Chapter #18

"Siapa yang akan menjemputmu hari ini?” tanya So Yun lembut setelah membantu Eun Byul memasang tas ransel di punggung kecilnya.

“Pemilik tempat ini mengatakan padaku kalau Eun Byul yang cantik sudah selesai latihan.”

 “Iya, Eun Byul sudah menyelesaikan latihannya dengan baik,” sahut So Yun dengan senyum ramah seraya berdiri tanpa mengetahui siapa yang sedang berbicara padanya

“Paman Joong Ki!” seru Eun Byul riang.

Hanya hitungan detik dan raut wajah So Yun seketika berubah saat mengetahui sosok Song Joong Ki kini berdiri di hadapannya.

“Kau terlihat cantik saat tersenyum,” ucap Joong Ki tulus.

“Paman menyukai Guru Hyeon?” tanya Eun Byul yang berdiri tepat di sisi So Yun.

Pandangan Joong Ki teralih pada Eun Byul dan senyum manis menghiasi wajah bayinya. Dia berjongkok lalu menggendong Eun Byul tanpa sedikitpun peduli akan So Yun yang berusaha menyembunyikan rasa canggungnya.

“Apakah Eun Byul yang manis berpikir Guru Hyeon cocok jika bersama Paman?” tanya Joong Ki riang.

Pertanyaan tersebut tentu membuat Eun Byul mengangguk dengan penuh semangat.

“Kau ingin kita pergi makan es krim cokelat bersama Guru Hyeon?” kembali Joong Ki bertanya riang.

Lagi, Eun Byul mengangguk penuh semangat. Namun, So Yun langsung menatap dingin Joong Ki yang tersenyum padanya.

“Kelihatannya Guru Hyeon marah,” tegur Joong Ki pada Eun Byul.

Pandangan Eun Byul pun teralih pada So Yun yang tampak tidak seperti biasanya, raut wajah Eun Byul berubah dan air mata mulai terkumpul di kedua pelupuk matanya. Risi, karena tidak nyaman dengan kehadiran Joong Ki yang terbiasa ia abaikan membuat So Yun menjadi serba salah. Tetapi, sorot takut yang di tujukan Eun Byul membuat So Yun terpaksa mengukir senyum di wajahnya.

“Eun Byul, aku tidak marah. Aku hanya sedang tidak enak badan,” bujuk So Yun.

Senyum ramah yang terukir di wajah So Yun membuat Joong Ki tersenyum penuh arti padanya.

“Lalu apa yang harus aku lakukan agar Guru Hyeon tidak sakit lagi?” tanya Eun Byul yang kemudian memegangi kedua pipi So Yun dengan tangan kecilnya.

Sentuhan gadis polos itu pun membuat So Yun tersenyum tulus dan kali ini tidak ada keterpaksaan dalam dirinya. Senyap sesaat dan Joong Ki terpaku karena sosok So Yun yang terlihat sangat berbeda dari biasanya. Detik itu, dia bisa melihat dengan sangat jelas senyum gadis datar yang selama ini selalu ia temui.

Namun, mendadak ia tersentak karena sentuhan So Yun. Kedua telapak tangan lembutnya terlihat menggenggam erat dan menekan cukup kuat lengannya seraya berjinjit untuk menggapai pipi Eun Byul yang tembam. Kembali terpaku, hanya itu yang bisa Joong Ki lakukan setelah So Yun berhasil mencium pipi Eun Byul.

“Aku sehat lagi karena sudah mencium gadis manis bernama Ha Eun Byul. Obat yang Putri Eun Byul miliki sangat manjur,” kata So Yun riang dan buat Eun Byul kembali bersemangat.

“Paman juga harus memberikan ciuman pada Guru Hyeon supaya bisa lebih sehat lagi,” perintah Eun Byul sambil memandangi Joong Ki dan So Yun bergantian dengan tatapan polosnya.

Pernyataan Eun Byul yang sangat tiba-tiba tentu membuat keduanya salah tingkah dan berusaha menenangkan diri masing-masing.

“Eun Byul, karena sudah diberikan ciuman ajaibmu, aku jadi sangat sehat sekarang,” bujuk So Yun sedikit memelas.

Gadis kecil itu pun kembali menyentuh kedua pipi So Yun dan langsung menggelengkan kepalanya.

“Tidak. Wajah Guru Hyeon masih panas,” ujar Eun Byul, “Paman harus cepat mencium Guru Hyeon, kalau tidak nanti dia mati,” omelnya dan menatap Joong Ki dengan cemberut.

“Gu, Guru Hyeon tidak akan mati hanya karena tidak di cium olehku,” sahut Joong Ki gugup.

“Eun Byul, Paman Joong Ki benar. Aku tidak akan mati walaupun dia tidak menciumku,” tambah So Yun yang ikut memberi pengertian.

Tapi, Eun Byul hanya seorang gadis kecil berumur enam tahun yang polos dan tidak memahami situasi aneh yang mereka rasakan. Air mata pun mulai kembali terkumpul di kedua pelupuk matanya dan tentu seketika membuat So Yun gelagapan.

“Ka, kau bisa turunkan Eun Byul dan dudukkan dia di sini,” perintah So Yun panik sambil menarik sebuah kursi kecil.

Joong Ki hanya bisa menghela napas karena sudah menyebabkan situasi yang tidak nyaman. Dia menurunkan Eun Byul dan lalu mendudukkannya di atas kursi. Dilihatnya So Yun segera berjongkok dan berusaha menenangkan keponakan kecilnya yang sudah bersimbah air mata.

“Pa, paman Joong Ki jahat. Paman tidak ingin menyelamatkan Guru Hyeon,” omel Eun Byul dan tangisnya pun pecah.

Tangis pelan Eun Byul yang menggema di ruangan kecil itu membuat Joong Ki yang sedari tadi berdiri hanya bisa menatapnya dengan rasa bersalah. Namun, pikirannya yang kacau membuat ia tidak bisa melakukan apapun.

Terdiam seraya memperhatikan So Yun yang sudah mengusap lembut wajah Eun Byul yang basah karena air mata dan keringat. Hanya terdengar suara tangis Eun Byul dan Joong Ki yang masih memandangi So Yun dengan tatapan kosong. Hingga akhirnya ia kembali tersentak ketika So Yun tiba-tiba berdiri.

“Aku akan ambilkan air hangat. Badannya dingin karena terlalu lama menangis. Kau jaga dia,” perintah So Yun.

Tetapi, Joong Ki yang sedari tadi memperhatikan, bisa melihat jelas rasa khawatir yang menyelimuti dirinya. Bergegas dia meraih lengan So Yun yang tergesa-gesa menuju pintu dan buat langkahnya seketika terhenti.

“Tunggu sebentar,” ujar Joong Ki lembut.

Tanpa peduli akan So Yun yang menatapnya dengan sangat memelas. Joong Ki yang tetap menggenggam lengannya pun kemudian beralih pada Eun Byul yang masih sesenggukan.

“Eun Byul?” tegurnya dan buat gadis kecil itu segera menatapnya, “jangan menangis lagi. Paman akan memberikan ciuman untuk Guru Hyeon yang Eun Byul sayangi dan menyelamatkannya,” tambahnya tulus.

Mungkin semua pernyataan tersebut adalah hal biasa bagi dirinya sendiri. Tapi, bagi So Yun yang memiliki pikiran berbeda tentu sangat terkejut. Matanya yang sipit pun membesar karena semua ucapan Joong Ki tetapi, di lihatnya Eun Byul menengadah dengan senyum riang menghiasi wajahnya yang masih basah. Tidak ada persiapan apapun dan itu seperti mimpi ketika Joong Ki tiba-tiba berbalik menatapnya.

“Maaf. Tapi, kau bisa memukulku setelah ini,” bisik Joong Ki lembut.

Hanya beberapa detik namun, kecupan di pipi kanan So Yun mampu membuat keduanya terpaku dan saling menatap dalam.

“Yeiy!”

Sorakan kecil itu membuat mereka sontak menjauhkan diri. Dengan semua rasa tidak nyaman, keduanya mencoba tersenyum di hadapan Eun Byul yang kini kembali riang dan berdiri di sisi So Yun sembari memeluk erat pinggangnya.

“Apa kau bisa lebih cepat dari ini? Kita sudah hampir terlambat setengah jam dan masih ada jadwal pukul 3.00 sore nanti,” omel Hwi Jae yang tiba-tiba berdiri di balik pintu.

Entah harus merasa lega atau terkejut karena kehadiran Hwi Jae namun, rasa canggung yang masih menyelimuti keduanya membuat mereka hanya bisa terdiam dengan perasaan tidak nyaman ketika Hwi Jae melempar senyum ramah pada So Yun.

“Maaf, aku mengganggu waktu kalian. Tapi, aku sangat memerlukan Joong Ki sekarang,” jelas Hwi Jae ramah.

So Yun hanya mengangguk pelan karena masih merasa sangat kacau. Bahkan dia tidak lagi peduli ketika Hwi Jae melempar pandangan kesal pada Joong Ki yang sekarang terlihat begitu tenang dengan senyum manisnya. Dan segera ia meraih Eun Byul kemudian menggendongnya yang sudah melepaskan pelukan dari pinggang So Yun yang tersentak karenanya.

“Eun Byul, kau kenal Paman Hwi Jae, kan? Pergilah ke mobil lebih dulu bersamanya,” kata Joong Ki lembut dan menyerahkan Eun Byul pada Hwi Jae yang langsung menyambutnya, “bawa dia bersamamu. Lima menit lagi aku menyusul. Ada yang harus aku bicarakan dengan Nona Hyeon,” perintahnya yang kemudian segera di iyakan dengan Hwi Jae.

Pintu ruangan yang sebelumnya terbuka karena Hwi Jae pun kembali tertutup rapat dan Joong Ki berbalik menatap So Yun yang sudah menatapnya datar.

“Na ttaeryeo,[1]” perintah Joong Ki.

Namun, So Yun memilih untuk memalingkan wajah dan mengabaikannya.

“Naga![2]” perintah So Yun datar.

“Na ttaeryeo,” kembali Joong Ki memerintahkan So Yun.

“Nagabayo!” So Yun kembali memerintah dengan datar dan membuat Joong Ki menghela napas pelan.

“Aku hanya ingin kau memukulku. Karena kurasa permintaan maaf tidak akan cukup untukmu dan aku tidak ingin kau menganggapku sebagai laki-laki yang…”

So Yun tiba-tiba membuka pintu dan pergi sebelum Joong Ki sempat menyelesaikan kalimatnya dan lagi, ia terpaku dibuatnya.

“Pada akhirnya aku selalu kalah oleh sikapmu,” ucap Joong Ki pelan.

[1] Pukul aku

[2] Pergilah!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!