Chapter #15

Ini surat kedua dan aku yakin setelah membacanya, kau tidak akan mau menemuiku lagi. Ajakan berteman itu pun pasti akan kau batalkan dalam sekejap.

Aku melakukan ciuman pertama saat duduk di bangku SMP tingkat tiga dengan pacar pertamaku. Sekarang dia sudah menikah dan memiliki anak. Tapi, aku tidak peduli. Memasuki umur 16 tahun, aku bertemu Il Woon. Aku

yakin kau ingat dia dengan baik, *k*arena aku sudah menuliskan tentang dia di surat sebelumnya.

Aku begitu yakin padanya, bahkan sangat yakin jika kami akan berjodoh dan menjadi takdir. Sampai kusadari, seharusnya aku tidak lalai saat menjalani hubungan bersamanya. Dia berhasil membuatku terikat tanpa terkecuali, karena untuk pertama kalinya aku melakukan hubungan layaknya suami istri.

Saat itulah ketakutanku di mulai. Ketika aku berpikir untuk lepas darinya, aku merasa tak mampu karena dia yang sudah menggenggam seluruh hidupku. Aku tidak bisa bergerak bebas. Karena hal itu pun aku sempat menduakannya dengan Gang Ho.

Sejak masalah yang terjadi antara aku dan Gang Ho. Hubunganku dan Il Woon pun ikut bermasalah, walaupun aku sadar masalah itu selalu datang dariku yang sangat ingin terbebas darinya. Tetapi, aku tidak bisa karena memikirkan tentangnya yang harus bertanggung jawab akan masa depanku.

Selama dua tahun kami melakukan hal yang seharusnya tidak kami lakukan. Sampai pada tahun ketiga, aku beranikan diri untuk mulai menolaknya. Dia marah? Tentu, dan hal itu selalu membuatku takut. Aku takut dia akan meninggalkanku dan aku pun terpaksa kembali melakukannya.

Aku menangis? Ya, gadis manapun akan merasakan hal yang sama denganku. Merasa sangat bersalah pada kedua orang tua yang selama ini tidak mengetahui apapun, baik tentang hubungan kami yang masih berlanjut maupun hubungan pra nikah yang kami lakukan.

Sampai pada tahun keempat memasuki bangku kuliah, di akhir semester kedua, aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami. Setelah sekian lama aku mencoba bertahan tanpa menceritakannya pada

siapapun dan terus berdoa akan ada yang menerimaku kelak. Untuk pertama kalinya, aku berani melepas dan berjanji pada diriku agar tidak menemuinya lagi.

Aku merasa bebas? Tentu. Aku merasa nyaman? Sangat. Karena aku tidak lagi harus memenuhi nafsunya. Aku juga bisa kembali menjaga kedua orang tuaku walaupun masih terbesit sedikit rasa khawatir akan keterlambatan untuk memperbaiki semuanya.

Walau begitu, tidak kupungkiri jika aku kembali menangis dan harus merasakan sakit hati setelahnya. Tetapi, bukan karena aku masih menyayanginya, hanya egoku yang menginginkan dia tidak menikah dengan siapapun dan hidup sendiri, sama seperti apa yang telah aku putuskan. Aku tidak ingin menikah dengannya karena rasaku telah pudar dan aku juga tidak ingin dia menikah karena dia seharusnya malu sudah menghancurkan masa depanku.

Memasuki tahun kelima, aku dan Il Woon sempat kembali menjalin hubungan selama lima bulan. Il Woon mengajakku kembali berhubungan dan ingin menikahiku. Namun, hatiku ragu karena teringat kata-kata kasar

yang pernah dia katakan saat hubungan kami dilanda masalah. Dia mengatakan, jika kami akan menikah tapi, aku tidak akan mendapat kasih sayangnya Kesalahan yang datang padaku, sepenuhnya salahku dan dia tetaplah laki-laki suci.

Sampai akhirnya, hanya karena aku memotong pendek rambutku. Dia memutuskan hubungan kami, tidak lagi menghubungiku dan aku tidak peduli juga merasa sudah harus benar-benar melepasnya sekarang. Tidak ada air mata yang jatuh karena aku sudah bosan dengan hubungan yang menambah dosaku tiap kali kami bertemu.

Dan pada waktu yang sama, aku di kenalkan oleh seniorku dengan seorang laki-laki yang terlihat sangat dewasa bernama Ma Seong Min. Yah, secara kasat mata, dia sempurna dan serius akan menikahiku tapi, aku tidak tahu kalau ternyata itu hanya perangkapnya.

Hari ketiga saling mengenal, dia berkata ingin bertemu orang tuaku. Aku mengiyakan keinginannya dan di hari yang sama, dia menyatakan perasaannya. Proses yang sangat cepat untuk sebuah hubungan.

Di bulan pertama, hubungan kami baik. Bahkan sangat baik. Tapi, minggu ketiga dia mulai menunjukkan sifat

aslinya dan terlihat sama seperti Il Woon. Dia memaksaku melakukan hubungan pra nikah. Aku sempat menolak namun, dia yang sudah menjebakku dengan segala pertanyaannya tentang berapa lama hubunganku dengan Il Woon buat aku mengakui tentang hal yang sebelumnya sudah pernah kulakukan.

Aku yang sudah benar-benar menetapkan hatiku pun merasa seperti orang bodoh dan sangat murahan. Kali

ini, aku berusaha mempertahankan hubungan bersamanya. Tetapi, di bulan kedua, Seong Min mulai menjauhiku. Dia tidak lagi datang ke rumah bahkan membalas pesanku pun tidak dan selalu beralasan sedang sibuk dengan sidang akhir kuliahnya.

Aku tetap bertahan sampai tepat akhir bulan Juni, aku dikejutkan dengan pesannya yang bersikap seolah itu di tulis oleh kekasihnya. Panik dan takut akan di tinggalkan setelah semua yang terjadi, aku pun bergegas menuju rumahnya pada hari yang sama. Mengendarai motorku dengan pikiran yang kacau karena takut jika dirugikan untuk kedua kalinya.

Aku membawa hadiah yang rencananya akan kuberikan sebagai ucapan selamat atas kelulusannya dan kutitipkan pada Adik perempuannya setiba di sana. Aku yang benar-benar penasaran pun bertemu Ibunya dan seketika aku merasa sangat sakit saat Sang Ibu membenarkan semua prilaku anaknya yang tidak memiliki ketegasan. Yang

lebih membuatku sakit karena Ibunya juga mengetahui ketika aku menghubungi Seong Min dan mengatakan jika Seong Min tidak bisa menghilangkan ingatannya tentang Song Lily, “mantan” kekasih yang sudah pernah melakukan hubungan pra nikah bersamanya.

Syok dan hanya bisa menutup mulutku sangat rapat. Di perjalanan pulang aku menangis tanpa henti. Dari seluruh cerita Ibunya, aku bisa simpulkan kalau dia masih berhubungan dengan Lily. Dia menduakanku dan dalam waktu singkat, aku membencinya.

Kedua mata Joong Ki mengerjap cepat sebelum kemudian ia meneguk ludah dengan kuat usai membaca surat kedua dari So Yun. Dia terdiam dengan jantung berdebar kencang bersama pikirannya yang mulai kacau. Ia beranjak dan melangkah lunglai dari ruang tengah apartemennya menuju kamar mandi di dalam kamar. Ia memutar kran setelah melempar baju sembarangan dan membiarkan air membasahi seluruh tubuhnya. Diam, tenang dan sunyi, bahkan sangat sunyi hingga yang terdengar hanya gemericik air. Beberapa kali ia menghela napas pelan sampai sebulir air mata perlahan ikut membasahi kedua pipinya.

DUK! DUK! DUK!

Dan entah apa yang membuat seorang Song Joong Ki terlihat sangat kesal malam itu. Namun, jelas terdengar suara dinding yang ia pukul pelan dan tubuhnya bergetar bersama isak tangis yang perlahan menjadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!