu Rena sambil berjalan menuruni anak tangga.
Terlihat dua orang bodyguard berjalan ke arahnya, sehingga wajah Rena seketika memucat karena dia masih mengingat dengan jelas kedua lelaki itu yang bersama dengan Devan semalam, karena ketakutannya yang berlebihan, Rena merasa kedua lelaki itu akan menyeretnya. Gadis itu kemudian mempercepat langkahnya untuk menghindar.
"Hai, kenapa kamu berjalan begitu terburu?" tanya salah satu dari mereka, ketika melihat Rena turun dari anak tangga setengah berlari.
"Kau bertanya padaku?" jawab Rena dengan hati - hati yang was - was.
"Lantas, siapa lagi yang berada di hadapan kami?" tanya baliknya.
"Aku... Aku sedang terburu - buru, maaf mungkin lain waktu kita bicara lagi," tolak Rena sambil melanjutkan jalannya agar segera menghindar dari mereka. Karena kedua bodyguard itu hanya bisa saling menatap melihat kelakuannya.
"Syukurlah, kedua bodyguard itu tidak mengejarku," gumam Rena tanpa mengurangi kecepatan langkahnya.
"Rena, apa kamu sudah membereskan kamar, Tuan Devan?" tanya Siska yang menyapa Rena dan melintasinya tetapi Rena mengacuhkannya, karena rasa takutnya yang berlebihan. Rena sekarang hanya ingin cepat sampai ke kamarnya dan bersembunyi disana.
"Rena!" Siska menarik lengan Rena hingga gadis itu tersadar dan menghentikkan langkahnya.
Rena langsung melihat ke arah belakang, langsung hempaskan napas leganya sambil mencodongkan badannya ke depan untuk meregangkan tubuhnya yang sempat terasa membeku karena panik.
"Syukurlah kedua bodyguard itu tidak mengikutiku," gumam Rena pelan.
Siska menatap ke arah Rena lihat, tetapi dia tidak melihat orang yang di bicarakan Rena.
"Rena dengarkan aku sebentar! Bukankah tadi aku sudah mengatakan padamu agar kau bisa bersikap biasa saja. Jika kau seperti ini terus, mereka akan mencurigaimu," Ucap Siska denga nada setengah berbisik.
"Ketika melihat mereka berdua, aku jadi hilang kendali, Siska!" Bela Rena dengan dada naik turun. Langkahnya yang cepat membuat jantungnya memopa lebih kencang.
"Apa kau sudah membereskan kamar Tuan Devan?" tanya Siska sekali lagi.
Rena menggelengkan kepalanya.
"Rena, kau akan medapatkan masalah, karena kau tidak melakukan pekerjaanmu," ujar Siska.
Bersambung..
Jangan lupa untuk like, komen dan juga vote.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Jasmine
munafik....hanya itu yg dpt kusematkan pdmu Rena...sok suci...
klu bukan krn devan tubuhmu digilir sm laki2 hidung belang...bokapmu aja melecehkanmu...
2022-04-11
0