Namun belum juga usai lelaki itu berbicara, lelaki di samping kanannya sudah menendang dadanya hingga lelaki itu terjungkal dan berteriak kesakitan. Rena langsung menutup mulutnya agar suara jerit histerisnya tertahan. Baru kali ini dia menyaksikan dengan nyata adegan penyiksaan yang sering di lakukan oleh gengster.Biasanya dia melihat adegan dari film laga yang dia tonton di televisi.
Seseorang yang duduk dengan mereka tidak bisa Rena lihat dengan jelas, hanya punggungnya saja karena lelaki itu membelakangi kaca tempat Rena mengintip. Lelaki itu duduk santai dengan memangku salah satu kakinya. Rena merasa tidak asing lagi dengan gaya duduk seperti itu.
"Apa mungkin itu Devan, lelaki arogan itu?" gumam Rena pelan.
"Kau telah mengecewakanku, aku telah memberikanmu wilayah dan kau telah mendapatkan keuntungan yang begitu besar, tapi kau malah berkhianat. Lantas hukuman apa yang pantas untuk pengkhianat sepertimu, hah!" Hardik seseorang yang sangat Rena kenali suaranya itu.
"Beri saya kesempatan satu kali lagi, Tuan. Saya janji, tidak akan pernah mengecewakan anda." Lelaki itu meraih salah satu kaki yang dia panggil Tuan itu.
Namun, sebelum dia dapat meraihnya, kaki itu melayang dengan cepat menghantam dadanya membuat lelaki itu terjungkal ke belakang. Terlihat lelaki itu terkapar di atas tanah sambil terbatuk - batuk. Jantung Rena berdetak sangat kencang menyaksikan kejadian yang mengerikan seperti itu. Posisi mereka nerada di cahaya lampu yang terang, sehingga Rena bisa melihat dengan jelas adegan yang terjadi disana. Lelaki yang terlentang di sana bertubi - tubi mendapatkan siksaan, padahal sudah terlihat sangat lemah.
Rena melotot sambil menutup mulutnya, ketika melihat dengan jelas lelaki yang tadi duduk adalah Devan. Dia berdiri kemudian kaki kanannya dia injakkan ke atas dada lelaki yang malang itu. Bagi Rena apa yang di lakukan Devan itu sangat extrime dan kejam. Gadis itu bertanya dalam hati, kesalahan apa yang di lakukannya sehingga Devan berbuat seperti itu padanya.
"Kau telah menjalin kerja sama dengan Syam, bukankah kau sudah tahu bahwa dia beserta anak buahnya dan semua yang berhubungan denganku adalah musuh terbesarku. Apakah kau tidak mengingatnya? Bagaimana Kakakku mati terpangang olehnya dan adik ku menjadi korban pemerkosaan dari bocah dungu itu hingga nyawanya melayang, apakah kau tidak mengingatnya sedikit pun, brengsek!" Devan naik pitam dia terlihat sangat marah. Dia langsung menendang - nendang lelaki lemah itu dengan membabi buta. Teriakkan kesakitannya membelah kesunyian malam.
Rena menutup mulutnya dengan tangan yang bergetar, dia merasakan sekujur tubuhnya merinding. Apa yang di lakukan Devan sangat kejam. Rena bahkan menitihkan air matanya karena syok melihat kejadian itu. Teriakan kesakitan dari mulut lelaki malang itu, seolah tidak di hiraukan oleh Devan. Jika lelaki itu adalah Rena mungkin dia sudah mati sejak tadi.
Rena terkesima hingga tidak mampu mengedipkan matanya, dia terus menatap Devan yang tidak bisa mengendalikan dirinya. Lelaki itu, tidak ada yang bisa menghentikkanya, tanpa berhenti terus - menerus menendang - nendang tubuh lelaki yang ada di bawahnya yang sudah terkulai lemah.
"Seret! Dan kurung dia, di ruang bawah tanah! Aku akan memikirkan lagi hukuman apa yang pantas dia terima," Perintah Devan dengan dada naik turun karena amarahnya yang memuncak menghentikkan kegiatan penyiksaannya.
Kedua lelaki yang sudah Rena tebak, anak buahnya menyeret tubuh yang sudah tak bergerak seperti batang pohon yang tak berguna. Rena yang masih terkesima tidak menyadari Devan menatap ke arahnya.Sorot matanya yang tajam sangat jelas tertuju padanya. Tidak bisa di ragukan lagi kepekaan lelaki itu. Dia bisa tahu ada seseorang yang mengintip di balik gorden. Padahal Rena tidak membuka gorden itu lebar - lebar.
"Ya tuhan, dia melihatku," gumam Rena pelan dan tubuhnya langsung terjungkal ke belakang hingga posisi terduduk.
Rena kaget, karena sudah ketahuan sedang mengintip. Dia langsung menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada yang datang. Dengan tangan dan tubuh yang bergetar Rena berlari memasuki kamar dan langsung mengunci pintu kamarnya. Rena langsung menyembunyikan seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Ya Tuhan, apa lelaki kejam itu, mengenaliku? Rena kamu sangat bodoh, kenapa kau terus melihat kejadian yang mengerikan itu," rutuknya pelan.
Rena memasang telinganya untuk memastikan, tidak ada bunyi langkah sepatu yang akan menuju ke arah kamarnya. Rena berfikir, Devan akan menghukum siapa saja yang telah berani mengintip kegiatannya. Sepanjang malam gadis itu terjaga. Saat dirinya memasuki alam mimpi, dia selalu terbangun oleh suara - suara yang muncul di kesunyian malam.
Malam pertama di rumah Tuan barunya itu, Rena tidak bisa tidur nyenyak, walaupun semua barang yang berada di kamar itu jauh berbeda dengan kamar yang dia miliki. Malam pertama ini pun, dia di perlihatkan bagaimana sosok Devan yang memiliki tempramental kejam.
Sepanjang malam ini, Rena terus berfikir besok hidupnya akan berakhir di tangan lelaki itu, karena telah berani mengintip. Rasa sakit yang akan dia rasakan saat melepaskan nyawanya akan begitu menyakitkan. Dia membayangkan dirinya mendapatkan tendangan dan juga siksaan yang sama dengan lelaki malang itu.
"Rena berdoalah! Semoga besok kau memiliki kesempatan untuk hidup," gumamnya saat matanya mulai terlelap tidur.
Pagi harinya Rena terlihat tak bersemangat dalam menjalani aktivitasnya dia masih teringat kejadian malam itu.
"Apa yang terjadi dengan wajahmu, Rena? Kau terlihat seperti kurang tidur," uacap Siska dan menghampiri Rena yang berjalan ke arah dapur.
Walaupun masih dini untuk bangun, dan mulai melakukan pekerjaan. Rena tidak ingin mendapatkan masalah, dia memaksakan diri untuk bergabung dengan rekan kerja yang baru kemarin di kenalnya. Siska melihat dengan jelas mata Rena yang memerah dan lelah bahkan terlihat lingkaran hitam, di sekitar matanya, begitu pun kantung matanya terlihat membengkak. Melihat cara Rena berjalan pun Siska bisa memastikan bahwa gadis itu pasti kurang tidur.
"Aku tidak bisa tidur," jawabnya pelan, sambil berjalan cuek melewati Siska. Dia melangkahkan kakinya menuju ke tempat penyimpanan alat makan yang akan di gunakan pagi ini.
"Padahal yang sarapan hanya satu orang, tapi menu yang di sediakan cukup untuk mengisi perut Lima orang," gumam pelan Rena seenak hati sambil mengelap piring.
"Rena, kau tidak boleh bekerja dengan keadaan yang kacau seperti ini! Apa tadi malam, ada sesuatu yang terjadi?" Siska memegang lengan Rena, agar gadis itu berhenti sesaat.
Rena, menaruh piring dan lap, dia menundukkan kepalanya sambil memperlihatkan raut muka sedih.
"Ceritakan padaku! Apa kau melakukan kesalahan lagi!" Desak Siska.
Rena menggelengkan kepalanya.
"Aku mengerti keadaanmu saat ini, karena kau belum terbiasa tinggal di sini. Mungkin kedepannya kau akan terbiasa." Siska mencoba menyemangati di atas ketidaktahuannya, dia berfikir Rena tidak bisa tidur dengan nyenyak dan bersedih karena belum terbiasa.
"Aku berharap demikian tetapi aku tidak yakin, masih bisa mendapatkan kesempatan untuk menghirup udara sampai esok hari," gumam pelan.
"Rena! Lihat aku! Apa yang sebenarnya telah terjadi...?"
Bersambung...
Jangan lupa untuk like, komen dan vote. Kalau berkenan tekan tombol like..like..like yang banyak yah..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Jasmine
gmn bisa tidur nyenyak setelah melihat peristiwa berdarah spt itu
2022-04-11
0