Devan berbisik tepat di telinganya, "Kau telah berani berbicara lantang di hadapanku, bahkan kau tanpa ragu menolakku. Aku akan membuatmu berlutut di depanku, memohon - mohon agar aku mau menidurimu,"
"Maaf, Tuan. Tolong lepaskan saya!" Balas Rena dengan sikap yang berbeda, kini dia hanya menatap tajam ke arah mata Devan dan berdiam diri saja.
Melihat sikapnya yang seperti itu, membuat Devan mengerutkan keningnya. Di perlakukan seperti itu Devan menjadi serba salah. Pada akhirnya melepaskannya. Dan Rena langsung berlari meninggalkan kamar. Devan tersenyum melihat keberanian gadis itu, tidak ada yang pernah menolakknya. Semua wanita yang dia temui bertekuk lutut padanya.Devan pun mengagumi keberanian yang di miliki Rena. Walaupun dirinya berada di posisi yang lemah, dia dengan lantang melawannya.
Sebagai pemimimpin mafia dan gangster di negara ini. Tidak ada yang berani menatapnya dengan tatapan kesal. Semua bawahannya bertekuk lutut dan takut padanya.Hanya Rena, gadis unik yang memiliki keberanian itu. Tetapi Devan menganggap Rena sama dengan gadis yang lainnya. Sangkaan Devan bermula setelah melihatnya bersama Aldi. Dia menganggap Rena telah menyerahkan tubuhnya pada lelaki itu sebagai balasan pemberian lelaki itu untuk memenuhi kebutuhannya.
Rena membenamkan wajahnya ke bantal agar suara tangisnya dapat teredam. Perlakuan Devan padanya malam ini, membuat gadis itu syok. Sebelumnya dia begitu kelelahan, karena sepanjang waktunya dia gunakan untuk bekerja. Sebelumnya dia juga sering mendapatkan tamparan keras bahkan siksaan yang menyakiti tubuhnya karena tidak memberikan uang pada Ayahnya. Sebelumnya juga dia sering mendapatkan perlakuan mesum di tempat kerjanya. Namun, semua itu lebih baik dari pada sekarang. Di balik penderitaannya yang tak kunjung usai dia masih bisa menghirup udara bebas. Rena masih memiliki kebebasan untuk melakukan apapun. Yang dia inginkan.
Berbeda dengan sekarang, Rena terkurung dalam sebuah rumah. Hidupnya kini bagaikan burung dalam sangkar. Kebebasan yang di hirup selama 20 tahun lamanya kini telah hilang. Dan yang lebih menakutkannya lagi dia tidak akan tahu sampai kapan bisa menghirup napasnya. Kapan saja Rena bisa terkubur di perut bumi karena tidak ada jaminan dirinya bisa hidup sampai menua. Hal yang paling menakutkan bagi Rena melebihi goresan luka yang ada di tubuhnya dari siksaan yang di berikan oleh Ayahnya.
'Ya Tuhan, apa salahku sehingga aku menanggung semua ini? Tidakkah kau memberikanku sebuah kesempatan hidup bahagia di dunia ini.' bisik hati Rena.
Rena masih mengingat wajah mengerikan yang di lihat dari lelaki arogan itu. Tangisannya semakin menyayat bila membayangkan semua ucapan kasarnya. Tatapan penuh amarah dan sikap arogannya. Rena ingin lari dari kenyataan ini. Kalau saja ada peluang besar untuk pergi dari rumah ini. Rena tidak ingin membuang kesempatan itu. Tidak perduli jika seumur hidupnya harus menjadi buronan lelaki arogan itu.
Dorrrr!
Rena tersentak saat mendengar suara tembakan. Dia terbangun dengan mata yang masih memerah. Rena memandang ke arah jam dinding, waktu menunjukkan pukul 1 malam. Rena langsung berdiri saat mendengar suara hardikan di kesunyian malam. Dia mulai melangkah perlahan berjalan ke arah pintu. Rasa penasarannya begitu besar, apa yang sedang terjadi di luar sana? Pikir Rena.
Rena menempelkan telinganya ke arah pintu dan mencoba menguping. Terdengar samar - samar beberapa orang berbicara. Rena membuka pintu dengan perlahan kemudian mengintip ke luar kamar. Kedua arah lorong itu terlihat sepi bahkan tidak ada satu pintu pun terbuka. Karena sudah lewat tengah malam sepertinya semua penghuni kamar sudah tertidur terlelap. Rena menunggu sejenak dan tersentak saat mendengar hardikan yang begitu jelas terdengar. Anehnya tidak ada satu pintu pun yang terbuka sebagai reaksi penasaran dari para penghuni dari suara itu.
"Apa mereka benar - benar tertidur pulas karena lelah. Apa mereka sengaja menutup telinganya agar tidak mendapatkan masalah dari lelaki yang arogan itu," gumam Rena pelan.
Semua pelayan di rumah ini memiliki kamar masing - masing termasuk Rena. Kamar yang saling berjejer berhadapan sehingga membentuk lorong seperti kamar hotel. Bangunan yang tadi siang di anggap Rena sebagai tempat para lelaki hidung belang yang melepaskan hawa nafsunya.
Rasa penasaran terus memburu di hati Rena. Gadis itu keluar dari menyusuri lorong dengan langkah yang perlahan menuju ke arah asal suara yang berisik itu. Benar saja ketika gadis itu mengintip keluar di balik kaca bergorden yang mengarah ke kebun belakang. Dia melihat ke tiga orang lelaki dengan perawakan kekar berdiri tegap. Terlihat pula, seorang lelaki yang duduk bersimpuh menghadap seseorang yang duduk di depannya.
"Saya minta maaf, Tuan. Saya berjanji tidak akan melakukannya lagi..."
Bersambung.
Jangan lupa untuk like, komen, vote dan juga hadiahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Jasmine
apakah itu ayahnya Rena...lebih baik ia mati terkapar dibunuh drpd hidup jd benalu yg selalu menggerogoti org lain tanpa bisa berubah lbh baik..
2022-04-11
0